Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Tragis Para Ibu dan Suster

26 Maret 2020   21:00 Diperbarui: 26 Maret 2020   21:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, nasib para medis yang sebagian besar kaum wanita, sehingga dalam artikel ini kita anggap saja sebagai suster juga tak lebih baik dari pada ibu-ibu dalam masa karantina ini. 

Seperti yang diberitakan di media massa, ada petugas kesehatan yang diusir dari tempat kostnya hanya karena si empunya rumah khawatir akan tertular virus yang menempel di tubuhnya setelah seharian bekerja di rumah sakit. Belum lagi mengenai alat pelindung diri yang minim, sehingga membahayakan keselamatan para suster tersebut, dan seperti yang dapat diduga sebelumnya beberapa dari para suster tersebut tertular setelah melayani pasien yang dirawatnya. 

Dan yang lebih menyakitkan, pemerintah dengan santainya mengumumkan akan memberikan insentif dan santunan bagi tenaga paramedis. Kemudian pengumuman tersebut diberitakan lalu diulang siang dan malam. Seharusnya pemerintah lebih memiliki kepekaan, pengumuman tersebut justru melecehkan perjuangan yang selama ini telah dilakukan oleh tenaga paramedis tersebut. 

Ketahuilah, mereka tak membutuhkan itu. Sebab tatkala mereka menabalkan diri menjadi paramedis, saat itu mereka sudah berjanji untuk mengabdikan diri kepada kemanusiaan. 

Jadi tak perlu lagi diiming-imingi dengan insentif berupa sejumlah uang, sebab jika ingin memilih hidup, maka dapat dipastikan mereka memilih berhenti bekerja sebagai paramedis, dari pada menggadaikan nyawanya dengan alat pelindung diri yang minim untuk insentif yang hanya beberapa juta rupiah saja.

Oleh karena itu, belajar dari kasus ini, marilah kita menghargai peran para ibu dan para suster yang tiada terhitung besarnya dalam menjalani masa karantina ini. Janganlah kita mengulang kesalahan yang dibuat oleh generasi masa lalu, dengan mendiskreditkan dan menuduh telah menjadi arwah penasaran bagi para ibu dan suster yang telah kehilangan nyawanya demi menyelamatkan kehidupan umat manusia.

Tangerang, 26 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun