Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Remaja yang Tak Tahu Mesti Bagaimana

12 Oktober 2020   14:02 Diperbarui: 12 Oktober 2020   14:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan oleh sebab "berobat ke psikolog" bagi sebagian orang dianggap sebagai aib, karena dikategorikan satu level menuju gila, minimal hilang ingatan, sang ayah menyimpan erat-erat rahasia permintaan sang anak dari penciuman sang ibu.

Khawatir jika sang ibu sampai tahu, bukannya sang anak ke psikolog ditemani kedua orang tuanya, melainkan perang bubat dalam keluarga tersebut berpotensi terjadi, akibat timbulnya peristiwa saling menyalahkan antara kedua mahluk yang mengaku paling bertanggung jawab dalam mengurus anak tersebut.

Dan kedua-duanya saling menganggap bahwa bukan dirinyalah yang bersalah dan telah membuat sang anak OTW menjadi orang yang kehilangan akal.

Singkat kata, pada suatu hari, dengan penuh kasih sayang sepulang sekolah berangkatlah anak beranak tersebut menemui psikolog setelah dua tiga hari sebelumnya membuat janji bertemu.

Setelah sang ayah menunggu selama dua jam lebih dengan penuh rasa khawatir, sang anak keluar dengan wajah sedikit riang.  Demi menjaga privasi sang anak, dengan hati-hati  sang ayah bertanya bagaimana tanggapan psikolog.

Sang putri mengatakan, sesuai anjuran psikolog, untuk tenang dulu dua atau tiga hari mendatang. Perbanyak kegiatan di luar rumah dan dekatkan diri kepada Tuhan, jika rasa gundah gulana tanpa sebab masih melanda, datang lagi untuk dilakukan test.

Jika hasil testnya positif dan perlu bantuan psikolog, maka akan dilanjutkan dengan terapi untuk beberapa kali, sesuai perkembangan di kemudian hari.  Sang psikolog juga berkisah, bahwa dirinya waktu masih kuliah di Australia dulu juga mengalami hal yang sama, namun mau pergi ke psikolog tak punya uang, akhirnya perbanyak beribadah dan berdoa di malam hari saja.

Apakah psikolog tersebut hanya berkisah demi mengobati sang anak atau betul bercerita tentang pengalaman pribadi, hanya dirinya dan Tuhan yang maklum.

Sejak kunjungan ke psikolog saat itu, sang anak tak pernah merasa gundah lagi, tetapi entah untuk keinginan bunuh dirinya.  Mencermati keadaan sang anak saat ini, yang telah duduk di bangku kuliah semester tiga serta aktif sebagai anggota BEM, sang ayah kadang berseloroh, "Masih mau mati nak?", sang anak menjawab santai, "Masih, tapi ayah yang kasih contoh ya?".  Sang ayah tersenyum kecut.  Sang anak tersenyum penuh sayang kepada ayahnya.

Pergi Ke Psikolog Tak Berarti Sakit Jiwa

Menurut teori psikoanalisa Sigmund Freud, pikiran bawah sadar didefinisikan sebagai kumpulan perasaan, pikiran, dorongan, dan ingatan yang berada di luar kesadaran.  Freud mengatakan, banyak perasaan, keinginan, dan emosi kita ditekan atau ditahan karena kesadaran bawah sadar mereka terlalu mengancam.  Tak jarang keinginan-keinginan yang tersembunyi dan ditekan ini bisa muncul melalui mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun