Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Sebuah Hati

24 November 2023   22:04 Diperbarui: 24 November 2023   22:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu yakin kamu adalah ibu mereka?", suara itu sedikit merendah. Marni sempat tergetar hatinya denga pertanyaan itu.

"JIka kamu tidak percaya besok pagi saat mereka bangun tanyakan saja pada mereka. Jadi tolong lakukan apa yang aku katakan. Tinggalkan kamar anak-anakku". Ucap Marni lebih tegas. Marni tidak tahu bagaimana ekspresi laki-laki di seberang, namun Marni mencoba untuk melindungi mereka dengan keyakinan yang ada dalam pemikirannya.

"Baiklah. Besok kita akan bertemu. Dan kedua anakmu itu yang akan membawa aku kepadamu. Aku butuh penjelasan. Assalamualaikum". Panggilan itu diputuskan. Marni tersenyum senang, rupanya orang itu enggan berdebat dengannya. Biarlah bukankah minggu depan adalah jadwal kedua anak itu akan datang ke panti?, biasanya hari libur Sabtu dan Minggu terkadang mereka pasti datang untuk belajar menggambar. 

Marni terkejut saat bangun pagi terdengar ketukan pintu yang keras dari luar. Marni melihat jam tua yang menempel di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 7.25 menit. Marni telat bangun pagi ini, karena tadi subuh seusai sholat Marni mengerjakan laporan keuangan BU RT yang kemarin di bawanya pulang. Karena lelah Marni mencoba untuk tidur lagi dan akhirnya kesiangan bangun.

Ketukan di pintu lebih keras lagi, bahkan terdengar panggilan yang Marni sangat kenal suaranya. Marni bergegas membuka pintu, dan Marni sangat terkejut melihat siapa yang datang. Bu RT dan suaminya beserta kedua bocil tampan yang menggemaskan. Kedua anak itu menyerbu Marni memeluknya dengan erat sambil bertanya dengan bahasa lucu mereka. Marni menjabat tangan Bu RT dan Pak Rt sambil bertanya mengapa mereka bisa datang bersama kedua anak tampan itu? dan apa hubungan mereka?.

Setelah mereka duduk bu RT menjelaskan bahwa kedua anak tersebut adalah keponakannya atau anak adik yang akan dijodohkan dengan Marni. Bu RT sangat bahagia bahwa dia tidak perlu repot-repot memperkenalkan dan mendekatkan Marni dengan kedua keponkannya itu. Marni benar-benar terkejut ternyata kedua anak itu tidak memiliki ibu. Pantas saja mereka sangat mendambakan kasih sayang seorang ibu. Dan Marni tidak tahu sama sekali, ternyata laki-laki yang di telpon tadi malam itu adalah benar ayah mereka. Bocil penuh akal dan menggemaskan ternyata pandai juga berbohong untuk mendapatkan perhatian.

"Oh, jadi ini yang mengaku ibu dari kedua anak-anakku?", ucap ayah dari anak-anak tersebut muncul di pintu rumah Marni yang terbuka lebar. Laki-laki tampan yang rutin mengantar anak-anaknya ke panti itu memberi penekanan pada suaranya yang membuat bu RT dan suaminya saling pandang. Marni menyembunyikan wajahk menunduk malu dan tersenyum kecut. Bagaikan seorang pencuri yang ketahuan mengambil barang orang, Marni menunduk tanpa berani mengangkat wajahnya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Sang Ayah Bocil Tampan, akhirnya Marni meminta maaf karena telah lancang dan tidak percaya sehingga semalam terjadi perdebatan sedikit melalui telpon. Bu RT dan suaminya tertawa. 

"Marni, dia adik ibu yang akan ibu jodohkan denganmu", ucap bu RT semakin membuat hati Marni tak karuan di tempatnya. Tuhan, betapa indah sebuah perjalanan takdir yang Engkau berikan. Marni tak berani memberikan jawaban, karena tak tau harus menjawab apa. Marni hanya menyerahkan semuanya kepada bu RT dan pamannya. Tuhan memang selalu punya cara untuk memberikan kebahagiaan dan cobaan kepada hambaNya. Marni hanya berharap akhir perjalanan hidupnya bahagia dan bermanfaat serta mendapat ridho Allah. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari esok yang kita wajib tahu adalah hari esok akan ada yang terbaik Tuhan berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun