Tim literasi bisa menginfokan, bentuk apa saja kegiatan GLS yang diterapkan, agar orang tua bisa membantu menciptakan iklim berliterasi di rumah, sekaligus sebagai kontrol. Misal, jika kegiatan literasi melalui penjadwalan membaca buku 15 menit setiap hari, maka wali kelas bisa meminta laporan dari wali murid, telahkah anaknya membaca hari ini?
Menargetkan buku bacaan bagi siswa
Tanpa target, maka siswa akan kebingungan. Maka tim literasi harus memiliki target khusus, buku apa dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan membaca. Buku bacaan juga harus dipilah antara fiksi dan non fiksi agar siswa tak mengalami kebosanan. Bisa jadi seminggu membaca novel, seminggu setelahnya membaca biografi tokoh.
Menyediakan perpustakaan digital
Sebagai tim literasi, tentunya wajib memiliki referensi buku-buku yang cocok untuk dibaca siswa. Perpustakaan bisa menjadi sumber bahan bacaan yang memadai. Namum di masa pandemi, tentunya tidak bisa dilakukan. Maka sebaiknya tim literasi berusaha menyediakan perpustakaan digital untuk siswa. Banyak sekali e-book yang bisa didownload di internet yang bisa dijadikan bahan bacaan siswa. Adanya website sekolah tentunya akan mempermudah kegiatan ini. Siswa tinggal mengakses ke website dan menemukan bahan bacaan beragam yang mereka butuhkan, baik buku pelajaran maupun buku lain yang menyenangkan dibaca.
Jika kemudian tim literasi merasa kesulitan karena mungkin belum ada website sekolah atau koleksi e-book, maka bisa menyarankan siswa untuk membeli buku secara on line di market place, atau google book. Beberapa website juga ada menyediakan bacaan gratis dengan berbagai genre, misal watpadd.Â
Namun, kadang siswa tidak bisa memilih dan memilah mana bacaan yang bermutu dan mereka butuhkan. Kembali lagi menjadi tugas tim literasi untuk mengarahkan anak dengan merekomendasikan judul-judul buku yang sekiranya cocok dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi siswa.
Tim literasi hendaknya juga membuat lembar kontrol siswa untuk menandai sejauh mana ia telah melaksanakan tugas-tugas literasi yang dibebankan. Penggunaan format  google form akan memudahkan untuk dijadikan bentuk jurnal membaca
Media sosial sebagai ajang pamer literasi
Penggunaan media sosial juga tak kalah penting dalam GLS di masa pandemi. Jika biasanya anak berkarya di mading atau papan literasi, maka di masa non tatap muka, mereka bisa memindahkan memajang karya mereka di media sosial. Grup whatsapp, facebook, telegram atau media sosial lain sepertinya bisa difungsikan sebagai mading. Di sana siswa bisa menuliskan sinopsis buku yang telah dibaca atau karyanya dalam bidang literasi seperti cerpen atau puisi.
Menyarankan ikut kelas on line literasi. Ada banyak sekali kelas on line yang memberikan kegiatan literasi, baik gratis maupun berbayar yang menawarkan banyak sekali pengetahuan mengenai dunia tulis menulis yang bisa disarankan untuk diikuti siswa. Tak hanya pengetahuan yang didapat, namun teman-teman baru yang bisa diajak sharing. Tim literasi wajib menyaring kelas on line mana yang cocok diikuti siswa.