Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ibarat Manusia, Perlakuan "Brand" Akun Sosial Media Berpengaruh terhadap Penilaian Warganet

8 Desember 2021   08:16 Diperbarui: 8 Desember 2021   16:56 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi branding | Sumber: Pxhere/rawpixel.com 

Sosial media bagi setiap perusahaan di zaman saat ini, menjadi sebuah kewajiban agar publik semakin mengenal "brand" perusahaan tersebut. Ibarat manusia, brand-mu ingin terlihat seperti apa di mata publik.

Mungkin masih banyak perusahaan, institusi ataupun lembaga yang 'meremehkan' sosial media. Terkadang ada pendapat yang mengatakan perusahaan saya sudah terkenal, sehingga tidak butuh sosial media.

Sedangkan ada pendapat lain yang mengatakan, perusahaan saya tidak bergerak di bidang umum yang terlihat di publik lalu tidak perlu adanya akun sosial media.

Padahal, di masa teknologi berkembang seperti saat ini, jika perusahaan atau institusi tidak membuat akun sosial media, tentu akan ada orang lain yang memanfaatkan celah tersebut untuk penipuan.

Jelas itu akan berdampak buruk terhadap citra brand perusahaan atau institusi tersebut. Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi menimpa perusahaan atau institusi yang kita pegang.

Selain itu, jika kita tidak mengatur dengan baik "brand" kita di sosial media, warganet yang akan memberikan nilai tersebut. Misalnya kita tidak responsif terhadap permasalahan.

Penilaian warganet akan menilai perusahaan atau institusi brand tersebut memang tidak responsif terhadap permasalahan konsumer atau pelanggan yang sedang mendapatkan masalah dalam layanan.

Jika terus menerus dibiarkan seperti itu, tentu dampak buruk bagi brand kita. Dampak terburuknya, kita akan kehilangan pelanggan setia yang selalu memanfaatkan layanan yang kita berikan.

Persepsi publik tentu berpengaruh dalam membangun image brand tersebut dalam jangka panjang. 

Sehingga, sebelum publik memberikan persepsi buruk, kita sebagai pemilik brand harus yang memberikan citra positif terlebih dahulu.

Sama halnya kita sebagai manusia, personal kita ingin dilihat seperti apa di mata orang di sekitar kita. Apakah kita ingin dilihat sebagai pribadi yang malas, kasar dan suka berfoya-foya ataukah kita dikenal sebaliknya.

Tentu penilaian publik itu diberikan usai bertemu ataupun setelah berinteraksi dengan diri kita. First Impression tentu juga menjadi bagian terpenting dalam membangun sebuah branding.

Oleh karena itu, perlunya seseorang yang mengerti tentang bagaimana mengatur brand di sosial media itu perlu. Hal seperti ini tidak diajarkan secara khusus.

Bahkan tidak ada di mata kuliah manapun. Tapi hal ini bisa dipelajari dan butuh jam terbang. Maka dari itu, meski pekerjaan ini tidak terlihat, tapi tetap butuh seseorang yang spesialisasi terhadap hal ini.

Bayangkan saja, jika brandmu dikenal menjadi brand keren, anak muda gaul bahkan menjadi trendsetter mendadak dipegang oleh orang yang tidak paham kinerja media sosial media.

Tentu dia tidak akan paham bagaimana memanage dengan baik. Hasilnya sudah bisa diprediksi sosial media tersebut jeblok dan akan ditinggalkan.

Contohnya, ketika brand anak muda keren dan menjadi trendsetter diisi oleh konten joget TikTok dengan direkam dan gaya ala kadarnya. Ya tentu orang-orang akan berkata, "Eeuww".

Jika demikian, hal itu menandakan bahwa brand itu kehilangan identitasnya dan tidak memiliki strategi yang jelas, mau dibawa kemana sosial media tersebut.

Ingat, pada dasarnya tidak semua konten dan tidak semua yang viral bisa diterapkan ke semua akun. Semua itu harus disesuaikan dengan karakter brand tersebut.

Kembali lagi, sosial media itu ibarat pencitraan diri brand tersebut dalam bentuk "personality".

Konten yang kamu naikkan, itu ibarat kamu interest dengan hal apa. Jika kamu posting konten yang receh, ya jelas brandmu dianggap menyukai hal yang receh.

Bagaimana cara penyampaianmu melalui konten, itu menunjukkan bagaimana pola pikir dan sikap brandmu dalam menghadapi suatu isu atau masalah.

Termasuk juga caption yang kamu posting sebagai pengantar kontenmu. Menunjukkan bagimana cara kamu berkomunikasi dengan orang lain.

Apakah kamu 'slengekan', terlalu serius, formalitas, santai, gaul atau seperti apa, tergantung dari caption yang kamu gunakan. Terlihat sepele tapi ini hal penting.

Sudah bukan rahasia umum, warganet sangat menyukai bahasa-bahasa gaul, kekinian dan anak muda. Sehingga, jika kamu masih gunakan bahasa kaku, kamu mungkin perlu belajar lagi.

Perlu diketahui, tulisan ini bukan bentuk promosi Gojek dengan layanan Gomart-nya. Tapi iklan dari marketplace satu ini cocok menjadi contoh dari penjelasan tulisan saya.

Bagaimana perusahaan marketplace milik anak bangsa ini bisa dekat secara personal kepada pengguna jasa layanannya dengan baik.

Terlepas dari sinematografi dan bentuk animasi yang memang keren, tapi pesan dan bahasa yang digunakan sangat sesuai dengan maksud artikel ini.

Jika brand kamu ingin terlihat keren, gunakanlah bahasa yang juga mengikuti termasuk cara penyampaiannya.

Kamu bermaksud ingin menjadi trendsetter, tapi cara penyampaian pesanmu terlalu kaku atau bahkan cenderung 'cringe', ya tentu kamu akan dianggap aneh.

Ibaratnya dandananmu sudah anak muda gaul, tapi cara berjalanmu seperti pasukan sedang baris-berbaris. Ya akan dipandang aneh oleh yang bertemu denganmu. Aneh.

Itu sebabnya, kenapa sosial media itu penting. Jika kamu tidak memberikan impresi ke orang lain, warganet yang akan memberikan penilaian itu terhadap brandmu.

Begitu juga dengan pekerjaan sosial media, terlihat tidak butuh spesialisasi, tapi pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarangan orang.

Maka, jika ingin terlihat baik "brand"mu di sosial media, ajak seseorang yang memang mengerti tentang cara kinerja sosial media. Bukan sembarangan orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun