Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mentari yang Selalu Diharapkan

25 Desember 2023   15:01 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Karena kalian cuti hanya dua minggu, jadi bapak ingin pernikahan kalian segera dilaksanakan dengan cara sederhana saja. Nanti saat kalian sudah sah kalian berdua bis amelakukan pendekatan dan pengenalan satu sama lain. Maka sluruh hutang piutang dua sahabat tunai dan lunas". Pak Nugraha memberi pandangan dengan suara lembut dan tegas. 

"Aku setuju, yah. Semakin cepat semakin lebih baik". Bu Nugraha memberikan pendapatnya tanpa meminta persetujuan Sarmila ataupun Hendra. Sarmila semakin galau dan kacau. Sarmila berada diantara menjalankan pesan almarhum ayahnya dan menghormati kedua orang tua Hendra. Sarmila menatap pak Ujang yang sudah dianggapnya keluarga terdekatnya setelah semua kelaurganya tidak ada. Pak Ujang mengangguk pelan, memberi persetujuan.

Setelah berbincang sejenak tentang rencana pak Nugraha selanjutnya, akhirnya Sramila danpak Ujang serta Dewi pamit pulang untuk melakukan beberapa persiapan sederhana di kampungnya.

"Bagaimana perasaanmu, nak?". Pak Ujang melontarkan pertanyaan setelah mereka berada di mobil dalam perjalanan kembali ke rumah tua milik Sarmila. 

Sarmila menghembuskan nafas panjangnya dan menatap Dewi dengan penuh permintaan. Dewi mengangkat bahunya.

"Jawabanmu adalah penutup akhir dari perjalana pesan orang tuamu, Mila. Hiendra juga aku lihat penurut dan tidak ada kekurangan dalam penampilannya. Kamu kan sudah lama mengenal dia walau tidak mengenal secara dekat. Mungin itu jodoh yang Tuhan takdirkan untukmu". Dewi bersuara dan memberi semangat pada sahabatnya yang sudah seperti saudaranya.

Sarmila terdiam. Pikirannya sedang berkelana merankaikan semua peristiwa yang telah dialaminya selama ini. 

Yah...mentari selalu terbit dengan harapan yang sama tanpa kita tahu apakah nanti akan ada angin, hujan, atau badai sekalipun.

Sarmila menutup kaca mobilnya dan mencoba mencerna setiap perkataan almarhum kedua orang tuanya sebelum kecelakaan terjadi. Tuhan selalu ada dan selalu memberikan yang terbaik kepada setiap hambaNya sesuai dengan ukuran dan takaran. Yang tak kita inginkan terkadang terjadi menjadi sebuah kebahagiaan atau kesedihan hanya Tuhan yang tahu.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun