"Kakak!" si kecil berlari menghampiri pembunuh ini. Adikku.
Sedang si cantik yang membawanya mengusap pipiku, tetap memperlakukan aku seperti bayi tak berbahaya. Dia mengecup keningku dan berkata;
"Aku tidak meninggalkanmu. Tidak sekali-kali pun."
Cinta! Jika mungkin kata kalian aku adalah orang yang beruntung, benar. Akulah orangnya. Aku memang seberuntung itu tetapi tidak kekasihku. Untuk apa dia tidak menikah hanya demi seorang pria yang dipenjara seumur hidup? Bukankah lebih baik aku segera mati, supaya dia dapat memulai kehidupannya lagi?
Cintaku, kekasihku. Aku tidak tahu harus dengan apa membalas kemurnian hatimu. Aku hanyalah pembawa derita yang mengungkungmu, biarlah aku membalasnya dengan membiarkan kamu terbebas dari darat derita. Kamu sudah lakukan tugasmu; mencintaiku sampai mati. Kamu tak perlu berkorban apapun lagi untuk pria ini. Selamat tinggal! Selamat tinggal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H