Apakah seorang ESDM-1 berani belanja eksplorasi seperti India dan mendapatkan cadangan minyak seperti Malaysia yang wilayahnya hanya 15% dari NKRI. Mungkin ia bisa lebih memilih jalan aman membangkitkan semua gas, batubara dan panasbumi ke listrik dan memperkenalkan mobil listrik sebagai alat transportasi.
Jika nantinya ESDM-1 menggunakan dana infrastruktur senilai Rp10T untuk eksplorasi yang relatif kecil dibanding dana Kementrian PUPR dan Perhubungan, apalagi dilihat dari kontribusi tahunan migas ke APBN, perlu dibentuk perusahaan baru yang dinamakan PertaMigas agar lebih terukur kinerja, hasilnya dan lebih loyal ke ESDM ketimbang ke BUMN.
Synergy Kinerja Perusahaan ESDM-1;
Pertamina,
Kinerjanya relatif lagi mengkilap terutama setalah berhasil membeli ladang minyak Irak dengan kapasitas 1jt bopd dan crudenya diproses di Singapore sebelum masuk kesini. Ditambah lagi dengan pembelian dua ladang minyak Iran dengan cadangan masingmasing 4 milyar barel. Cara gampang mendapatkan cadangan dan produksi tanpa eksplorasi tapi cukup shooping saja.
Dengan kondisi ini Pertamina sudah sebanding dengan Petronas, minimal musim depan sudah dapat mensponsori balapan jet darat team Ferrary agar bersaing dengan Petronas yang mensponsori team Mercedes.
Pertamina juga dapat mengerakan perekonomian rakyat dengan mendorong Koperasi Desa untuk mengoperasikan ribuan sumur tuanya.
PGN,
Tadinya PGN merupakan anak perusahaan pertamina yang menjual Gas-Flare. Saat ini kita memiliki 250 MMCFD gas flare yang belom dimanfaatkan. Jika dibangkitkan bisa menghasilkan 1000MWatt dengan memberikan pendapatan pertahunannya sekitar Rp15T. Saat ini emcl-pun masih membakar 50mmcfd.
Bandingkan gas yang di flare dengan gas yang dihasilkan dari CBM (Coal Bed Methane) hanya 0.5 mmcfd aja masih dimanfaatkan.
Mestinya PGN yang selalu bersaing dengan pertamina bisa fokus pada supply-gas ke PLN melalui pipa ke Natuna ketimbang dikirim ke Singapore selama ini atau mencarikan gas import murah dari luar negeri. Agar membesar dan masuk Fortune 500.