Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mentari yang Selalu Diharapkan

25 Desember 2023   15:01 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok berpakaian rapi membuak gerbang tinggi sambil tersenyum ramah. 

"Maaf, telat membuka gerbang. Bapak dan mbak ini mencari siapa?". bapak itu bertanya dengan sangat ramah. Sarmila menegakkan tubuhnya dan maju menghadap si Bapak yang membuka pintu. Sarmila menyodorkan kertas tertera nama dan alamat dengan tulisan tangan rapi dan jelas. Sesaat bapak itu menatap Sarmila dan yang lain. 

"Maaf kalau boleh tahu, mbak darimana ya?", tanyanya sambil meraih dan mengamati kertas alamat dari tangan Sarmila.

"Saya dari Jakarta, pak. Nama saya Sarmila Wijaya, ini teman saya Dewi, dan ini paman saya pak Ujang". Sarmila memperkenalkan dirinya dengan suara tenang. 

"Saya Sardi, mbak. Saya penjaga rumah ini. Kebetulan pemilik rumah ini baru semalam sampai dari Jakarta. Mbak dan bapak silahkan langsung masuk saja, mereka sedang berada di ruang keluarga. Mari saya antarkan". Pak Sardi menyerahkan kertas alamat ke tangan Sarmila. Mereka bertiga berjalan mengikuti pak Sardi. Halaman rumah itu nampak luas dan berjalan menuju pintu rumah disuguhi pemandangan taman yang indah tertata penuh dengan aneka bunga menyejukkan pandangan. 

"Assalamualaikum...". Mereka hampir bersamaan mengucap salam di pintu rumah yang berdiri kokoh. Ruang tamu terbuka dan luas nampak mewah tertata rapi dengan berbagai perabotnya. Serentak tiga orang yang sedang bercengkrama bangun dari duduknya dan menjawab salam sambil berdiri menyambut Sarmila dan pak Sardi serta temannya. 

Pak Sardi menjelaskan sesaat kedatanga Sarmila lalu pamit keluar. Tinggallah Sarmila, Dewi, dan Pak Ujang bersama pemilik rumah dalam ruangan itu. Sarmila tertegun melihat lelaki muda di depannya. Sarmila sangat mengenalnya karena mereka satu perusahaan di Jakarta. Dan mereka merupakan kepala divisi dibagian yang berbeda. 

"Mila...", sebut lelaki muda itu terkejut. Sarmila membisu sejenak, tak menyangka akan bertemu rekan divisinya di kota yang sama. Sarmila tak tahu sama sekali dan memang Sarmila tidak pernah tahu siapa Hendra dan dariman asalnya. Lelaki muda itu tersenyum dan tertawa tanpa suara. 

"Pak, ini Sarmila. Kami di Jakarta bekerja di perusahaan yangsama tetapi beda divisi." Hendra memperkenalkan Sarmila kepada kedua orang tua yangmerupakan ayah dan ibu dari Hendra. Sarmila terkesiap dan ikut menyalami kedua orang tua Hendra dengan masih banyak pertanyaan di kepalanya.

"Mengapa kamu bisa sampai di rumahku?", Hendra mengerutkan keningnya menatap Sarmila. Sarmila menarik nafas panjang menghilangkan rasa gugupnya ditatap oleh Hendra. Di perusahaan tempat mereka bekerja Hendra adalah sosok yang paling diidolakan oleh seluruh karyawan perempuan muda. Selain tampan, muda, pintar, dan memiliki kedudukan yang bagus di perusahaan Hendra juga masih sendiri. Tutur katanyapun sopan dan sangat disukai oleh banyak orang. Bagaimanapun Sarmila memang sering mendengar nama Hendra disebut dan dipuja banyak perempuan di tempat kerjanya.

Setelah duduk dan memperkenalkan diri Sarmila langsung kepada tujuan utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun