Ada pula yang mengatakan, seorang penyanyi bernama Noe, vokalis band Letto. Ia mencoba menjelaskan sebuah cinta yang sufistik, cinta yang tauhid, cinta terhadap Tuhan. Menurutnya, cinta bermula dari kumpulan rindu. Jadi, rindulah yang terlebih dahulu ada, kemudian cinta. Sebab, ihwal kecintaan terhadap Tuhan, peribahasa 'dari mata turun ke hati' tidak berlaku.
 Maka, manakah perasaan yang terlebih dahulu dalam puisi Aku Ingin Melukismu di atas, cinta atau rindu? Tentu saja, hak tafsir berada penuh di tangan pembaca. Yang jelas, cinta dan rindu adalah perasaan: abstrak, tidak berwujud, tidak tercerap indra mata, tidak terukur oleh meteran manapun.
Pengiasan atau Perumpaan Puisi "Aku Ingin Melukismu" Karya Nenden Lilis A
Mari kita kembali ke soal pengiasan atau perumpamaan dalam puisi di atas. Dalam Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia karya Aan Sugianto Mas: Yang dimaksud dengan pengiasan dan gaya bahasa adalah pengungkapan bahasa (kata-kata atau kalimat) untuk pengertian yang khusus, bukan pengertian yang sebenarnya atau lugas. (hlm. 46)
Coba perhatikan kata ini:
      Aku ingin melukis wajahmu yang temaram
Ini adalah sebuah gaya bahasa yang bernama hipalase: menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang lain. Hipalase merupakan kebalikan dari suatu relasi ilmiah dua komponen. Temaram adalah remang-remang dan itu identik dengan relasi ilmiah sebuah lampu, langit (dan materi lain yang menguarkan cahaya), bukan sebuah wajah. Namun, dengan begitu, 'wajahmu yang temaram' jadi memiliki arti khusus: bisa saja sebuah wajah yang sulit dilihat, bisa juga sebuah wajah beraut murung.
Tapi jika disambungkan dengan kata selanjutnya:
      Dengan kuasku yang menggeletar rindu
Kata 'wajahmu yang temaram' jadi berarti wajah yang sulit dilihat. Karena "sang pelukis" rindu. Kata 'Dengan kuasku yang menggeletar rindu' juga merupakan sebuah hipalase. Arti khususnya: yang rindu adalah "sang pelukis", bukan kuasnya.
Penulis: Geger (Dapur Sastra Universitas Kuningan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H