BENARKAH YESUS TUHAN BANGKIT? MENGERTI APA YANG AKU IMANI (SERIAL PENGETAHUAN SABDA)
Kebanyakan orang ya percaya kalau sudah melihat buktinya, itu pula mekanisme sistim peradilan kita , kalau ada bukti baru bisa dibandingkan dengan bukti yang lain, tinggal bukti mana yang lebih kuwat itulah yang dipercaya. Â Ada bukti yuridis formal ada pula bukti atau fakta historis. Tapi kalau dipikir lagi, seharusnya kalau orang sudah melihat buktinya tidaklah perlu lagi untuk percaya, hal ini bila kita kaitkan dengan persoalan memahami kebangkita Yesus Tuhan atau peristiwa paskah.Â
Kisah Rasul 1 ayat 3 tertulis, "Kepada mereka Ia menunjukan diriNya setelah penderitaanNya selesai dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah". Â Penampakan diri Yesus Tuhan merupakan bukti kalau Yesus Tuhan bangkit.Â
Tapi bila dikaitkan dengan sistim peradilan maka secara yuridis formal itu belum dapat dinilai sebagi bukti. Pengarang keempat injil dan rasul Paulus memang tidak merasa terpanggil untuk menyajikan bukti dalam arti seperti yang diminta oleh sidang pengadilan, yang ditunjukan oleh keempat injil dan rasul paulus adalah tanda-tanda dan pengaruh yang ditimbulkan dari kebangkitan. Tanda-tanda kalau kubur kosong, penampakan diri Yesus Tuhan di depan para pengikutNya, pengaruh itu adalah perubahan yang ada pada diri murid-murid yang berubah secara radikal, dari putus asa menjadi bersemangat bahkan timbul keberanian untuk memberitakan bahwa Yesus Tuhan telah bangkit.Â
Bukti yuridis formal maupun bukti historis tidaklah diperlukan atau tidak relevan untuk iman. Karena iman adalah percaya walaupun tidak melihat. Â Peristiwa Paskah tidak menyediakan bukti, sebab apa? Sebab kebangkitan Yesus Tuhan adalah pokok yang paling pusat dan dasar yang paling fundamental bagi kepercayaan Kristiani. Dan percaya tidak tergantung pada suatu bukti, baik bukti yuridis formal ataupun bukti historis, kalau memang harus ada bukti, maka itu bukan percaya lagi, lihat kasus Thomas, Yesus Tuhan mengatakan berbahagialah orang yang tak melihat tapi percaya.Â
Dasar kepercayaan kita akan kebangkitan Kristus bukanlah karena bukti, melainkan karena ktia percaya bahwa Allah bertindak, membangkitkan Kristus dan melantik Dia menjadi Tuhan dan juru selamat. Bukti memang tak ada tapi berbahagialah yang percaya. Sering kali dari kalangan non kristiani menanyakan keabsahan kalau Yesus Tuhan itu bangkit.Â
Tapi sangat unik bahwa injil mencatat sejarah bahwa yang paling percaya dan ingat akan nubuatan dari Yesus Tuhan bahwa diriNya akan bangkit pada hari yang ketiga adalah musuh-musuhNya, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi,  seperti yang tertulis dalam  Matius 27 ayat 62 sampai 66, "dan mereka berkata "Tuan kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata : Sesudah tiga hari Aku akan bangkit [Mat 16:21, Mat 17:23, Mat 20 : 19, Mark 8:31, Mark 9:31, Mark 10:33-34, Luk 9:22, Luk 18:31-33], karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga, jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat : Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama" ( 63,64).Â
Sama halnya dengan kematian, umat kristiani percaya akan kebangkitan Yesus Tuhan karena itu merupakan nubuatan yang tergenapi. Mari kita lihat cataan injil dan surat-surat yang bersaksi atas kebangkitan Yesus Tuhan, Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Matius 28; Markus 16;Lukas 24;Yohanes 20,21) , penampakan Kepada Maria Magdalena (Markus 16:9; Yohanes 20:11-14), penampakan Kepada perempuan sekembalinya dari kubur (Matius 28:9,10) , penampakan Kepada Petrus (Lukas 24:34; 1 Korintus 15:5) , penampakan Kepada murid-murid di Emaus (Lukas 24:13-32), penampakan Kepada rasul-rasul kecuali Tomas (Lukas 24:36-43;Yohanes 20:19-24) , penampakan Kepada rasul-rasul, Tomas hadir (Yohanes 20:26-29) , penampakan Kepada 7 orang di danau Tiberias (Yohanes 21:1-23) , penampakan Kepada lebih dari 500 orang percaya di bukit Galilea (1 Korintus 15:6) , penampakan Kepada Yakobus (1 Korintus 15:7) , penampakan Kepada murid-murid (Matius 28:16-20;Lukas 24:33-52;Kisah Para Rasul 1:3-12) , penampakan Saat kenaikan Yesus ke surga (Kisah Para rasul 1:3-12) , penampakan Kepada Stefanus (Kisah Para Rasul 7:55) , penampakan Kepada Paulus (Kisah Para Rasul 9:3-6; 1 Korintus 15) , penampakan Kepada Paulus saat di Bait Allah (Kisah Para Rasul 22:17-21;23:11) , penampakan Kepada Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:9-20).Â
Belum lagi bahwa Kebangkitan Yesus secara tubuh fisik dibuktikan bahwa setelah kebangkitannya : Yesus dilihat lebih dari 500 orang (1 Korintus 15:6), Yesus menyatakan mempunyai daging dan tulang (Lukas 24:39) , Yesus makan ikan (Lukas 24:42,43), Bagi yang meragukan kebangkitan-Nya secara fisik, Yesus menantang 'Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.' (Yohanes 20:27). Yesus menyatakan diri-Nya Tuhan. Yesus bangkit dari kematian, ini menggenapi apa yang Dia dan Perjanjian Lama katakan. Yesus benar-benar Tuhan.Â
Kebangkitan Yesus Tuhan yang dikhotbahkan oleh rasul Petrus dalam kisah  para rasul 2 :24 merujuk pada nubuatan di Mazmur 16, bisa kita perhatikan Mazmur 16 : 10, demikian hal nya rasul Paulus merujuk pada Mazmur yang sama tercatat dalam kisah para rasul 13:33-35. Nubuatan dalam Mazmur 22 terlebih dalam ayat 21 dan 22 juga mengisyaratkan kebangkitan Yesus Tuhan. Yesaya 53 terlebih dalam ayat 5,8, 10, dan 11 mengisyaratkan kebangkitan Yesus Tuhan.Â
Alkitab adalah wahana pengajaran iman, dimana kita belajar buanyak di sana, maka Yesus Tuhan pun berkata pada para pemuka Yahudi yang tercatat dalam Yohanes 5 ; 39. Kita juga bisa memperhatikan nubuatan dalam Mazmur 16 : 10 -- 11 dengan penggenapannya dalam Markus 16:6. Rentang waktu nubuatan pada perjanjian lama dan penggenapan pada perjanjian baru makan waktu bertahun-tahun, bahkan melewati zaman yang berbeda,  shg hal itu tak mungkin direkayasa. Kalau melihat makna dari Yoh 20 :11 - 18, pertemuan  tsb bahwa manusia paska, manusia yg pertama bertemu Yesus Tuhan sesudah bangkit bergender perempuan,  yah.... manusia itu, perempuan paska. Keempat Injil kanonik tertuliskan orang pertama yang mendapat kabar kebangkitan Yesus adalah perempuan. Bahkan dalam Injil Yohanes Maria Magdalena menyapa Yesus-Paska dengan Rabuni, yang berarti Guru (Yoh. 20:16).Â
Dari gambaran keempat Injil tidaklah berlebihan apabila Maria Magdalena adalah rasulnya para rasul atau rasul di atas segala rasul (the apostle to the apostles). Dalam perjalanannya Maria Magdalena tersingkir oleh dominasi dan arogansi laki-laki. Berita Paska di dalam keempat Injil bukan saja menyampaikan kebangkitan Yesus, tetapi juga menegaskan peran perempuan begitu nyata. Pada Jumat Agung perempuan-perempuan dengan setia bersama dengan Yesus, pada Paska perempuan yang pertama kali mendapat berita kebangkitan Yesus dan mengabarkannya.Â
Ada juga gereja yang mendaku dirinya paling reformed, paling alkitabiah, melarang perempuan menjadi pendeta. Ideologi alkitabiahnya justru mengingkari Alkitab yang memberitakan perempuan yang pertama menerima kabar kebangkitan Kristus dan mengabarkannya. Bagaimanapun juga Yesus Tuhan bangkit untuk menyatakan, Â keberdosaan adalah masa lalu, Â sekarang hidup baru karena sudah terbuka jalan selamat, Â habis gelap terbitlah terang. Kalau, Â dlm tradisi saat itu lelaki yg harus diutamakan, Â kebangkitan Yesus Tuhan membuka kesempatan, membuka jalan untuk perempuan sejajar lelaki, Â tak ada lagi pembatasan oleh karena gender, yg oleh penyair disadari betul, Â dibalik layar peran Yesus Tuhan dalam kemanusiaan nya, tetap ada seorang ibu, seorang perempuan, Â Meskipun demikian kehadiran Yesus-Paska di tengah-tengah para murid seperti pedang bermata-dua.Â
Tulisan-tulisan dalam PB yang memuat perjumpaan orang-orang dengan Yesus- pula Paska menjadi propaganda politik dan kuasa. Perjumpaan dengan Yesus-Paska menambah wibawa dan kuasa para murid. Para murid bertarung siapa yang paling berpengaruh. Paulus bukanlah murid langsung Yesus. Ia mendaku berjumpa dengan Yesus-Paska. Ia bertarung dengan Simon Petrus berebut kewibawaan spiritual. Kenapa  menggunakan kata Paska, bukan Paskah? Ahli liturgi dan Indonesianis Harry A. van Dop dalam makalahnya berjudul Theologia Paschalis (1996) menjelaskan asal-usul kata Paska (Inggris: Easter atau Passover).Â
Paska dari bahasa Grika (baca: paskha), yang bahasa Latinnya Pascha (baca: paskha). Demikian juga dalam bahasa Spanyol dan Portugal yang melatarbelakangi bunyi kata Indonesianya. Buku tebal Iman Katolik yang ditulis oleh KWI dan diterbitkan oleh Kanisius sekitar tiga dasawarsa lalu juga sudah menggunakan kata Paska. Paska berbeda dari kata Indonesia lainnya pasca yang bersinonim dengan sesudah (serapan dari Sanskrit, Inggris post) yang diucapkan dengan huruf /c/ seperti kata cocok, cicak, cacing.Â
Dalam pada itu KBBI tetap merekam lema "Paskah". KBBI yang digadang-gadang menjadi kitab suci para polisi bahasa bahkan secara enas membuat takrif menyesatkan untuk lema "Paskah". Â Sebetulnya pula, gak perlu ribut akankah disebutkan itu paskah atau paska atau easter atau passover, gak perlu bertikai untuk hal-hal seperti itu. Esenti lebih penting ketimbang kulitnya, kebangkitan Yesus bukan untuk buwat kamus istilah kan? Siapa senang mengucapkan apa , yah.... Ucapkan saja gak perlu bertengkar. Ada lagi yang mengharamkan kata easter kata punya kata disinyalir dari kata ISHTAR yang merujuk pemujaan kebangkitan dewa TAMUS, anak penyembah setan.Â
Padahal tak sederhana itu, karena bisa pula disinyalir juga berasal dari kata EASTUR atau OSTARA, yang mengandung makna MUSIM BERKEMBANGNYA MATAHARI atau MASA KELAHIRAN BARU, yang merujuk pada munculnya musim semi. Juga rujukan yang mengarah ke kata EASTRE nama dewi bukan dewa yang berhubungan dengan musim semi. Ada pula yang merujukan pada kata jerman kuno OSTERN dan OSTARUN, yang disinyalir merujuk musim baru atau babak baru, nah..... Â bingung karena banyak makna dari kata EASTER, dari makna terakhir sudah kelihatan kan benang merahnya dengan makna kebangkitan Kristus. Sebetulnya gak perlu repot, namanya perjalanan sejarah agama, agama apapun itu, sudah pasti akan tercampur dengan budaya atau tradisi daerah yang dilewatinya, itu sudah hal lumrah. Lumrah sebuah budaya atau tradisi itu dimaknai baru oleh ajaran keimanan suatu agama, sah-sah saja.Â
Jadi, kronologi itu semua sah-sah aja, jadi gak perlu diributin tentang ucapan selamatnya yang penting maknanya, kalau gak mau bilang happty easter yah .... Pakai bahasa jawa  SUGENG PASKAH atau bahasa batak atau bahasa yang lain, yah....pakai bahasa indonesia aja SELAMAT PASKAH, kenapa ribut? Lebih penting niat baiknya mengucapkan dibantingkan ribut soal-soal seperti itu. Lihat aja kamus moderen tentang Easter, "THE MOST IMPORTANT AND OLDEST FESTIVAL OF THE CHRISTIAN CHURCH, CELBRATING THE RESURRECTION OF JESUS CHRIST.  Kembali ke kematian Yesus merupakan faktual-historis.Â
Bagaimana dengan kebangkitan Yesus? Apakah ini merupakan faktual-historis? Di sinilah peliknya.Belum ditemukan sumber-sumber sejarah otentik mengenai kebangkitan Yesus di luar kekristenan. Satu-satunya sumber mengenai kebangkitan adalah dokumen Perjanjian Baru (PB), yang keempat Injil masuk ke dalamnya. Walau PB bukan dokumen sejarah, namun teks-teks itu dapat dikaji (satu di antaranya) melalui kritik naratif. Tentu saja teks dibaca dikaitkan dengan kehidupan sosio-politik yang mengitari teks itu. Dunia sastra saat itu memahami gagasan bahwa orang baik dan bijaksana yang sudah membawa perubahan besar banyak orang akan dibinasakan oleh musuh-musuhnya. Namun Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan membangkitan orang yang tidak berdosa itu.Â
Dengan latar belakang itu dapatlah dipahami berita tentang kebangkitan Yesus dalam keempat Injil itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah korban yang dibenarkan oleh Allah, dibela oleh Allah, dan Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Allah telah menggagalkan kekejian para pembenci Yesus. Berita pokok itulah yang hendak  disampaikan atau dideklarasikan oleh para penulis PB. Siapa aktor utama? Allah Sang Aktor. Allah mengalahkan maut dan membenarkan Yesus yang tidak bersalah itu.Â
Kebangkitan yang dimaksud oleh penulis PB bukanlah menghidupkan jenazah yang sudah mati (resuscitation). Kebangkitan yang resuscitation merupakan menghidupkan (sementara) orang mati seperti yang biasa dilakukan oleh kedokteran dengan alat-kejut jantung. Dalam Injil bisa dibaca mengenai kisah Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur. Persoalan timbul ketika terjadi ketidakpanggahan (inconsistency) penulisan mengenai perjumpaan murid-murid atau pengikut dengan Yesus yang dibangkitkan (selanjutnya saya sebut Yesus-Paska).Â
Maksud nya kisah di kitab yang satu berbeda dari kitab lainnya sehingga ada ketidakpanggahan dan tidak kronologis. Berbeda halnya dengan berita kematian Yesus yang kesemuanya sama yaitu Yesus mati di kayu salib yang memang saat itu merupakan berita umum di luar teks Alkitab. Para pakar sejarah PB berpendapat terjadinya ketidakpanggahan itu membuktikan tidak adanya konspirasi, tidak ada rekaan, tidak ada kebohongan. PB mengisahkan pengalaman individu-individu yang historis.Â
Suatu pengalaman yang dialami oleh individu-invidu yang merupakan pengalaman sejarah berjumpa dengan Yesus-Paska. Pada masa itu pengalaman bertemu dengan orang-orang yang sudah mati merupakan hal lazim. Dikisahkan dalam PB Yesus-Paska berjalan ke Emaus menemani dua orang pengikut Yesus. Setibanya di rumah mereka mengajak "orang asing itu" mampir. Ketika akan santap malam mereka baru menyadari bahwa itu Yesus dan kemudian menghilang. Dikisahkan juga para murid berkumpul di ruangan tertutup karena ketakutan diburu oleh para pemuka agama Yahudi yang berkonspirasi dengan tentara Roma.Â
Tiba-tiba Yesus nongol  hadir di tengah-tengah mereka dan menunjukkan bekas luka paku di tangan Yesus. Kisah itu mau menyampaikan bahwa Yesus-Paska, bukan seperti jenazah yang dihidupkan (resuscitated). Jika Yesus dihidupkan seperti itu, maka sulit untuk menerima Yesus masuk ke dalam ruangan tertutup tanpa melewati pintu atau tiba-tiba menghilang dari pandangan pengikut-pengikut Yesus. Akan tetapi dikisahkan juga Yesus-Paska bersantap bersama dengan murid-murid di tepian Danau Tiberias. Sudah barang tentu ikan bakar yang lezat adalah menu utamanya.Â
Kepelikan kisah-kisah di atas merupakan paradoks. Sisi satu Yesus-Paska bisa muncul dan menghilang seketika, sisi lainnya Yesus-Paska menunjukkan tanda fisikal berupa bekas luka tusukan paku salib dan makan-minum bersama dengan para murid. Penulis PB dengan segala keterbatasannya mau menyampaikan secara paradoks bahwa tubuh kebangkitan Yesus adalah rohaniah sekaligus tubuh alamiah. Tentang tubuh kebangkitan Rasul Paulus memetaforkan tubuh yang mati seperti biji-biji benih yang dipendam atau dikubur di dalam tanah. Beberapa hari kemudian biji yang dikubur itu tumbuh. Itulah tubuh kebangkitan yang berbeda dari tubuh yang dikubur.Â
Teks-teks PB yang memberitakan Yesus yang makan dan minum serta menghilang lagi itu merupakan metafor-metafor yang mau menyampaikan, dan mengundang para pembaca serta pendengarnya untuk mengalami berita bahwa Yesus itu, sekalipun sudah mati disalibkan, dibangkitkan, dan terus hadir seutuhnya di antara para murid, yakni mereka yang memercayai Yesus. Yesus itu tetap peduli dan berbelarasa pada mereka.Demikian juga halnya metafor kebangkitan Yesus bukan berarti tidak ada kebangkitan. Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah yang dilakukan Allah pada diri Yesus, bukan pada diri jemaat di dalam narasi PB.Â
Setelah itu, apakah orang memercayainya atau tidak memercayainya, hal ini merupakan suatu reaksi atau tanggapan iman terhadap peristiwa bersejarah itu. Tidak ada hari raya Kristen yang lebih besar daripada Paska. Jantung iman Kristen terletak pada Paska. Hari Raya Paska menjadi titik berangkat penetapan hari-hari raya lainnya. Tidak ada Paska berarti tidak ada kekristenan dan tidak ada kitab-kitab Injil. Itulah sebabnya keempat kitab Injil dalam kitab suci Kristen, Alkitab, kesemuanya memberitakan Paska yaitu kebangkitan (resurrection) Kristus. Kitab-kitab Injil ditulis karena ada peristiwa Paska yang kemudian ditulis secara retrospektif. Bandingkan dengan perayaan Natal. Dari keempat Injil hanya dua Injil yang memberitakan kelahiran Yesus alias Natal. Ini makin menegaskan bahwa jantung iman Kristen adalah Paska, bukan Natal.Â
Orang Kristen pergi ke kebaktian atau misa Minggu karena pada dasarnya merayakan Paska, kebangkitan Kristus, yang menurut kesaksian Alkitab pada hari pertama (dalam pekan yang baru). Gereja kemudian menetapkan ada satu Minggu dalam setahun secara khusus dijadikan permulaan Masa Raya Paska atau yang dikenal dengan Hari Raya Paska. Minggu yang mana? Gereja menetapkan Paska pada Minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau sesudah 21 Maret. Apabila bulan purnama jatuh pada 21 Maret, maka Paska ditetapkan pada Minggu berikutnya. Tradisi Gereja Barat mengikuti kalender Gregorian.Â
Contoh, Paska tahun ini ditetapkan pada 4 April, karena bulan purnama terjadi pada 28 Maret 2021. Paska 2022 jatuh pada 17 April, Paska 2023 pada 9 April, Paska 2024 pada 31 Maret, dst. Tradisi Gereja Timur mengikuti  kalender Julian. Paska tahun ini jatuh pada 2 Mei, Paska 2022 pada 24 April, Paska 2023 pada 16 April, Paska  2024 pada 5 Mei, dst.Â
Paska merupakan wacana untuk mengundang pembaca atau pendengar mengalami realitas kehadiran seutuhnya (spiritual sekaligus fisikal) Yesus-Paska di dalam dunia ini tanpa batas ruang dan waktu: di dalam rumah ketika kita menyembah Dia lewat ibadah virtual, di ruang isolasi Covid19, di pasar becek, di dalam Ekaristi, di dalam makanan: nasi, batagor, pmpk, tempe, tahu, pet, pecel, gudheg, wedhang rond, dan lain sebagainya yang kita peroleh setiap hari sehingga kita berterimakasih, dan juga di dalam perjuangan orang-orang terdampak Covid19 mencari nafkah yang berseru kepada Yesus. Berbicara soal penampakan, mengapa Tuhan Yesus tidak menampakanan diri pada musuh-musuhNya juga.Â
Bukankah penampakan pada musuh-musuhNya bisa menjadi bukti yuridis formal jika itu terjadi di sidang majelis sanhedrin. Yesus Tuhan tidak menampakan diri di depan sanhedrin, sebab jika itu terjadi, penampakan itu hanya menjadi bukti yang statis, padahal yang lebih diperlukan adalah tanda yang dinamis. Majelis sanhedrin tokh akan tetap menolak Yesus Tuhan sebagai Mesias, walaupun mereka melihat Yesus Tuhan hidup. Selamat Paska, Tuhan memberkati, STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2021, TITUS ROIDANTO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H