Mohon tunggu...
Titi Alfa  Khairia
Titi Alfa Khairia Mohon Tunggu... -

Seorang Blogger dan pembelajar seumur hidup, menulis 3 buku fiksi dalam antologi, akan terus menulis untuk kehidupan.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah, Peluklah Anakmu

5 Juli 2016   10:37 Diperbarui: 5 Juli 2016   13:03 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Yah, besok Andi raport-an, Ayah yang ambil, ya?"

"Loooh..kok besok sih Bunda, besok Ayah  kan ada meeting.."

"Meeting apaan lagi sih Yah, hari Sabtu ini.."

"Meeting..emm.. mancing bareng teman-teman, Bund.. "

"mancing apa meeting?"

"Ya..mancing sambil meeting, Bund.. kan menjalin networking, Bund.. networking itu puenting!! biar rejeki lancar.. Kan nanti Bunda  juga yang senang.."

Obrolan seperti di atas seperti sudah menjadi  fenomena yang lumrah di setiap rumah tangga masa kini. Seolah telah terjadi kesepakatan tak tertulis, bahwa tugas Ayah mencari uang, dan tugas Bunda adalah mengurus rumah tangga dan mendidik anak.  Jadi jangan berharap terlalu banyak untuk mendapatkan perhatian  dan waktu Ayah untuk keluarga dan anak, meskipun di hari libur. Karena Ayah harus fokus..fokus..dan fokus memburu rezeki di luar sana.

                                                                                                      ******************************

AYAH CINTA PERTAMAKU

Entah karena kesibukan dalam mencari nafkah atau karena budaya patriarki. seringkali seorang ayah merasa tidak perlu terlalu banyak berperan dalam pendidikan anak-anaknya. Dengan asumsi bahwa tugas ayah mencari nafkah, dan tugas ibu adalah mendidik anak, maka banyak ayah yang menyerahkan segala tanggung jawab pengasuhan pada ibu . Bahkan bila si anak berbuat nakal, maka serta merta ayah menyalahkan ibu. Tanpa pernah mau tahu bahwa dirinya juga turut berperan dalam kesalahan pendidikan seorang anak.

Padahal peranan seorang  ayah sangat besar dalam membentuk karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan. Seorang anak laki-laki akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberani, tangkas dan tangguh bila mendapat didikan dari ayahnya. 

Bagi seorang anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya. Terutama seorang anak perempuan yang tumbuh remaja, cinta dari ayah akan menguatkan rasa percaya dirinya dalam pergaulan terhadap lawan jenis. Seorang remaja perempuan tak akan mudah jatuh cinta pada rayuan anak lelaki bila ia cukup mendapat cinta dan dukungan dari ayahnya.

Sebaliknya, banyak kasus, anak perempuan terjatuh ke pelukan laki-laki tak bertanggung jawab, bila ia kehausan perhatian dan kasih sayang ayahnya. 

Memang kasus tersebut tak selalu terjadi, semua kembali kepada  bagaimana ibu  dan keluarga besarnya turut berperan menyeimbangkan kekurangan kasih sayang ayah, terutama bila terjadi kasus perceraian. 

                                                                                                            **************************

Seringkali, saat melihat seorang anak meraih kesuksesan , baik dalam pendidikan maupun karir, orang akan tergelitik untuk bertanya " Siapakah (berhubungan dengan jabatan/status)  kedua orang tua anak tersebut? dengan cara apa dia dibesarkan? Orang semacam apakah (karakter) ibu atau bapaknya?

Hal tersebut memang wajar, mengingat, banyak orang yang sukses, karena peran penting keluarga, atau kedua orang tua,  terutama ibu.

Bukan berarti, seorang anak yang tak mendapat dukungan keluarga, maka ia tak bisa sukses. Semua memang terpulang pada pribadi masing-masing orang. Namun, peran keluarga  masih menjadi faktor penentu yang kuat dalam keberhasilan seseorang .

Hal ini, karena, dari dalam keluargalah dibangun pondasi watak dan karakter seseorang. Apakah ia dididik untuk menjadi pribadi yang sabar, tekun, kuat, tangguh, pantang menyerah ataukah manja, gampang putus asa dan egois.

Peran keluarga, ibu, ayah, kakek, nenek, kakak bahkan pengasuh mengukir kesan yang sangat mendalam dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Seorang anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan dukungan, akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh percaya diri, bertanggung jawab dan mampu menentukan sendiri masa depan yang gemilang bagi dirinya.

Sementara seorang anak yang dibesarkan dengan banyak hardikan, bentakan dan sering diremehkan, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang minder, mudah putus asa bahkan tak tahu ke mana harus mengarahkan cita-cita.

Seorang anak yang dimanjakan dengan materi dan dibiarkan menurutii keinginannya tanpa pengarahan mana yang baik dan buruk. Biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang egois, ingin selalu menang sendiri dan tak mampu menunda kesenangan.

Ibu Elly Risman, M Psi  seorang pakar Psikologi Anak menyatakan bahwa pendidikan spiritualitas anak adalah tanggung jawab utama kedua orang tua. Sehingga untuk itu kedua orang tua harus memiliki visi dan misi yang sama. Setelah memiliki  visi dan misi yang sama,  lalu mereka berdua harus bekerja sama dalam hal:

- Menentukan tujuan pengasuhan secara spesifik.

- Menjadi teladan bagi anak-anaknya, baik dalam hal etika, moral dan spiritual.

- Menjaga kehalalan rizki yang diperoleh.

-Menjaga ikatan emosional anak-orang tua. dimulai  sejak dalam kandungan.

-Menjauhkan diri dan keluarga dari stress, upayakan selalu bahagia.

-Memunculkan rasa suka/cinta pada suatu hal positif, sehingga lama-lama akan terbentuk perilaku, lalu akan tumbuh menjadi kebiasaan.

- Sadari bahwa anak-anak jaman sekarang tidak sama dengan generasi terdahulu. Tantangan mereka lebih kompleks dan kemungkinan kerusakan otak bisa sangat luar biasa akibat serbuan gadget dan teknologi informasi. Apabila tidak pandai menyaring, maka akan mudah mendapat pengaruh negatif.

- Mengukuhkan kembali peran ayah dalam pengasuhan anak. Ayah bukan hanya bertugas mencari nafkah, namun berperan penting dalam menyusun Garis Besar Haluan Keluarga, sedang ibu adalah  Unit Pelaksana Teknisnya.

-Didiklah anak sesuai kemampuan otaknya, jangan digesa atau dibebani terlalu banyak hal diluar kesanggupannya.

Tujuan Pengasuhan Anak

Mungkin orang tua harus kembali merumuskan, apa tujuan pengasuhan anak? Agar orang tua menyadari di mana kesalahannya dan siap membuat perubahan serta langkah-langkah strategis bersama dalam pengasuhan anak.

Pertama, kedua orang tua harus menyadari bahwa, anak-anak adalah titipan atau amanah dari Allah yang kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan Sang Khalik dan dikembalikan dalam kondisi terbaik (Best). Karena itu tujuan pendidikan dan pengasuhan seorang anak adalah untuk memperoleh keseimbangan antara: Iman, budi pekerti dan perilaku (BEHAVE), baik hati dan kata-katanya (EMPATHIC), cerdas dan baik otaknya (SMART), serta baik fisik, mental dan jiwanya (TOUGH).

Yaitu anak yang kokoh  keimanananya, baik ibadahnya, mulia akhlaknya. Anak yang merasa dirinya berharga, dan percaya diri. Anak yang cerdas berpikir solutif dan kreatif.  Anak yang mampu berkomunikasi dengan baik, dan tutur katanya menghargai orang lain, mandiri bertanguung jawab pada Sang Khalik, diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Bijak berteknologi.

(Elly Risman, M.Psi. Yayasan Kita dan Buah Hati)

Jadilah Ayah Siaga

Ayah siaga! istilah ini biasanya digunakan  pada saat seorang ibu sedang hamil, maka diperlukan seorang Ayah yang siap siaga untuk mengantar ibu ke puskesmas atau rumah sakit bersalin terdekat bila sewaktu-waktu saat kelahiran tiba. Namun istilah Ayah siaga juga digunakan untuk mendorong seorang Ayah agar mengambil peran lebih besar dalam  pengasuhan anak-anaknya. Baik di saat anak-anak itu masih balita, terlebih lagi di saat anak-anak mulai tumbuh remaja.

Ayah yang mengambil peran dalam  pengasuhan  anak, memberi dampak positif kepada:
-Memberi rasa tenang dan tenteram bagi ibu, karena merasa memiliki partner berbagi segala kerepotan menghadapi permasalahan si anak.

-Ayah tidak akan mudah men-judge ibu bila terjadi kenakalan pada anak, karena ayah mengetahui prosesnya dan ikut mengawasi perkembangan jiwa dan emosional anak.

-Timbul kedekatan dan ikatan emosional yang lebih kuat antara ayah, ibu dan anak.

-Anak lebih percaya diri karena merasa memiliki tempat curhat atau berbagi dan bertanya tentang segala persoalan yang dihadapinya dalam pergaulan di luar sana.

-Tumbuh perasaan bahagia bagi ibu dan anak karena merasa memiliki orang yang siap mendengarkan keluh kesah dan tidak takut berterus terang bila melakukan kesalahan.

-Jika ada permasalahan, akan lebih cepat diketahui dan lebih cepat diselesaikan. Tanpa menunggunya menjadi berlarut-larut dan menjadi maslah besar di kemudian hari.

-Ikatan keluarga yang kuat antara ayah, ibu  dan anak,  bisa mencegahkemungkinan anak terjatuh pada pergaulan yang salah seperti narkoba, pornografi, sex bebas dan sebagainya.

Kesimpulan

Tak ada gading yang tak retak. Dalam perjalanan berumah tangga, bisa saja orang tua melakukan banyak kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak. Baik karena ketidak tahuan, maupun karena ketidak mampuan dalam menghadapi persoalan. Namun hal itu bukan berarti kiamat. Tebuslah kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak, dengan sungguh-sungguh berubah dan berusaha untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang terbaik bagi keluarga.

Kuatkanlah kembali ikatan cinta Ayah dan Ibu, karena itu adalah dasar dari semua kebahagiaan keluarga. 

Susunlah bersama agenda pengasuhan anak, dan taatilah.

Bagi pasangan yang bercerai, tetaplah menjalin silaturahim dan buatlah kesepakatan dalam tugas pengasuhan anak dan pemenuhan kasih sayang bagi anak, Berperanlah seimbang, jangan hanya menyerahkan tugas pengasuhan kepada ibu. Ayah harus ambil bagian juga.

Beri perhatian yang cukup disamping ketegasan dan disiplin agar anak tidak tumbuh menjadi pribadi yang manja, egois atau malah minder dan tertutup.

Anak-anak yang bahagia di rumah, tidak akan mudah terjerumus pada pergaulan yang salah. 

Anak-anak yang sehat jiwa raga adalah aset dan masa depan bangsa. Maka ukirlah kebahagiaan mereka dengan cinta.

keterangan: Sumber Gambar  soniazone.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun