Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkendara di Iran (tulisan-2)

6 September 2018   16:12 Diperbarui: 9 November 2018   14:14 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layaknya saat ini para agamawan membodohi penganutnya dengan menjual agama seolah-olah merekalah tuhannya. Nietsche membunuh tuhan para agamawan dan melahirkan tuhan yang baru.

Layaknya pemahaman kita terhadap agama Zoroaster sebagai penyembah api. Dengan pemahaman yang dangkal itu maka bisa saja seorang muslim diartikan sebagai orang yang menyembah batu/ka'bah. Zoroaster adalah ajaran dengan syarat makna, sebenarnya mereka bukan menyembah api melainkan bagian dari ritual itu sendiri untuk menyalakannya sebagai sumber cahaya yang membawa kepada petunjuk dan kebenaran.

Lambang Zoroaster sendiri adalah seorang pendeta dengan tangan keatas berdoa dan bersyukur kepada tuhan dengan tangan kanan memegang cincin besar sebagai lambang kesetian dan menepati janji. Sayap yang membentang kiri dan kanan melambangkan perbuatan baik yang akan menerbangkan keatas. Bulu ekor melambangkan perbuatan buruk, semakin banyak akan semakin menyulitkannya untuk terbang.

Sepertinya lambang ini menginspirasi negara-negara seperti Jerman, Rusia, Polandia menggunakan gambar burung ini sebagai simbol negara. Dikita ada lambang burung Garuda yang mempunyai makna disetiap bulu sayap, kaki dan ekornya walaupun tidak sesarat simbol yang ada pada lambang Zoroaster akan tapi didada kita punya Pancasila dan pita Bhineka Tungal Ika yang menandinginya.

Sebagian ulama besar disini percaya bahwa Zoroaster adalah salah satu Nabi yang mengajarkan ketauhidan sehingga mereka juga termasuk dalam ahlul-kitab yang halal untuk dinikahi dan halal memakan makanannya.

Perjalanan ini seakan menjadi begitu istimewa ketika menjadikan napak tilas asal-usul sahabat Salman al Farisi yang bertransformasi dari penjaga api yang setia menjadi pengikut dan pecinta keluarga Nabi saw yang setia.

Ketika matahari masih bersinar terik, kami sudah dalam perjalanan menuju Isfahan.

bersambung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun