Wajah pucat yang dekil aku ciumi dan kubasahi dengan air mata.
Dengan membonceng ojek online, kubawa Neila ke tempat praktek dokter.
Hatiku diremas cemas.
"Maaf, boleh langsung masuk? anak saya demam tinggi." Aku memohon kepada petugas pendaftaran.
Dengan sigap gadis itu membukakan pintu ruang periksa. Kebetulan tidak ada pasien yang mengantri.
"Anak ini sakit sudah lama, kenapa baru dibawa ke sini?" dokter menegurku.
"Maaf dok." Hanya itu yang bisa kukatakan.
"Anak Ibu kurang gizi. Saya kasih obat dan vitamin. Kasih dia susu dan telur, makan tiga kali sehari dengan lauk yang bergizi. Â Jika tiga hari belum sembuh, langsung dibawa ke rumah sakit ya, Bu, agar mendapat pemeriksaan lengkap."
"Baik dok, terima kasih," Aku terima secarik kertas bertuliskan resep dokter.
Neila tak lagi pucat setelah mendapat suntikan dari dokter, panasnya pun menurun. Sambil menunggu obat di ruang farmasi, Neila kuberi minum  susu kotak.
Sesampainya di rumah, kuseka tubuh Neila dengan air hangat. Kubaluri badannya dengan minyak kayu putih. Pakaian dekilnya aku ganti dengan  baju Caca, pas di badannya.
"Terima kasih, Bu." Neila tersenyum lemah.