MUSIKALISASI PUISI CINTA "Aku Ingin Melukismu", Puisi karya Nenden Lilis A, ini di bawakan oleh Dapur Sastra Universitas Kuningan di chanel youtube Dapur Sastra . Cinta seperti apakah yang ingin diungkapkan melalui puisi tersebut? Lalu perumpaan apa yang digunakan dalam barisan sajak cinta karya penyair perempuan asal Malangbong, Garut, kelahiran tahun 1971 ini? Â
Video Musikalisasi Puisi "Aku Ingin Melukismu" (Puisi Karya Nenden Lilis A)
Sebaiknya kita simak dulu video musikalisasi cinta tersebut:
Puisi "Aku Ingin Melukismu" Karya Nenden Lilis A
Karya Nenden Lilis A
Aku ingin melukis wajahmu yang temaram
Dengan kuasku yang menggeletar rindu
Di kanvas langit yang memerah
Akan kubingkai dengan mega senja
Dan kugantungkan di dinding redup bumi
Aku ingin melukis wajahmu yang memajar
Dengan kuasku  yang menggelepar rindu
Di kanvas bumi yang berembun
Akan kubingkai dengan bias pagi
Dan kupampangkan di bentangan biru langit
Di kanvas hatiku
1992
Ulasan Puisi "Aku Ingin Melukismu" Karya Nenden Lilis A
Apakah teman-teman pernah jatuh cinta? Tapi, apakah cinta adalah sebuah pengalaman terjatuh? Seorang teman pernah berkata, "Cinta adalah adalah pengalaman jatuh di kubangan rindu. Setelah jatuh, kita bukan merasa sakit, melainkan nyaman dengan kubangan rindu tersebut."
Sungguh penuh perumpamaan sekali ungkapan teman saya itu. Sebagaimana dalam puisi karya Nenden Alis Aisyah di atas, penuh perumpamaan atau pengiasan. Misalnya, perhatikan kata: 'Dengan kuasku yang menggelatar rindu' Apakah sebuah benda mati seperti kuas bisa menciptakan getaran rasa rindu?
Cinta atau Rindu?
Tapi, sebelum kita menuju ke soal perumpaan atau pengiasan, mari kita coba pikirkan sebuah rasa terlebih dahulu---untuk menguatkan pembahasan kita tentang puisi di atas. Pertanyaannya sederhana, mana yang lebih dahulu; cinta atau rindu?
Jika kita mengacu kepada ungkapan teman saya, jelas yang terlebih dahulu adalah cinta. Dengan kata lain, cinta itu adalah jatuh. Dan tempat jatuh itu bernama (kubangan) rindu. Rasa selalu ingin bertemu.
Ada pula yang mengatakan, seorang penyanyi bernama Noe, vokalis band Letto. Ia mencoba menjelaskan sebuah cinta yang sufistik, cinta yang tauhid, cinta terhadap Tuhan. Menurutnya, cinta bermula dari kumpulan rindu. Jadi, rindulah yang terlebih dahulu ada, kemudian cinta. Sebab, ihwal kecintaan terhadap Tuhan, peribahasa 'dari mata turun ke hati' tidak berlaku.
 Maka, manakah perasaan yang terlebih dahulu dalam puisi Aku Ingin Melukismu di atas, cinta atau rindu? Tentu saja, hak tafsir berada penuh di tangan pembaca. Yang jelas, cinta dan rindu adalah perasaan: abstrak, tidak berwujud, tidak tercerap indra mata, tidak terukur oleh meteran manapun.
Pengiasan atau Perumpaan Puisi "Aku Ingin Melukismu" Karya Nenden Lilis A
Mari kita kembali ke soal pengiasan atau perumpamaan dalam puisi di atas. Dalam Langkah Awal Menuju Apresiasi Sastra Indonesia karya Aan Sugianto Mas: Yang dimaksud dengan pengiasan dan gaya bahasa adalah pengungkapan bahasa (kata-kata atau kalimat) untuk pengertian yang khusus, bukan pengertian yang sebenarnya atau lugas. (hlm. 46)
Coba perhatikan kata ini:
      Aku ingin melukis wajahmu yang temaram
Ini adalah sebuah gaya bahasa yang bernama hipalase: menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang lain. Hipalase merupakan kebalikan dari suatu relasi ilmiah dua komponen. Temaram adalah remang-remang dan itu identik dengan relasi ilmiah sebuah lampu, langit (dan materi lain yang menguarkan cahaya), bukan sebuah wajah. Namun, dengan begitu, 'wajahmu yang temaram' jadi memiliki arti khusus: bisa saja sebuah wajah yang sulit dilihat, bisa juga sebuah wajah beraut murung.
Tapi jika disambungkan dengan kata selanjutnya:
      Dengan kuasku yang menggeletar rindu
Kata 'wajahmu yang temaram' jadi berarti wajah yang sulit dilihat. Karena "sang pelukis" rindu. Kata 'Dengan kuasku yang menggeletar rindu' juga merupakan sebuah hipalase. Arti khususnya: yang rindu adalah "sang pelukis", bukan kuasnya.
Penulis: Geger (Dapur Sastra Universitas Kuningan)