Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mentari yang Selalu Diharapkan

25 Desember 2023   15:01 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu tidak mengenal mereka?", Sarmila menatap mata Dewi dengan tajam dan heran.

Dewi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dan tersenyum kecil.

"Bukan tidak mengenal mereka tetapi lebih tidak terlalu mengenal mereka, Mila". Dewi beranjak dari temaptnya duduk dan mengemasi beberapa gelas bekas minum jus bersama teman-temannya tadi dan membawanya ke bagian belakang ruangan.

Sarmila menggigit bibirnya. 

Otaknya berpikir keras tentang tujuan ayahnya memberikan pesan untuk menemui keluarga Aditama Nugraha yang menurut ayah adalah sahabat baiknya dan telah membuat perjanjian dalam bentuk hutang keluarga yang harus Sarmila selesaikan agar tidak menjadi hutang berkelanjutan.

Dan tujuan itulah yang membawa Sarmila mengambil cuti dari perusahaan tempatnya bekerja untuk jangka waktu dua minggu ke depan. 

***

Pagi itu Sarmila, Dewi, dan Pak Ujang telah tiba di tempat yang tertera di alamat pada sebuah kertas putih dalam genggaman Sarmila. 

Sebuah rumah besar bergaya modern dengan pagar halaman tinggi serta suasana sepi menjadi tempat mereka berdiri termangu sambil menunggu jawaban dari bel yang telah untuk ketiga kalinya di pencet oleh Pak Ujang.

"Pak, jika kali ini belum ada jawaban sebaiknya kita pulang saja yaa. Mungkin pemilik rumah tidak berada di tempat". Sarmila menyandarkan punggungnya di pagar tembok penyangga gerbang. 

"Kita coba dulu, Neng. Supaya usaha kita tidak sia-sia. Bukankah semakin cepat segala urusan kita selesaikan akan menjadi lebih baik untuk Neng dan keluarga". Pak Ujang masih memberi motivasi untuk bersabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun