[/caption]: foto lukisana Kimi, gadis Indian: Tjiptadinata Effendi
Gadis Indian Yang Turun Dari Lukisan
Lukisan ini saya beli di Warilla Ops Shop. Sebuah toko second hand yang lokasinya berjarak 25 menit berkendara dari kediaman putri kami . Tujuan sebenarnya adalah mengantarkan sumbangan untuk para pengungsi berupa pakaian bekas layak pakai.
Tiba disana, sambil ngobrol dengan teman teman sesama Senior Citizen disana, saya berjalan mengitari ruang yang berukuran 10 x 15 meter ini. Dipenuhi oleh beragam barang,yang diperoleh dari sumbangan penduduk. Sebagian disumbangkan langsung ke penampungan Homeless dan para pengungsi. Sebagian lagi dijual dengan harga murah. Hasilnya di gunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Seluruh petugas disana adalah relawan. Bagi orang Australia menjadi relawan adalah sebuah kebanggaan keluarga.
Lukisan Gadis Indian
Sewaktu melangkah dibagian ruang lukisan,tiba tiba pandangan mata saya tertuju pada sebuah lukisan gadis kecil dari suku Indian. Seakan ada magnit yang menarik saya mendekat . Menatap matanya ,seakan gadis kecil ini sungguh sungguh hidup dan nyata. Aneh,saya merasa agak merinding. Padahal saya adalah orang yang paling tidak percaya segala macam tahayul.
Seumur hidup saya belum pernah membeli lukisan. Walaupun senang menengok lukisan indah namun sungguh saya tidak mengerti seluk beluk lukisan.Namun kali ini, seakan tangan saya dituntun untuk menurunkan lukisan gadis cilik ini. Langsung ke kasir dan bertanya berapa harganya. “ Five dollar “,kata Ellen, si Nyonya yang sudah kami kenal ,karena sudah beberapa kali ketemu.
Langsung saya bayar dan bawa pulang kerumah. Saya gantung di dinding kamar.
Malam semakin larut
Tiba tiba saya terbangun…. Ada seorang gadis kecil berdiri disamping tempat tidur saya . Memandang dengan senyum manis….Memegang tangan saya dengan lembut dan berkata lirih, :” My name is Kimi…”
Dalam keadaan bingung dan heran ,saya membalas senyumnya dan bertanya :” Hi Kimi… where do you come from?”
Sambil kembali tersenyum, Kimi menunjuk kelukisan yang tergantung didinding. Saya menengok ke dinding dan darah saya terkesiap.. lukisan itu kosong.. Hanya tinggal bingkainya saja… lukisannya sudah turun dan saat ini sedang berbicara pada saya.
Saya tidak tega membangunkan istri saya, karena kuatir akan sangat kaget menyaksikan kejadian yang tidak masuk akal ini.
“Grandpa… could you please bring me back to my home?” pinta Kimi dengan wajah memelas
“Where are your home Kimi?” tanya saya semakin bingung.
“The place that both of you had been there ,Alaska ,Grandpa…” Jawab Kimi dengan mata memohon
Saya semakin merinding. Bulu tengkuk saya serasa berdiri semuanya. Mungkinkah saat ini saya sedang berada dialam gaib? Ataukah……. Tidak berani saya melanjutkan pikiran saya yang menerawang..
“Is that too far for you to Alaska Grandpa?” desak Kimi secara halus
“ yes, Kimi..of course it’s too far for me to bring you back to your home… I am very sorry for that Kimi….” Jawab saya mengambang, Karena dalam hati kecil, sesungguhnya saya tidak tega menolak permintaan gadis kecil ini…. Namun, saya ingat, tidak mungkin meninggalkan istri saya,untuk terbang ke Alaska bersama gadis kecil ini. Entah dimana rumahnya di Alaska sana.
Sembari heran, koq Kimi tahu, bahwa kami pernah ke Alaska? Darimana ia bisa tahu? Seakan dapat membaca keraguan hati saya dan melanjutkan:” Grandpa… or maybe you can bring me back to Warilla,where do you found me?”
“Sure ..sure… Kimi, to-morrow well bring you back to your home in Warrilla” ,so go to sleep now,, okay..?” kata saya dalam kebimbangan hati
Kimi mengangguk puas dengan senyum manis dan berbalik belakang…dalam hitungan detik Kimi sudah kembali kedalam lukisan. Dan saya menengok berkali kali ,memang lukisan yang tadinya tinggal bingkainya saja, kini sudah lengkap kembali menjadi lukisan gadis kecil Indian.
Lukisan itu Kami Kembalikan ke Warilla Ops Shop
Keesokkan harinya, pagi pagi saya sudah ajak istri saya untuk ke Warilla. Tentu saja istri saya heran, mengapa mendadak sepagi ini, mau ke Warilla. Saya katakan,tadi malam saya bermimpi ,anak yang dalam lukisan ini,minta dipulangkan kembali kesana…”
“Sayang,,,sejak kapan percaya sama mimpi segala? “ kata istri saya semakin heran. Namun saya tetap bersikeras, bahwa lukisan itu harus dikembalikan kesana. Untuk tidak mengecewakan saya, maka walaupun dalam kebingungan menengok sikap saya yang tidak biasanya, istri saya mengangguk setuju
Lukisan itu Sudah Dikembalikan
Petugas second hands shop di Warilla, heran, koq pagi pagi kami sudah datang ,hanya untuk mengembalikan lukisan. Dan ia mengambil uang 5 dolar dari laci meja ,serta menyodorkannya kepada saya. Namun saya tolak dan minta, agar uang tersebut disumbangkan saja.
Tanpa ditanya. Nyonya Petugas menceritakan,bahwa ia sangat heran. Ini sudah ketiga kalinya lukisan ini dibeli dan dikembalikan lagi kesini. ….
Saya tidak mau lagi memikirkan tentang misteri lukisan ini…biarlah ia tetap menjadi misteri abadi disana… Karena tidak ada orang yang dapat memilikinya…
Warilla ….3 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI