Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lima Perilaku Bijak di Tengah Pandemi Covid-19

13 April 2020   17:19 Diperbarui: 13 April 2020   17:27 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Edukasi ini penting mengingat heterogenitas masyarakat Indonesia dengan jangkauan yang cukup luas. Tidak semua orang memahami bagaimana penyebaran virus ini, apa yang sebaiknya harus dilakukan, apa yang harus dihindari untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Saling peduli, saling menjaga diri dengan mematuhi semua imbauan yang telah disampaikan pemerintah baik pusat maupun daerah adalah bukti bahwa kita telah berpartisipasi mendukung stabilitas sistem keuangan.

Pembiasaan diri untuk selalu mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker dimanapun berada, menghindari memegang area hidung, mata, dan mulut saat berada di luar rumah, menjaga jarak dengan yang lain minimal 1 meter (physical distancing), menghindari kerumunan (social distancing), dan selalu menjaga kesehatan fisik (dengan makan bergizi) dan kesehatan rohani.

Mungkin imbauan terlihat sepele namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang tidak patuh bahkan terkesan cuek, lebih parahnya lagi ada yang sengaja melanggar dengan tetap berkerumun tanpa alat pelindung diri (APD).

Jika imbauan ini pun tak diindahkan bisa jadi penyebaran covid-19 semakin sulit dicegah dan lingkupnya semakin meluas. Jelas, butuh waktu lebih lama dan anggaran yang lebih banyak untuk menuntaskannya. Imbasnya pada stabilitas sistem keuangan.

2. Menggalang solidaritas untuk meringankan beban sesama

Dampak pandemi covid-19 terbesar adalah hilangnya mata pencaharian. Mungkin tak ada problem bagi mereka yang tercatat sebagai pegawai pemerintahan atau BUMN. Imbauan work from home (kerja dari rumah), stay at home untuk melakukan semua aktivitas di rumah mulai belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah pun tak jadi soal.

Karena saat mereka tak bekerja di kantor namun secara finansial tetap terpenuhi. Bukan hanya gaji bulanan termasuk hak-hak lain seperti tunjangan kinerja dan uang makan tetap diterima.

Lain halnya dengan buruh pabrik atau pegawai swasta dengan gaji harian/mingguan. Dengan dalih perusahaan tak lagi mampu membayar gaji mereka, pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa menjadi alternatif terakhir yang harus mereka terima.

Bisa dibayangkan, usai dirumahkan mereka total menganggur. Lalu keluarga mau makan apa, jika tak punya lagi mata pencaharian? Uang pesangon yang tak seberapa jelas tak akan mampu menopang hidup selama masa pandemi. Bahkan ada yang terang-terangan mengaku tak dapat gaji karena perusahaan kolaps. Lalu kelanjutan hidup mereka bagaimana?

Di sinilah pentingnya saling menopang. Dibentuknya satuan gugus tugas dalam rangka menggalang solidaritas agar saling membantu. Menggalang donasi khusus bagi mereka yang berlebih untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Mungkin terkesan berat jika dilakukan seorang diri namun secara bersama-sama gerakan ini akan dapat meringankan beban yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun