Akibatnya, saat dihadapkan pada rapat, presentasi, atau kolaborasi tim, mereka mungkin merasa kurang percaya diri.
Contoh Nyata: Seorang pekerja Gen Z bernama Andi sering mengandalkan aplikasi pesan untuk berkomunikasi dengan rekan kerjanya.Â
Ketika diminta untuk presentasi di depan tim, Andi merasa gugup dan tidak siap. Ia kesulitan menjelaskan ide-ide secara lisan, yang berujung pada penilaian negatif dari atasan.
3. Harapan yang Tidak Realistis
Harapan Gen Z terhadap pekerjaan mereka juga menjadi faktor penting. Generasi ini memiliki standar yang tinggi dalam mencari pekerjaan.Â
Mereka menginginkan lingkungan kerja yang fleksibel, dukungan untuk keseimbangan kerja-hidup, dan nilai-nilai perusahaan yang sejalan dengan keyakinan mereka.
Namun, realitas di lapangan sering kali tidak sesuai dengan harapan tersebut. Banyak Gen Z yang merasa frustrasi ketika perusahaan tidak memenuhi ekspektasi ini, yang membuat mereka merasa tidak puas dan akhirnya memilih untuk pergi.
Contoh Nyata: Bayangkan seorang karyawan bernama Rina yang berharap untuk bekerja di perusahaan yang mendukung keberagaman dan inklusi.Â
Namun, setelah beberapa bulan, ia menyadari bahwa perusahaan tempatnya bekerja tidak sejalan dengan nilai-nilai tersebut. Rina merasa kecewa dan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan harapannya.
Mengatasi Tantangan Gen Z di Tempat Kerja
Lalu, bagaimana seharusnya perusahaan menghadapi tantangan ini? Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Memberikan Dukungan dan Pelatihan
Perusahaan perlu menyediakan program pelatihan yang fokus pada pengembangan keterampilan interpersonal dan komunikasi. Ini akan membantu Gen Z merasa lebih percaya diri saat berinteraksi di tempat kerja.
2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Fleksibel
Menyadari bahwa Gen Z menghargai keseimbangan kerja-hidup, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk memberikan opsi kerja yang lebih fleksibel, seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang bisa disesuaikan.