"Bapak, jangan kau taburkan garam di sekitar rumah kita, Gandi di bawah kendali sihir." Ibu merangkak memeluk gandi, airmatanya tumpah ruah. "Pencuri itu mengendalikan kesadaranmu dengan bantuan setan, Nak. Beruntung kau ingat jalan pulang."
"Aku tidak tahu kenapa aku berkata ingin pulang, Bu."
Semua mata heran.
"Lalu kenapa kau pulang dan kenapa kau diam saja tadi?"
"Aku tak tahu, tiba-tiba saja bibirku bergerak menyebutkan kata itu. Aku diam karena baru sadar dan aku tak ingin kalian mengeroyok mereka  sebab mereka bukan orang biasa."
"Apa pun yang terjadi, kau sudah pulang, Nak. Besok kita laporkan kejadian ini kepada Polres Kota Kenangan supaya tak ada korban lagi. Mereka bisa meminta pertolongan setan, tapi jika Allah tak menghendaki tipu muslihat mereka tak akan berarti. Beruntung warga bersama-sama mendoakanmu. Semua ini adalah pertolongan yang maha kuasa, Nak." Ibu mengelus ubun Gandi sebelum menyuruhnya membersihkan badan.
Malam itu warga kompak tak pulang, mereka menjaga keamanan rumah Gandi, khawatir jika pemuda itu pergi tanpa sadarkan diri.
Disaring dari kisah nyata bulan April.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H