Mohon tunggu...
Titi Toifatun
Titi Toifatun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Stibisnis

Saya adalah mahasiswa semester 5 jurusan D3 Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Silent Treatment dalam Sebuah Hubungan Keluarga terhadap Keberhasilan Komunikasi

24 Desember 2023   21:18 Diperbarui: 24 Desember 2023   21:22 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan

penerimaan pesann atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat

di pahami. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, communicates, artinya berbagi atau

menjadi milik bersama, mengacu pada upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Scoot M Cultip, yaitu kredibilitas (credibility), konteks (context), konten

(content), kejelasan (clarity), kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency),

kemampuan Komunikan (capability of audience).

Penerapan silent treatment awalnya ditujukan sebagai hukuman bagi narapidana pada

tahun 1835. Dilansir oleh ABC Life, silent treatment menjadi alternatif dari hukuman fisik yang

diterima narapidana. Hukuman ini dilakukan dengan melarang narapidana berbicara dan

menutup wajah mereka. Dengan demikian, narapidana tidak dianggap dan diabaikan

keberadaannya. Hasil yang didapatkan melalui hukuman ini adalah rasa tidak dihargai dan

terabaikan. Narapidana merasa mental mereka diuji karena keberadaan mereka dianggap seolah

tidak ada. Faktanya, terlalu sering menerima perlakuan silent treatment dapat menurunkan

kepercayaan diri seseorang.

Menurut James Altucher, penulis buku (2014) “The Power Of Yes” dan “The Power

Of No”, mengabaikan seseorang adalah cara terburuk untuk menyelesaikan masalah. Bukannya

terselesaikan, masalah tersebut justru akan menumpuk dan memperburuk komunikasi dalam

suatu relasi.

Menyikapi silent treatment dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah

dengan tetap bersikap tenang dan berusaha untuk berkomunikasi, diam bukanlah jawaban untuk

mengatasi masalah, melakukan refleksi diri dan menemukan akar masalah. Kebanyakan

pelaku silent treatment berasumsi apabila seseorang akan berusaha memperbaiki diri mereka saat

berdiam diri. Asumsi ini yang menjadikan kedua pihak sulit untuk berkomunikasi lagi. Oleh

karena itu, salah satu pihak dapat memulai percakapan untuk menghindari masa diam dengan

pelaku silent treatment. Kemudian, mulailah sebuah obrolan mengenai masalah yang dimiliki

Sobat dan pelaku.

Di masa kini, silent treatment dianggap menjadi suatu solusi terhadap konflik. Akan

tetapi, keberadaan silent treatment sejatinya hanya akan memperburuk masalah.

Keberadaan silent treatment juga dapat mengganggu berbagai relasi. Keretakan relasi dapat

berujung pada perselisihan dan salah paham yang sulit dihindari. Jadi, diperlukan kesabaran

ekstra untuk mengatasi terjadinya keretakan hubungan. Tak hanya dalam hubungan percintaan,

tindakan ini juga bisa pada hampir semua jenis hubungan. Entah itu antara ibu dan anak, sesama

rekan kerja, atau dalam pertemanan. Tindakan ini bisa menjadi reaksi cepat terhadap situasi di

mana seseorang merasa marah, frustrasi, atau terlalu kewalahan untuk menghadapi suatu

masalah. Silent treatment juga dapat dialami di dalam keluarga, seperti dari orang tua kepada

anak atau sebaliknya. Silent treatment di dalam keluarga merupakan pelecehan atau kekerasan

emosional yang bisa berdampak negatif pada kesehatan mental. Silent treatment dalam keluarga

dapat menjadi salah satu bentuk emotional abuse atau pelecehan secara emosional yang dapat

digunakan untuk mengontrol dan memanipulasi orang lain. Dilansir dari Medical News Today.

Ada beberapa penyebab silent treatment dalam yaitu, menghindarkan diri karena tidak tahu harus

berbicara apa, bingung ketika tidak bisa mengekspresikan apa yang sedang dirasakan dengan

penyampaian secara verbal, dianggap sebagai hukuman karena apa yang telah dilakukan.

Untuk menghindari dampak negatif, komunikasi yang jelas dan terbuka adalah kunci

untuk menjaga hubungan yang sehat. Melansir PsychCentral, ada beberapa cara menghadapi

silent yang bisa dilakukan yaitu memberikan waktu pada anggota keluarga yang melakukan

silent treatment untuk mengontrol emosi di dalam dirinya, menyelaraskan nada komunikasi

agar dapat saling memahami dan dapat menentukan sikap yang tepat untuk dilakukan. Silent

treatment yang terjadi di dalam keluarga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental,

seperti memicu gejala depresi.

Dari faktor unsur keberhasilan komunikasi yang di ungkapkan oleh Scoot M Cultip

salah satunya yaitu kejelasan (Clarity), yang apabila dalam silent treatment faktor ini tidak

ada di dalamnya, artinya jika silent treatment terjadi tidak ada kejelasan konteks dalam

komunikasi karena satu pihak atau pihak lainnya melakukan prilaku diam (tidak

berkomunikasi) tidak ada komunikan, sehingga konteks yang ada tidak akan bisa di bahas.

Artinya komunikasi yang terjadi akan buruk atau gagal.

Mari hindari perlakuan silent treatment dengan menjadi pribadi yang pemaaf dan berani

mengungkapkan permasalahan yang ada ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun