Kalau sudah kakek saya yang duduk di sebelahnya, wah panjang urusannya. Kakek saya emang seneng dongen dan bercerita banyak hal, membuat saudara saya yang lain kadang merasa sudah bukan jamannya.
Gak jarang semua saudara, anak-anak maupun dewasa kumpul kembali di depan rumah. Entah itu main kembang api bareng ataupun mainan yang lain.
Pastinya seru. Apalagi main tekong-tekongan alias petak umpet. Kita harus bersembunyi, saat penjaganya mencari kita harus lari untuk menepuk dinding tempat si penjaga berjaga.
Selain itu, kadang mainan lompat tali. Biasanya saya dan saudara saling pamer trik dan skill bermain lompat tali. Mulai dari 'kayang' hingga 'gaya kupu-kupu'.
Awal tahun 2000an, semua itu hilang. Saudara sepupu saya, cucu tertua kakek dan nenek saya meninggal karena sakit. Nenek saya sangat terpukul dan bersedih, seminggu kemudian nenek saya menyusul berpulang.
Tahun depannya, giliran kakek saya usai jatuh dari kamar mandi. Saat itu saya masih sekolah SMA.
Tidak hanya itu saja, berikutnya bapak saya menyusul. Setahun setelah kepergian kakek saya. Saya sangat terpukul.
Beberapa tahun kemudian om dan pak dhe saya meninggal. Keluarga besar saya sangat kehilangan.
Alasan-alasan inilah yang membuat saya merindukan suasana seperti dulu lagi. Sesuatu yang tidak mungkin akan terulang, tidak ada kakek nenek, tidak ada saudara. Tidak ada bapak saya.
Jika bisa ditukarkan dengan uang, saya mau kembali ke masa lalu untuk merasakannya sekali lagi. Namun, waktu berjalan maju, saatnya untuk jalin kedekatan dengan keluarga baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H