Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mari Belajar Bijak dari Sopir Truk

22 Februari 2020   02:43 Diperbarui: 25 Februari 2020   21:23 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun lalu, juga pernah muncul trend menuliskan nama dan gambar para anggota keluarga pemilik mobil, di kaca belakang tentunya.

Maka tertulislah kata-kata: Papa, Mama, Kakak, Adik dan Kucing beserta gambar sketsa kelima para mahluk hidup tersebut. Sketsa yang acapkali lebih mirip gambar bengkarung dari pada gambar orang.

Yang tak pernah hilang trendnya, adalah memasang atribut institusi angkatan bersenjata atau angkatan kepolisian di kaca belakang maupun depan kendaraan. Entah apa maksudnya.

Mungkin berharap orang segan kepadanya. Beberapa profesi yang merasa memiliki kemungkinan untuk ditakuti atau disegani ataupun dikagumi, ikut-ikutan tak mau kalah.

Maka ditempel pulalah beragam atribut yang menandakan si pemilik mobil terkait erat dengan profesi tadi. Contohnya bisa dilihat: mobil pengacara dengan tempelan nama organisasi advokatnya, mobil pilot dengan lambang pesawat terbang dan mobil dokter dengan lambang gelas dan ularnya, entah apa gerangan makna lambang tersebut. Sayang sekali profesi dukun santet atau tukang sihir tak ikut-ikutan.

Padahal justru profesi inilah yang paling ditakuti, ketimbang tulisan dengan kalimat: "Keluarga Besar Abri", "Keluarga Besar Polisi", "Advokat Pembela Kebenaran" atau "Mobil Pilot". Tulisan mencolok dengan kalimat: "Keluarga Besar Dukun Santet", atau "Cucu Nenek Sihir" lebih punya potensi menakutkan dan bikin gentar dibanding profesi yang lain.

Untuk kelas atas, baik pengusaha maupun penguasa, permainan mereka dalam hal kendaraan lain lagi. Mereka menggunakan kuasanya untuk mencetak plat nomor dengan kode tertentu, yang makna atau manfaatnya hanya dipahami oleh mereka dan para petugas pengatur lalu lintas. 

Itulah sebabnya acapkali kendaraan dengan plat nomor khusus tersebut melanggar aturan di depan mata petugas, namun petugas tak bisa bertindak apa-apa. Kadang hanya menatap dengan penuh kejengkelan saja. Sebab jika mereka berani menindak, akibatnya hanya mereka saja yang paham. Rakyat awam hanya mampu bersyak wasangka saja.

Yang agak unik, dari perilaku berkendara adalah jika melakukan perjalanan dengan rombongan. Ambil contoh misalnya rombongan besan untuk mengantar mempelai pria dari daerah Jawa Barat sedang menuju Banten, yang biasanya menggunakan jalan tol. 

Maka akan tampak konvoi belasan mobil, dengan tulisan dengan kertas putih ukuran folio, "Rombongan Besan Anu". Cukup menyita perhatian karena lazimnya mereka berjalan beriringan, khawatir terputus dari rombongan. 

Padahal, asal mereka tahu saja sesampainya di tempat acara, rombongan yang sudah berdandan rapi dan riang gembira tersebut akan disambut dengan ledakan petasan yang berdentam-dentam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun