Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang-orang yang Dimakan Sumpah

7 Oktober 2020   14:27 Diperbarui: 11 Oktober 2020   20:19 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Yunita, tukang rongsokan, tengah istirahat di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (22/4/2020). (Foto: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Memang sulit untuk mengawasi kolaborasi antara penguasa dan pengusaha, karena mereka biasanya memiliki tingkat keakraban yang sangat erat. Begitu eratnya hingga sulit dibedakan apakah mereka itu merupakan rekan bisnis atau saudara sepupu.

Tak mau kalah dengan dunia birokrat dan pemerintahan, dalam dunia hukum pun ketidak pedulian dan penyalah gunaan terhadap jabatan kerap dilakukan oleh para penegaknya.

Para punggawa hukum yang terdiri dari: polisi, hakim, jaksa dan pengacara merupakan profesi-profesi yang sangat rawan melakukan penyalah gunaan jabatan atau wewenangnya. Banyak di antara mereka yang terjerumus ke dalam kegiatan-kegiatan yang justru membantu pelaku kejahatan yang seharusnya ditindak dengan hukum seberat-beratnya. 

Di tangan mereka, acapkali para penjahat terkutuk tersebut malah ditindak dengan hukum yang seringan-ringannya, salah buatan dan tanpa malu-malu tak jarang juga ada satu dua penjahat yang lolos dari jerat hukum.

Pendek kata, jika penguasa dan pengusaha akrab bagaikan saudara sepupu, para penjahat dan para penegak hukum ini rukun dan harmonis bagaikan mertua dengan menantu. Tentunya menantu yang kaya raya serta tampan rupawan.

Di sebuah ruang kelas fakultas kedokteran di daerah Jawa Tengah, dipajang tulisan berpigura, "Jika ingin jadi pedagang, jangan masuk fakultas kedokteran."

Filosofi dari tulisan tersebut adalah, jika nanti jadi dokter jangan sampai keliru  melangkah, sebab sudah menjadi rahasia umum, bahwa banyak dokter-dokter yang dalam praktek kerja sehari-harinya lebih berperan sebagai penjual obat ketimbang dokter yang mengabdi kepada kemanusiaan.  

Terlebih lagi di masyarakat kita pada umumnya dan di kota pada khususnya, yang merasa belum afdol jika berobat ke dokter namun tidak diberi obat, tak peduli kendatipun penyakit yang diderita masih ringan dan belum perlu diobati dengan memberikan obat.  

Alhasil, nyaris semua dokter yang praktek di negeri ini, otomatis akan menulis resep dan memberikan obat. Celakanya, jika para dokter tersebut tergiur dengan perusahaan-perusahaan farmasi yang demikian gencar setiap saat mengutus tenaga pemasarannya untuk mendatangi dokter di tempat-tempat praktek demi melakukan bujuk rayu agar dokter menggunakan obat produksinya, tentunya dengan imbalan-imbalan tertentu.  

Pada kondisi inilah, jika sang dokter tidak peduli akan berpotensi melakukan penyelewengan terhadap keahliannya sebagai pengabdi kepada kemanusiaan, menjadi pengabdi kepada perusahaan farmasi.

Sumpah adalah Janji Kepada Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun