Biasanya jika sudah ketahuan nakal, saudara yang lain langsung menyahuti "Huuuuu....." dengan lantang. Malunya minta ampun meskipun sama saudara sendiri.
Usai pembagian raport itu, bagi-bagi uang adalah momen yang paling ditunggu. Gak cuma dapat THR dari kakek dan nenek saja, semua om dan tante giliran kasih uang.
Saya juga kadang minta dari bapak dan ibu saya. Saking nakalnya jaman dahulu, jika saya diberi nominal uang yang sama dengan saudara sepupu saya, saya protes.
"Saya kan anak bapak dan ibu, masa sama seperti saudara yang lain. Gak sayang sama aku?," sambil saya memelas.
Cuma gitu aja? Bagi saya, setelah itu dengan saudara-saudara yang lain saling pamer uang baru. Bukan nominalnya yang dipamerin, tapi jumlah uang barunya.
Apalagi jika ada om dan tante kasih "angpao" dengan amplop atau dompet kecil yang menarik. Pasti akan jadi ajang pamer, punya saya amplopnya bagus, sedangkan yang lain pamer kepunyaannya.
Biasanya, sudah ada yang "unjung-unjung" alias keliling ke saudara atau tetangga yang lain. Karena itu, ada yang sudah dapat amplop sebelumnya.
Adat keluarga saya saat itu, setiap keluarga wajib bawa makanan masing-masing. Meskipun kakek dan nenek saya sudah masak banyak.
Namun, entah kenapa seringnya semua makanan itu habis tak bersisa. Kalaupun ada sisa sedikit, ya dibagi rata dibawa pulang om dan tante saya.
Selesai acara makan-makan, keluarga yang dewasa bagi tugas, ada yang cuci piring, ada pula yang bersih-bersih ruang tengah. Sedangkan anak-anak main bareng.
Tidak ada satu orang pun tertinggal atu dibiarkan sendirian. Pasti kakek saya akan duduk disebelahnya kalau sendirian.