Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

3 Penyebab Gen Z Banyak yang Dipecat dari Pekerjaannya

31 Oktober 2024   12:26 Diperbarui: 31 Oktober 2024   12:28 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Penyebab Gen Z Banyak yang Dipecat dari Pekerjaannya | image by detik

Tiyarman Gulo - Generasi Z, yang biasa kita sebut sebagai Gen Z, adalah kelompok yang baru saja memasuki dunia kerja, terutama di tengah kondisi yang sangat sulit akibat pandemi. 

Meskipun mereka penuh dengan potensi dan inovasi, banyak dari mereka yang justru mengalami pemecatan. Menurut data terbaru, sekitar 60% pengusaha mengakui telah memecat karyawan Gen Z yang mereka rekrut tahun ini. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?

Menghadapi fenomena ini, kita bisa saja jatuh ke dalam perangkap stereotip, seperti menganggap Gen Z malas atau terlalu mengandalkan privilege. 

Namun, masalah ini jauh lebih kompleks dari sekadar pandangan umum. Mari kita telusuri lebih dalam untuk memahami dinamika yang sebenarnya.

"Gen Z banyak dipecat karena kurang motivasi, kesulitan komunikasi, dan harapan yang tidak realistis terhadap pekerjaan."

Sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya kita mengenal siapa itu Gen Z. Mereka adalah individu yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an. 

Generasi ini tumbuh dalam era digital, di mana teknologi menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Dari smartphone hingga media sosial, Gen Z terpapar informasi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, di balik semua kecanggihan ini, Gen Z juga mengalami berbagai tantangan. Mereka menjadi saksi dari berbagai krisis global, seperti krisis keuangan 2008, perubahan iklim, dan yang paling signifikan, pandemi COVID-19. 

Ketidakpastian yang mereka saksikan ini memengaruhi cara pandang dan harapan mereka terhadap dunia kerja.

Berdasarkan laporan dari Forbes, ada tiga alasan utama mengapa banyak Gen Z yang dipecat dari pekerjaan mereka:

1. Kurang Motivasi

Salah satu kritik yang sering diarahkan kepada Gen Z adalah kurangnya motivasi. Banyak orang, mulai dari generasi Milenial hingga Baby Boomer, menganggap bahwa Gen Z enggan untuk bekerja keras demi mencapai tujuan. 

Namun, mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Gen Z tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil. Mereka menyaksikan orang tua mereka mengalami PHK mendadak dan pemotongan gaji, yang membuat mereka skeptis terhadap komitmen perusahaan. 

Dalam kondisi seperti ini, muncullah pertanyaan: Mengapa mereka harus bekerja keras jika stabilitas kerja saja tidak bisa dijamin?

Sebuah laporan dari Deloitte menunjukkan bahwa Gen Z lebih menghargai perusahaan yang peduli dengan karyawan dan lingkungan. 

Mereka menginginkan perusahaan yang tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Ketika harapan ini tidak terpenuhi, mereka merasa tidak termotivasi untuk berinvestasi dalam pekerjaan.

Contoh Nyata: Misalkan, seorang karyawan Gen Z bernama Lisa. Dia bergabung dengan perusahaan yang terlihat menjanjikan. 

Namun, setelah beberapa bulan, Lisa menyadari bahwa perusahaan tidak memberikan peluang pengembangan karier dan sering kali melakukan PHK tanpa alasan yang jelas. Rasa skeptis ini membuatnya kurang termotivasi untuk bekerja dengan maksimal.

2. Komunikasi yang Berbeda

Satu lagi tantangan yang dihadapi Gen Z adalah cara mereka berkomunikasi. Meskipun mereka dikenal sebagai penduduk asli digital, keterampilan komunikasi interpersonal mereka di lingkungan kerja tradisional bisa jadi kurang berkembang.

Besar di era media sosial dan komunikasi berbasis teks, banyak dari mereka kesulitan dalam berinteraksi secara langsung. Saat memulai karier di tengah pandemi, mereka lebih banyak berkomunikasi melalui pesan singkat dan video call. 

Ketika akhirnya kembali ke lingkungan kantor, banyak yang merasa canggung saat harus berhadapan langsung dengan rekan kerja.

Sebuah artikel dari Harvard Law School menyoroti bagaimana Gen Z kehilangan kesempatan untuk belajar berkomunikasi secara langsung di waktu yang sangat penting dalam pengembangan keterampilan mereka. 

Akibatnya, saat dihadapkan pada rapat, presentasi, atau kolaborasi tim, mereka mungkin merasa kurang percaya diri.

Contoh Nyata: Seorang pekerja Gen Z bernama Andi sering mengandalkan aplikasi pesan untuk berkomunikasi dengan rekan kerjanya. 

Ketika diminta untuk presentasi di depan tim, Andi merasa gugup dan tidak siap. Ia kesulitan menjelaskan ide-ide secara lisan, yang berujung pada penilaian negatif dari atasan.

3. Harapan yang Tidak Realistis

Harapan Gen Z terhadap pekerjaan mereka juga menjadi faktor penting. Generasi ini memiliki standar yang tinggi dalam mencari pekerjaan. 

Mereka menginginkan lingkungan kerja yang fleksibel, dukungan untuk keseimbangan kerja-hidup, dan nilai-nilai perusahaan yang sejalan dengan keyakinan mereka.

Namun, realitas di lapangan sering kali tidak sesuai dengan harapan tersebut. Banyak Gen Z yang merasa frustrasi ketika perusahaan tidak memenuhi ekspektasi ini, yang membuat mereka merasa tidak puas dan akhirnya memilih untuk pergi.

Contoh Nyata: Bayangkan seorang karyawan bernama Rina yang berharap untuk bekerja di perusahaan yang mendukung keberagaman dan inklusi. 

Namun, setelah beberapa bulan, ia menyadari bahwa perusahaan tempatnya bekerja tidak sejalan dengan nilai-nilai tersebut. Rina merasa kecewa dan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan harapannya.

Mengatasi Tantangan Gen Z di Tempat Kerja

3 Penyebab Gen Z Banyak yang Dipecat dari Pekerjaannya | image by detik
3 Penyebab Gen Z Banyak yang Dipecat dari Pekerjaannya | image by detik
Lalu, bagaimana seharusnya perusahaan menghadapi tantangan ini? Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Memberikan Dukungan dan Pelatihan

Perusahaan perlu menyediakan program pelatihan yang fokus pada pengembangan keterampilan interpersonal dan komunikasi. Ini akan membantu Gen Z merasa lebih percaya diri saat berinteraksi di tempat kerja.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Fleksibel

Menyadari bahwa Gen Z menghargai keseimbangan kerja-hidup, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk memberikan opsi kerja yang lebih fleksibel, seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang bisa disesuaikan.

3. Memperjelas Nilai Perusahaan

Penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai mereka secara jelas. Gen Z lebih cenderung berkomitmen pada perusahaan yang memiliki visi yang sejalan dengan keyakinan mereka. 

Jika perusahaan menunjukkan komitmen terhadap keberagaman, inklusi, dan keberlanjutan, mereka akan lebih mungkin untuk merasa terikat.

Penutup

Memahami tantangan yang dihadapi oleh Gen Z di dunia kerja adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. 

Meskipun banyak dari mereka mengalami kesulitan, penting juga untuk menyadari bahwa mereka membawa perspektif baru yang bisa sangat berharga bagi perusahaan. 

Dengan memahami latar belakang dan tantangan yang dihadapi, kita bisa membantu Gen Z beradaptasi dan sukses dalam karier mereka.

Melalui kolaborasi antara perusahaan dan karyawan, kita bisa menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif dan produktif. Mari kita dukung generasi muda ini untuk berkembang, bukan hanya sebagai pekerja, tetapi juga sebagai pemimpin masa depan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun