Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benarkah Yesus Tuhan Bangkit? Mengerti Apa yang Aku Imani (Serial Pengetahuan Sabda)

11 April 2021   20:15 Diperbarui: 11 April 2021   20:29 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dari gambaran keempat Injil tidaklah berlebihan apabila Maria Magdalena adalah rasulnya para rasul atau rasul di atas segala rasul (the apostle to the apostles). Dalam perjalanannya Maria Magdalena tersingkir oleh dominasi dan arogansi laki-laki. Berita Paska di dalam keempat Injil bukan saja menyampaikan kebangkitan Yesus, tetapi juga menegaskan peran perempuan begitu nyata. Pada Jumat Agung perempuan-perempuan dengan setia bersama dengan Yesus, pada Paska perempuan yang pertama kali mendapat berita kebangkitan Yesus dan mengabarkannya. 

Ada juga gereja yang mendaku dirinya paling reformed, paling alkitabiah, melarang perempuan menjadi pendeta. Ideologi alkitabiahnya justru mengingkari Alkitab yang memberitakan perempuan yang pertama menerima kabar kebangkitan Kristus dan mengabarkannya. Bagaimanapun juga Yesus Tuhan bangkit untuk menyatakan,  keberdosaan adalah masa lalu,  sekarang hidup baru karena sudah terbuka jalan selamat,  habis gelap terbitlah terang. Kalau,  dlm tradisi saat itu lelaki yg harus diutamakan,  kebangkitan Yesus Tuhan membuka kesempatan, membuka jalan untuk perempuan sejajar lelaki,  tak ada lagi pembatasan oleh karena gender, yg oleh penyair disadari betul,  dibalik layar peran Yesus Tuhan dalam kemanusiaan nya, tetap ada seorang ibu, seorang perempuan,   Meskipun demikian kehadiran Yesus-Paska di tengah-tengah para murid seperti pedang bermata-dua. 

Tulisan-tulisan dalam PB yang memuat perjumpaan orang-orang dengan Yesus- pula Paska menjadi propaganda politik dan kuasa. Perjumpaan dengan Yesus-Paska menambah wibawa dan kuasa para murid. Para murid bertarung siapa yang paling berpengaruh. Paulus bukanlah murid langsung Yesus. Ia mendaku berjumpa dengan Yesus-Paska. Ia bertarung dengan Simon Petrus berebut kewibawaan spiritual. Kenapa  menggunakan kata Paska, bukan Paskah? Ahli liturgi dan Indonesianis Harry A. van Dop dalam makalahnya berjudul Theologia Paschalis (1996) menjelaskan asal-usul kata Paska (Inggris: Easter atau Passover). 

Paska dari bahasa Grika (baca: paskha), yang bahasa Latinnya Pascha (baca: paskha). Demikian juga dalam bahasa Spanyol dan Portugal yang melatarbelakangi bunyi kata Indonesianya. Buku tebal Iman Katolik yang ditulis oleh KWI dan diterbitkan oleh Kanisius sekitar tiga dasawarsa lalu juga sudah menggunakan kata Paska. Paska berbeda dari kata Indonesia lainnya pasca yang bersinonim dengan sesudah (serapan dari Sanskrit, Inggris post) yang diucapkan dengan huruf /c/ seperti kata cocok, cicak, cacing. 

Dalam pada itu KBBI tetap merekam lema "Paskah". KBBI yang digadang-gadang menjadi kitab suci para polisi bahasa bahkan secara enas membuat takrif menyesatkan untuk lema "Paskah".  Sebetulnya pula, gak perlu ribut akankah disebutkan itu paskah atau paska atau easter atau passover, gak perlu bertikai untuk hal-hal seperti itu. Esenti lebih penting ketimbang kulitnya, kebangkitan Yesus bukan untuk buwat kamus istilah kan? Siapa senang mengucapkan apa , yah.... Ucapkan saja gak perlu bertengkar. Ada lagi yang mengharamkan kata easter kata punya kata disinyalir dari kata ISHTAR yang merujuk pemujaan kebangkitan dewa TAMUS, anak penyembah setan. 

Padahal tak sederhana itu, karena bisa pula disinyalir juga berasal dari kata EASTUR atau OSTARA, yang mengandung makna MUSIM BERKEMBANGNYA MATAHARI atau MASA KELAHIRAN BARU, yang merujuk pada munculnya musim semi. Juga rujukan yang mengarah ke kata EASTRE nama dewi bukan dewa yang berhubungan dengan musim semi. Ada pula yang merujukan pada kata jerman kuno OSTERN dan OSTARUN, yang disinyalir merujuk musim baru atau babak baru, nah.....  bingung karena banyak makna dari kata EASTER, dari makna terakhir sudah kelihatan kan benang merahnya dengan makna kebangkitan Kristus. Sebetulnya gak perlu repot, namanya perjalanan sejarah agama, agama apapun itu, sudah pasti akan tercampur dengan budaya atau tradisi daerah yang dilewatinya, itu sudah hal lumrah. Lumrah sebuah budaya atau tradisi itu dimaknai baru oleh ajaran keimanan suatu agama, sah-sah saja. 

Jadi, kronologi itu semua sah-sah aja, jadi gak perlu diributin tentang ucapan selamatnya yang penting maknanya, kalau gak mau bilang happty easter yah .... Pakai bahasa jawa  SUGENG PASKAH atau bahasa batak atau bahasa yang lain, yah....pakai bahasa indonesia aja SELAMAT PASKAH, kenapa ribut? Lebih penting niat baiknya mengucapkan dibantingkan ribut soal-soal seperti itu. Lihat aja kamus moderen tentang Easter, "THE MOST IMPORTANT AND OLDEST FESTIVAL OF THE CHRISTIAN CHURCH, CELBRATING THE RESURRECTION OF JESUS CHRIST.  Kembali ke kematian Yesus merupakan faktual-historis. 

Bagaimana dengan kebangkitan Yesus? Apakah ini merupakan faktual-historis? Di sinilah peliknya.Belum ditemukan sumber-sumber sejarah otentik mengenai kebangkitan Yesus di luar kekristenan. Satu-satunya sumber mengenai kebangkitan adalah dokumen Perjanjian Baru (PB), yang keempat Injil masuk ke dalamnya. Walau PB bukan dokumen sejarah, namun teks-teks itu dapat dikaji (satu di antaranya) melalui kritik naratif. Tentu saja teks dibaca dikaitkan dengan kehidupan sosio-politik yang mengitari teks itu. Dunia sastra saat itu memahami gagasan bahwa orang baik dan bijaksana yang sudah membawa perubahan besar banyak orang akan dibinasakan oleh musuh-musuhnya. Namun Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan membangkitan orang yang tidak berdosa itu. 

Dengan latar belakang itu dapatlah dipahami berita tentang kebangkitan Yesus dalam keempat Injil itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah korban yang dibenarkan oleh Allah, dibela oleh Allah, dan Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Allah telah menggagalkan kekejian para pembenci Yesus. Berita pokok itulah yang hendak  disampaikan atau dideklarasikan oleh para penulis PB. Siapa aktor utama? Allah Sang Aktor. Allah mengalahkan maut dan membenarkan Yesus yang tidak bersalah itu. 

Kebangkitan yang dimaksud oleh penulis PB bukanlah menghidupkan jenazah yang sudah mati (resuscitation). Kebangkitan yang resuscitation merupakan menghidupkan (sementara) orang mati seperti yang biasa dilakukan oleh kedokteran dengan alat-kejut jantung. Dalam Injil bisa dibaca mengenai kisah Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur. Persoalan timbul ketika terjadi ketidakpanggahan (inconsistency) penulisan mengenai perjumpaan murid-murid atau pengikut dengan Yesus yang dibangkitkan (selanjutnya saya sebut Yesus-Paska). 

Maksud nya kisah di kitab yang satu berbeda dari kitab lainnya sehingga ada ketidakpanggahan dan tidak kronologis. Berbeda halnya dengan berita kematian Yesus yang kesemuanya sama yaitu Yesus mati di kayu salib yang memang saat itu merupakan berita umum di luar teks Alkitab. Para pakar sejarah PB berpendapat terjadinya ketidakpanggahan itu membuktikan tidak adanya konspirasi, tidak ada rekaan, tidak ada kebohongan. PB mengisahkan pengalaman individu-individu yang historis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun