Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mari Belajar Bijak dari Sopir Truk

22 Februari 2020   02:43 Diperbarui: 25 Februari 2020   21:23 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah truk melaju kencang, mendahului kendaraan yang berjalan lambat, termasuk seorang pengendara sepeda motor yang sedang melamun sambil berkendara. 

Setelah terkaget-kaget semenit dua, sang pengendara melihat sekilas tulisan yang lumayan besar di belakang bak truck, tertulis: "Jangan Dekat-Dekat", di bawahnya terdapat sederet tulisan kecil, namun tidak terbaca karena terlalu jauh dari kemampuan melihat mata normal. 

Saking penasarannya, si pengendara motor memacu kendaraannya demi memuaskan keingin tahuannya akan lanjutan tulisan di belakang bak truck tersebut. Begitu sudah dekat dan tulisan terbaca, sang pengendara tersenyum kecut, di sana tertulis: Jangan Dekat-Dekat, nanti dikira selingkuh.

Memang para sopir truck, yang berseliweran di jalan raya kadangkala luar biasa kreatifnya. Banyak tulisan-tulisan yang menggelitik hati, meneduhkan hati bahkan bikin miris. 

Di antaranya, ada tulisan berbunyi: Jika sopir truck ini ugal-ugalan, hubungi simbok di kampung. Ada juga yang isinya bikin hati terharu, misalnya: Siang jadi malam, malam tak pernah tidur, demi anak istri. Dan bikin miris: Ngebut adalah ibadah, semakin ngebut semakin dekat dengan Tuhan.

Senada dengan sopir truk, sopir angkutan kota juga mencoba untuk kreatif. Namun karena kebanyakan sopir angkot terdiri dari kaum muda, kreatifitasnya pun bergaya muda.

Kebanyakan tak jauh dari kalimat-kalimat percintaan. Misalnya, Melupakan ibadah itu neraka, melupakan orang tua durhaka, melupakanmu mana bisa? Atau, Antar nona dalam kota.

Mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui tulisan, yang dipamerkan kepada khalayak seperti yang dilakukan oleh sopir truck dan angkot di atas, pada dasarnya sah-sah saja, sepanjang isi tulisan tidak sampai merugikan orang lain, melanggar undang-undang ataupun merugikan kepentingan umum. 

Metode mengekspresikan diri, bukanlah hanya melanda para pengendara truck atau angkutan umum lainnya, sebab para pemilik kendaraan pribadi pun tak mau ketinggalan, terutama untuk kalangan kelas menengah.

Tren tulisan atau asesories yang ditempelkan di kendaraan pribadi kelas menengah senantiasa berganti setiap tahunnya. Pada masa tahun sembilan puluhan, pemilik mobil saat itu gemar memasang atribut yang menunjukkan statusnya. Contohnya: menempelkan nama perguruan tinggi favorit di belakang kaca mobil.

Bahkan pernah muncul trend para pemilik mobil memasang plat nomor dari luar negeri, terutama plat nomor bekas dari negara bagian di Amerika Serikat. Tak jelas bagaimana caranya mereka memperoleh plat nomor bekas tersebut.

Beberapa tahun lalu, juga pernah muncul trend menuliskan nama dan gambar para anggota keluarga pemilik mobil, di kaca belakang tentunya.

Maka tertulislah kata-kata: Papa, Mama, Kakak, Adik dan Kucing beserta gambar sketsa kelima para mahluk hidup tersebut. Sketsa yang acapkali lebih mirip gambar bengkarung dari pada gambar orang.

Yang tak pernah hilang trendnya, adalah memasang atribut institusi angkatan bersenjata atau angkatan kepolisian di kaca belakang maupun depan kendaraan. Entah apa maksudnya.

Mungkin berharap orang segan kepadanya. Beberapa profesi yang merasa memiliki kemungkinan untuk ditakuti atau disegani ataupun dikagumi, ikut-ikutan tak mau kalah.

Maka ditempel pulalah beragam atribut yang menandakan si pemilik mobil terkait erat dengan profesi tadi. Contohnya bisa dilihat: mobil pengacara dengan tempelan nama organisasi advokatnya, mobil pilot dengan lambang pesawat terbang dan mobil dokter dengan lambang gelas dan ularnya, entah apa gerangan makna lambang tersebut. Sayang sekali profesi dukun santet atau tukang sihir tak ikut-ikutan.

Padahal justru profesi inilah yang paling ditakuti, ketimbang tulisan dengan kalimat: "Keluarga Besar Abri", "Keluarga Besar Polisi", "Advokat Pembela Kebenaran" atau "Mobil Pilot". Tulisan mencolok dengan kalimat: "Keluarga Besar Dukun Santet", atau "Cucu Nenek Sihir" lebih punya potensi menakutkan dan bikin gentar dibanding profesi yang lain.

Untuk kelas atas, baik pengusaha maupun penguasa, permainan mereka dalam hal kendaraan lain lagi. Mereka menggunakan kuasanya untuk mencetak plat nomor dengan kode tertentu, yang makna atau manfaatnya hanya dipahami oleh mereka dan para petugas pengatur lalu lintas. 

Itulah sebabnya acapkali kendaraan dengan plat nomor khusus tersebut melanggar aturan di depan mata petugas, namun petugas tak bisa bertindak apa-apa. Kadang hanya menatap dengan penuh kejengkelan saja. Sebab jika mereka berani menindak, akibatnya hanya mereka saja yang paham. Rakyat awam hanya mampu bersyak wasangka saja.

Yang agak unik, dari perilaku berkendara adalah jika melakukan perjalanan dengan rombongan. Ambil contoh misalnya rombongan besan untuk mengantar mempelai pria dari daerah Jawa Barat sedang menuju Banten, yang biasanya menggunakan jalan tol. 

Maka akan tampak konvoi belasan mobil, dengan tulisan dengan kertas putih ukuran folio, "Rombongan Besan Anu". Cukup menyita perhatian karena lazimnya mereka berjalan beriringan, khawatir terputus dari rombongan. 

Padahal, asal mereka tahu saja sesampainya di tempat acara, rombongan yang sudah berdandan rapi dan riang gembira tersebut akan disambut dengan ledakan petasan yang berdentam-dentam.

Sangat berisiko jika di dalam rombongan terdapat peserta yang mengidap kelainan jantung, atau lanjut usia. Bisa jadi acara pernikahan yang seharusnya penuh suka cita berubah menjadi penuh duka cita, janur kuning berganti menjadi bendera kuning.

Mendengar bunyi petasan yang tak tahu diri tadi, anak bayi yang ikut serta pun dapat dipastikan langsung menjerit-jerit ketakutan, untuk kemudian panas dingin beberapa saat. Pendek kata bikin repot orang tuanya.

Ekspresi Diri

Adalah sebuah gambaran yang dirasakan oleh hati untuk menyampaikan sebuah rasa dalam diri. Namun adakalanya ekspresi diri yang berlebihan dapat mengarah kepada perilaku "pamer", demi pengakuan terhadap eksistensinya. 

Jadi antara ekspresi diri dan pamer dapat terjadi seiring sejalan, tergantung bagaimana pribadi yang bersangkutan. Seorang wanita berdandan, pada dasarnya hanyalah merupakan ekspresi dirinya sebagai wanita, yang senantiasa ingin tampil cantik sesuai nalurinya. 

Mereka tak peduli berdandan itu mau dilihat orang atau tidak. Namun, ada juga sebagian wanita yang berdandan sekaligus ingin pamer kecantikannya. Demikianlah yang terjadi dengan perilaku para pengendara dan atau pemilik kendaraan yang diceritakan di atas.

Para pengemudi truck, menulis kalimat yang aneh-aneh, atau menggelitik adalah agar dibaca orang. Harapan mereka orang yang membacanya akan merasa senang seperti halnya dirinya yang dengan susah payah menciptakan kalimat-kalimat unik tersebut. 

Pada taraf ini, perilaku sang pengemudi baru terbatas kepada ekspresi diri semata. Demikian juga yang dilakukan oleh sopir angkutan kota. Lagi pula, mungkin sebagai individu dengan pekerjaan sebagai pengemudi mereka paham bahwa tak ada istimewanya untuk pamer status. Kalau "pamer bojo" mungkin tak mengapa.

Namun demikian, untuk pemilik kendaraan kelas menengah, di samping ekspresi diri mereka juga sudah berniat untuk memamerkan apa yang dimiliki. 

Memamerkan sesuatu yang berupa prestasi tak ada salahnya, malah jika bisa mencapai sasaran yang tepat akan menjadi motivasi untuk lebih giat berusaha dan bekerja bagi yang melihatnya. 

Contohnya, yang memasang stiker universitas ternama, setidaknya memamerkan bahwa salah satu anggota keluarga pemilik mobil ada yang bersekolah di sana.

Memasang stiker "Pilot In The Car", setidaknya memberitahu bahwa mobil tersebut milik pilot, yang akan lebih afdol lagi jika ditambah tulisan besar-besar "Pilot Masih Bujangan" dengan tambahan huruf kecil-kecil yang nyaris tidak terbaca, "dua puluh tahun lalu".

Sedangkan untuk kelas atas, dengan nomor khusus, yang acapkali mempunyai hak-hak istimewa, bukan lagi sekedar ekspresi diri dan pamer, melainkan sudah mengarah kepada intimidasi dan pertunjukan kekuasaan.

Nyaris sama dengan pengendara rombongan, mereka menganggap mempunyai hak istimewa untuk didahulukan dan diberi jalan khusus. Apalagi jika jumlah rombongannya sudah mencapai belasan mobil, seperti rombongan besan tadi.

Sesungguhnya, tulisan-tulisan unik di belakang kendaraan bisa menjadi hiburan segar di tengah panas terik dan sesaknya jalan raya, sepanjang dapat membuat orang yang membacanya terhibur, tercerahkan, sejuk hati, ataupun sekedar rileks.  

Dalam hal ini, jujur saja kita bisa belajar banyak kepada pengemudi truck dan sopir angkutan kota. Oleh karena di kendaraan-kendaraan merekalah banyak ditemui kata-kata unik, bersahaja, jenaka dan menyejukkan.

Untuk kendaraan-kendaraan menengah ke atas, ekspresi dirinya sudah mengarah kepada pamer dan unjuk kedigjayaan, yang memang tak bisa dipungkiri bisa membuat terinspirasi orang-orang yang optimis namun membikin muak bukan kepalang bagi orang-orang pesimis.

Celakanya, kita tak tahu di negeri ini jenis individu mana yang dominan, optimiskah, atau sebaliknya.

Tangerang, 21 Februari 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun