Mohon tunggu...
Titi Saraswati
Titi Saraswati Mohon Tunggu... Akuntan - Musafir

cuma seseorang yang ingin menuliskan apa yang ada di pikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Umrah Pasca Pandemi

15 September 2023   17:05 Diperbarui: 29 Desember 2023   08:42 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pembukaan

Bismillah...

Alhamdulillah wa syukurillah, setelah masa pandemi, kami berkesempatan untuk kembali menjadi tamu Allah di dua kota suci, Makkah dan Madinah.

Perjalanan kami lakukan di akhir Agustus hingga awal September 2023, diawali dengan manasik umrah secara offline di hotel sekitar bandara menjelang saat keberangkatan. Kami menduga acara ini juga sebagai salah satu mitigasi risiko pihak travel atas adanya jamaah yang terbiasa mepet-mepet datang ke bandara, sehingga mengakibatkan jamaah lain ikut menanggung derita deg-degan ga jadi berangkat karena para telaters hehe... Salut pada pihak travel jika benar dugaan ini. It works!

Pesawat take off di Kamis dinihari 31 Agustus 2023, dan manasik offline di Rabu 30 Agustus, sejak ba'da zhuhur hingga jelang maghrib. Ba'da isya dan makan malam, jamaah bergerak menuju bandara menggunakan bis yang disewa travel.

Tujuan pertama adalah kota Makkah, berarti akan langsung umrah, dan berarti pula harus miqat di pesawat saat pesawat berada di atas kota Yalamlam, sebagai tempat miqat bagi pendatang yang datang dari arah kota Yaman, termasuk Indonesia, berarti juga untuk jamaah Ikhwan harus berganti pakaian ihram di atas pesawat!

Terbayang kehebohan dan keriuhrendahan jelang miqat, saat ustadz pembimbing kami menyampaikan agar para Ikhwan memulai ganti pakaian ihram. Dengan space seadanya, baik di lorong antar kursi maupun di depan pintu exit dan emergency yang sedikit longgar, bergantianlah para Ikhwan berganti pakaian ihram. Alhamdulillah ternyata semua selesai sebelum sampai miqat tanpa adanya kesulitan yang berarti. Tentu ini tak lepas dari pembekalan selama manasik, bagaimana cara berpakaian ihram yang aman dan nyaman.

Pesawat landing dengan mulus di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah sekitar pagi hari pukul 7 waktu setempat. Setelah beres urusan imigrasi dan bagasi, kami menuju bis dan di dalamnya sudah disiapkan sarapan berupa paket ayam goreng Al Baik, sejenis KFC produk lokal. Gak afdhal ke Mekah kalo gak makan Al Baik, gitu katanya.

Makkah al Mukarramah, Makkah yang Diberkahi

Dengan jarak Jeddah Makkah sekitar 93 km, dan memakan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan, akhirnya  sampailah kami di hotel tujuan di kota Makkah al Mukarramah, Makkah yang Diberkahi. Berbagi kunci kamar, makan siang, lalu lanjut memulai tujuan utama perjalanan ini, umrah di Masjidil Haram.

Aktivitas umrah dimulai dengan thawaf 7 kali putaran mengelilingi Ka'bah, kiblat shalat muslim di seluruh dunia, dengan arah putaran yang berlawanan dengan jarum jam. Suhu saat itu sekitar 42 derajat celcius. Panas terik di siang hari, yang dicemaskan banyak orang jika umrah di siang bolong, alhamdulillah ternyata tak dirasakan oleh para jamaah. Kelelahan dari perjalanan panjang juga terlupakan. Semua tenggelam dan larut dalam rasa haru di hati masing-masing, tak sanggup lagi memikirkan panasnya suhu udara, semua fokus dan khusyu' melaksanakan thawaf.

Selesai thawaf, dilanjutkan dengan shalat sunnah 2 rakaat di area Multazam, yaitu antara sudut hajar aswad dan pintu Ka'bah, yang diyakini sebagai salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Maka langitkan doa-doamu, curhatkan apa yang kamu pinta, bermohonlah sepenuh hati pada Rabb-mu, dan yakinlah bahwa semua pintamu akan terkabul.

Kemudian kami lanjutkan proses umrah, mampir sejenak untuk meneguk air Zamzam yang tersedia dimana-mana, sebelum melanjutkan dengan sai, berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa sebanyak 7 kali, menapaktilasi bunda Siti Hajar saat mencari air untuk putranya Ismail, setelah ditinggal Nabi Ibrahim yang melaksanakan perintah Allah SWT.

Setelah sai, kami semua tahallul, tanda selesainya umrah, dengan mencukur sedikit rambut bagi akhwat, dan disunahkan gundul bagi ikhwan.

Beberapa perbedaan yang kami rasakan sebelum dan sesudah pandemi antara lain sebagai berikut:

  • Area mataf (pelataran sekeliling Ka'bah) masih dibatasi, dan hanya bisa didatangi oleh jamaah yang sedang melakukan ibadah umrah saja, jika ikhwan ditandai dengan berpakaian ihram, sedangkan untuk akhwat tak ada perbedaan, sehingga untuk akhwat relatif lebih bebas untuk thawaf sunnah anytime tanpa harus mengambil miqat terlebih dulu.
  • Kesempatan untuk shalat di Hijr Ismail (area lengkung setengah lingkaran, yang menjadi bagian dari Ka'bah), kini terasa lebih sedikit. Selain karena adanya pemisahan antara Ikhwan dan akhwat (good point!), juga terlihat lebih sering ditutup. Padahal kesempatan untuk mendekat ke Hijr Ismail hanya bisa dilakukan jika kita berpakaian ihram (bagi Ikhwan). Qodarullah. Semoga suatu hari semua bisa kembali normal seperti dulu.

Hari-hari lain selama di Makkah diisi dengan kegiatan ibadah masing-masing, sesekali ada program tahajud bareng dan tausiyah sore yang diadakan oleh pihak travel, serta diadakan umrah yang kedua kali bagi yang berniat badal umrah untuk keluarganya yang sudah meninggal. Tempat miqat untuk penduduk Makkah adalah di Masjid Ji'ranah, yang dilewati setelah jamaah selesai kegiatan rutin city tour berkeliling kota Makkah untuk mengunjungi tempat pelaksanaan haji di seputar Arafah Mina Muzdalifah serta tempat-tempat bersejarah di masa Rasul SAW seperti Jabal Tsur dan Jabal Nur.

Setelah selesai umrah kedua, kami menyempatkan jalan sedikit di luar masjid setelah keluar dari pintu bukit Marwa, untuk menuju rumah kelahiran Rasul SAW, yang kini berubah fungsi menjadi perpustakaan. Sayang sekali saat itu perpustakaan sedang tutup sehingga kami tak bisa masuk ke dalamnya. Bangunan bersejarah ini tampak tak terawat. Entah apakah kelak juga akan terkena imbas proyek pelebaran Masjidil Haram, yang direncanakan selesai di 2030.

Tak terasa hari-hari berlalu, dan kami harus segera meninggalkan Makkah untuk mengunjungi kota suci lain, Madinah al Munawarah, Madinah yang bercahaya, yang dikenal sebagai kotanya Rasul SAW, tempat beliau menetap setelah hijrah dari Makkah, hingga wafat dan dimakamkam di rumahnya.

Dengan jarak Makkah Madinah sekitar 450 km, perjalanan ditempuh sekitar 2,5 jam menggunakan kereta cepat, dengan speed rata-rata 300 km/jam, 2 kali lebih cepat dibanding jika kita menggunakan bus.

Madinah al Munawarah, Madinah yang Bercahaya

Kami sampai di hotel Madinah sekitar jam 19 waktu setempat. Beberes urusan hotel dan makan malam, kami meluncur ke Masjid Nabawi sekitar pukul 21 untuk shalat jama'takhir maghrib dan isya, berjamaah dengan rombongan travel di halaman masjid, diimami oleh ustadz pembimbing.

Berbeda dengan di Masjidil Haram sebagai pusat kegiatan umrah, di Masjid Nabawi tak terlalu terasa bedanya antara sebelum dan sesudah pandemi. Semua berjalan seperti dulu, bahkan kini semakin melonggar karena para askar di depan pintu tidak lagi intens memeriksa tas bawaan jamaah. Kalau dulu penuh semangat dan garang untuk bongkar tas jamaah, mungkin mencari kamera dan hape, yang dulu terlarang. Namun kini, bagaimana mungkin melarang jamaah membawa hape ke dalam masjid.

Pasca shalat subuh dan syuruq keesokan harinya, rombongan berkeliling halaman masjid untuk lebih mengenal area masjid sambal mendengarkan sejarah masjid dan sekitarnya dari pembimbing, antara lain area kubah hijau (makam Rasul dan 2 sahabat), kubah silver (mimbar Rasul). Di antara mimbar dan makam Rasul ada sekeping taman surga, yang dikenal dengan nama Raudhah, yang juga merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Ya Allah, mohon kabulkan apa-apa yang kami pinta di tempat-tempat yang mustajab tersebut. Aamiin yaa rabbal alamiin. Kami juga melewati tempat lain yang ada di sekitar masjid Nabawi, yaitu makam Baqi, Masjid Ghamamah, Masjid Abu Bakar, Masjid Ali, dan Tsaqifah Bani Saidah.

Kegiatan rutin di Madinah adalah memperbanyak ibadah individu di Masjid Nabawi. Tampak di beberapa lokasi dalam masjid, kelompok-kelompok halaqah berbagai usia, yang sedang setoran hafalan pada ustadzahnya di sela-sela waktu shalat. Sempat mencoba untuk ingin ikut dalam salah satu halaqah tersebut, namun saat kami mencari informasi pada meja informasi, terasa bahwa kami dipingpong kesana kemari, menyadarkan kami bahwa orang-orang yang kami temui ini bukan orang yang kompeten sebagai pemberi informasi. Walhasil, kami batal ikut dalam halaqah tersebut, dan hanya ikut menyimak dan mendengarkan jamaah yang setoran.

Hari berikutnya agenda rutin travel adalah city tour kota Madinah, diawali dengan Masjid Quba, dengan mengusahakan wudhu dari rumah cq hotel untuk berniat shalat di Masjid Quba, karena akan senilai pahala umrah, insya Allah. 

Perjalanan dilanjutkan ke pasar kurma.. ehem... untuk mborong bagi jamaah yang masih banyak stok riyalnya. Terakhir ke Jabal Uhud dan ziarah ke makam syuhada Uhud, dan kembali ke hotel melewati Masjid Khandaq dan Masjid Qiblatain namun tak mampir shalat karena mengejar shalat zhuhur di Masjid Nabawi, yang bernilai 1000 x lebih tinggi daripada shalat di masjid lain, selain Masjidil Haram.

Hari terakhir di Madinah kami baru kebagian jatah untuk masuk Raudhah. Disini terasa berbeda antara sebelum dan setelah pandemi. Kini harus mendaftar melalui muassasah dan akan terbit tasreh (semacam permit) yang berisi hari tanggal dan jam kita bisa masuk Raudhah. Khusus pengguna tasreh, jadwal ke Raudhah adalah ba'da shubuh hingga jam 11, demikian info yang kami dapat dari pendamping akhwat. Sedangkan pendaftar via aplikasi Nusuk, baik individu ataupun rombongan, jadwalnya malam hari ba'da isya. Dengan aplikasi Nusuk, kita bisa langsung melihat jadwal yang sudah penuh dan memilih waktu yang masih longgar. Kendalanya jika memakai aplikasi Nusuk adalah terbatasnya waktu kita selama berada di Madinah, sehingga bagi kami cukuplah mengikuti jadwal yang sudah diagendakan oleh travel.

Sistem tasreh dan Nusuk membuat antrian lebih baik dan terstruktur. Kami memulai antrian ke Raudhah ba'da shubuh, dan bersyukur langsung bisa masuk Raudhah pada gelombang pertama saat Raudhah dibuka, dan alhamdulillah sangat cukup waktu, sekitar 20 menit, hingga masuk waktu syuruq, dan kami juga sempat shalat syuruq di Raudhah, lalu keluar dan bergantian dengan jamaah lain. Alhamdulillah.

Dengan demikian selesai sudah perjalanan ibadah kami.

Keesokan harinya kami bersiap kembali ke tanah air, dan guess what? Di bis yang membawa kami ke bandara Internasional Jeddah sudah disediakan kembali menu sarapan Albaik. Gak afdhal juga ke Madinah tanpa makan albaik.

Penutup

Segera menabung dan mengutamakan perjalanan ke tanah suci saat ada nikmat sehat, nikmat rejeki, dan nikmat waktu luang. Apapun agen travel yang dipilih, setiap orang tetap akan mempunyai pengalaman dan kesan yang berbeda-beda, walau dengan orang lain yang pergi bersama di waktu yang sama dengan travel yang sama. Semua kembali ke hati masing-masing, termasuk jika menemui kendala, bagaimana cara kita menyikapinya.

Semoga Allah mudahkan kita semua untuk lagi dan lagi mengunjungi rumah suci-Nya. Aamiin yaa rabbal alamiin.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun