Saya sangat ingat betul, selepas dhuhur sekitar jam 1 atau jam 2, saya merasa suasana rumah yang ramai membuat saya gak nyaman untuk tidur di ruang tengah.
Pernah kan kamu merasa tidurmu terganggu suasana dan suara tapi karena terlalu ngantuk kamu tetap coba menutup mata? Ya itulah yang saya lakukan saat itu.
Tapi niat hati sudah gak betah ingin pindah tempat tidur, saya mencoba bangun dari tidur saya dalam posisi tengkurap. Ketika saya buka mata, saya gak bisa gerakkan badan saya.
Seketika saya menjerit. Tapi gak ada suara dari mulut. Malah suara dari dalam hati teriak keras sekali sampai dada saya sakit.
Bukan karena menjerit ketakutan, tapi karena mendengar suara nyanyian yang saya rindukan. Suara kidung nenek saya yang sudah meninggal.
Nenek saya setiap sore, setiap hari, selalu kidung tanpa lirik, hanya nada. Hanya nada berdehem sambil mengetukkan tangan di kursi kayu teras kesayangannya.
Saya menjerit memanggil namanya, heboh sendiri. Masih mencoba memanggil om dan tante yang sedang rapat, memberitahu mereka, nenek di teras depan.
Tapi tidak ada yang mendengar. Suara juga gak keluar. Saya bingung. Karena saya belum pernah alami ini. Saya sempat meringis nangis karena saya berpikir saya mati.
Atau setidaknya berada di alam lain dan gak bisa kembali. Saya bingung. Saya harus melakukan cara agar kembali, mulai dari menangis, berdoa, hopeless, berdoa kembali dan mencoba membangunkan diri.
Saat memaksa bangun itulah saya bisa kembali. Tapi saya mengagetkan semua keluarga besar yang sedang rapat. Bahkan setelah bangun saya langsung lari ke teras depan sambil ngos-ngosan dan sedikit bingung.
Saya tahu saya gak sedang mimpi, karena tahu posisi saya tidur di tengah lingkaran keluarga besar yang sedang rapat. Bahkan, saya tahu siapa duduk dimana, sebelah siapa dan sedang ngobrol apa.