Mohon tunggu...
Tito Yulianto
Tito Yulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - blog.titoyulianto.com

Saya Tito Yulianto, Lahir dan Besar di Kab. Kuningan, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Musikalisasi Puisi Cinta "Aku Ingin Melukismu" (Nenden Lilis A) Oleh Dapur Sastra

8 Januari 2021   15:59 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:09 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pula yang mengatakan, seorang penyanyi bernama Noe, vokalis band Letto. Ia mencoba menjelaskan sebuah cinta yang sufistik, cinta yang tauhid, cinta terhadap Tuhan. Menurutnya, cinta bermula dari kumpulan rindu. Jadi, rindulah yang terlebih dahulu ada, kemudian cinta. Sebab, ihwal kecintaan terhadap Tuhan, peribahasa 'dari mata turun ke hati' tidak berlaku.

 Maka, manakah perasaan yang terlebih dahulu dalam puisi Aku Ingin Melukismu di atas, cinta atau rindu? Tentu saja, hak tafsir berada penuh di tangan pembaca. Yang jelas, cinta dan rindu adalah perasaan: abstrak, tidak berwujud, tidak tercerap indra mata, tidak terukur oleh meteran manapun.

Pengiasan atau Perumpaan Puisi "Aku Ingin Melukismu" Karya Nenden Lilis A

Mari kita kembali ke soal pengiasan atau perumpamaan dalam puisi di atas. Dalam Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia karya Aan Sugianto Mas: Yang dimaksud dengan pengiasan dan gaya bahasa adalah pengungkapan bahasa (kata-kata atau kalimat) untuk pengertian yang khusus, bukan pengertian yang sebenarnya atau lugas. (hlm. 46)

Coba perhatikan kata ini:

            Aku ingin melukis wajahmu yang temaram

Ini adalah sebuah gaya bahasa yang bernama hipalase: menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang lain. Hipalase merupakan kebalikan dari suatu relasi ilmiah dua komponen. Temaram adalah remang-remang dan itu identik dengan relasi ilmiah sebuah lampu, langit (dan materi lain yang menguarkan cahaya), bukan sebuah wajah. Namun, dengan begitu, 'wajahmu yang temaram' jadi memiliki arti khusus: bisa saja sebuah wajah yang sulit dilihat, bisa juga sebuah wajah beraut murung.

Tapi jika disambungkan dengan kata selanjutnya:

            Dengan kuasku yang menggeletar rindu

Kata 'wajahmu yang temaram' jadi berarti wajah yang sulit dilihat. Karena "sang pelukis" rindu. Kata 'Dengan kuasku yang menggeletar rindu' juga merupakan sebuah hipalase. Arti khususnya: yang rindu adalah "sang pelukis", bukan kuasnya.

Penulis: Geger (Dapur Sastra Universitas Kuningan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun