Pasca shalat subuh dan syuruq keesokan harinya, rombongan berkeliling halaman masjid untuk lebih mengenal area masjid sambal mendengarkan sejarah masjid dan sekitarnya dari pembimbing, antara lain area kubah hijau (makam Rasul dan 2 sahabat), kubah silver (mimbar Rasul). Di antara mimbar dan makam Rasul ada sekeping taman surga, yang dikenal dengan nama Raudhah, yang juga merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Ya Allah, mohon kabulkan apa-apa yang kami pinta di tempat-tempat yang mustajab tersebut. Aamiin yaa rabbal alamiin. Kami juga melewati tempat lain yang ada di sekitar masjid Nabawi, yaitu makam Baqi, Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar, Masjid Ali, dan Tsaqifah Bani Saidah.
Kegiatan rutin di Madinah adalah memperbanyak ibadah individu di Masjid Nabawi. Tampak di beberapa lokasi dalam masjid, kelompok-kelompok halaqah berbagai usia, yang sedang setoran hafalan pada ustadzahnya di sela-sela waktu shalat. Sempat mencoba untuk ingin ikut dalam salah satu halaqah tersebut, namun saat kami mencari informasi pada meja informasi, terasa bahwa kami dipingpong kesana kemari, menyadarkan kami bahwa orang-orang yang kami temui ini bukan orang yang kompeten sebagai pemberi informasi. Walhasil, kami batal ikut dalam halaqah tersebut, dan hanya ikut menyimak dan mendengarkan jamaah yang setoran.
Hari berikutnya agenda rutin travel adalah city tour kota Madinah, diawali dengan Masjid Quba, dengan mengusahakan wudhu dari rumah cq hotel untuk berniat shalat di Masjid Quba, karena akan senilai pahala umrah, insya Allah.Â
Perjalanan dilanjutkan ke pasar kurma.. ehem... untuk mborong bagi jamaah yang masih banyak stok riyalnya. Terakhir ke Jabal Uhud dan ziarah ke makam syuhada Uhud, dan kembali ke hotel melewati Masjid Khandaq dan Masjid Qiblatain namun tak mampir shalat karena mengejar shalat zhuhur di Masjid Nabawi, yang bernilai 1000 x lebih tinggi daripada shalat di masjid lain, selain Masjidil Haram.
Hari terakhir di Madinah kami baru kebagian jatah untuk masuk Raudhah. Disini terasa berbeda antara sebelum dan setelah pandemi. Kini harus mendaftar melalui muassasah dan akan terbit tasreh (semacam permit) yang berisi hari tanggal dan jam kita bisa masuk Raudhah. Khusus pengguna tasreh, jadwal ke Raudhah adalah ba'da shubuh hingga jam 11, demikian info yang kami dapat dari pendamping akhwat. Sedangkan pendaftar via aplikasi Nusuk, baik individu ataupun rombongan, jadwalnya malam hari ba'da isya. Dengan aplikasi Nusuk, kita bisa langsung melihat jadwal yang sudah penuh dan memilih waktu yang masih longgar. Kendalanya jika memakai aplikasi Nusuk adalah terbatasnya waktu kita selama berada di Madinah, sehingga bagi kami cukuplah mengikuti jadwal yang sudah diagendakan oleh travel.
Sistem tasreh dan Nusuk membuat antrian lebih baik dan terstruktur. Kami memulai antrian ke Raudhah ba'da shubuh, dan bersyukur langsung bisa masuk Raudhah pada gelombang pertama saat Raudhah dibuka, dan alhamdulillah sangat cukup waktu, sekitar 20 menit, hingga masuk waktu syuruq, dan kami juga sempat shalat syuruq di Raudhah, lalu keluar dan bergantian dengan jamaah lain. Alhamdulillah.
Dengan demikian selesai sudah perjalanan ibadah kami.
Keesokan harinya kami bersiap kembali ke tanah air, dan guess what? Di bis yang membawa kami ke bandara Internasional Jeddah sudah disediakan kembali menu sarapan Albaik. Gak afdhal juga ke Madinah tanpa makan albaik.
Penutup
Segera menabung dan mengutamakan perjalanan ke tanah suci saat ada nikmat sehat, nikmat rejeki, dan nikmat waktu luang. Apapun agen travel yang dipilih, setiap orang tetap akan mempunyai pengalaman dan kesan yang berbeda-beda, walau dengan orang lain yang pergi bersama di waktu yang sama dengan travel yang sama. Semua kembali ke hati masing-masing, termasuk jika menemui kendala, bagaimana cara kita menyikapinya.
Semoga Allah mudahkan kita semua untuk lagi dan lagi mengunjungi rumah suci-Nya. Aamiin yaa rabbal alamiin. Â