Tarian jalak lawu merupakan tarian khas dari daerah Kabupaten Magetan,Tarian ini terinspirasi dari kisah Wongso Manggolo seorang punggawa yang pemberani yang melawan musuh lalu diangkat menjadi Kyai Jalak Lawu.
SEJARAH TARI JALAK LAWU
Di akhir abad ke-14, Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Brawijaya ke-V menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Girindra Wardana dan sekutunya, Adipati Cepu. Mereka berniat merebut tahta Sang Prabu. Karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah, terutama dengan keluarganya sendiri, Prabu Brawijaya ke-V bersama salah satu putranya, Raden Gugur, memilih untuk meninggalkan pusat kerajaan dan melakukan perjalanan spiritual menuju moksa di Puncak Hargo Dalem, Gunung Lawu.
Di wilayah sekitar Gunung Lawu, hiduplah dua punggawa desa yang bernama Wongsomanggolo dan Dipomanggolo. Mereka dikenal pemberani dan menjadi pelindung bagi masyarakat desa. Ketika mengetahui kedatangan Prabu Brawijaya ke-V, Wongsomanggolo dan Dipomanggolo memutuskan untuk mengabdi dengan setia kepada Sang Prabu dalam perjalanan menuju Puncak Lawu.
Dalam perjalanan itu, terjadilah pertempuran antara Wongsomanggolo dan Dipomanggolo melawan Girindra Wardana serta Adipati Cepu. Karena keberanian mereka, Prabu Brawijaya ke-V kemudian mengangkat keduanya menjadi patih. Sebelum mencapai moksa, Sang Prabu memberikan mandat khusus kepada mereka: Dipomanggolo diberi tugas untuk menjaga Gunung Lawu, sementara Wongsomanggolo, yang kemudian dikenal sebagai Kyai Jalak Lawu, diberi mandat untuk menjadi penunjuk arah bagi para peziarah yang datang ke wilayah tersebut.
TUJUAN DICIPTAKAN TARI JALAK LAWU SEBAGAI TARI KHAS DAERAH KABUPATEN MAGETAN
Tari Jalak Lawu diciptakan sebagai upaya untuk mengembangkan dan melestarikan produk kebudayaan Kabupaten Magetan, khususnya dalam bidang seni. Tarian ini bertujuan untuk:
- Memperkenalkan Identitas Daerah
Tari Jalak Lawu dihadirkan sebagai identitas khas Kabupaten Magetan, sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas sebagai bagian dari warisan budaya daerah.
- Dasar Pengembangan Seni Tari
Tarian ini menjadi cikal bakal pengembangan seni tari di Kabupaten Magetan, yang dapat dipelajari, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
- Fleksibilitas dalam Kebutuhan Acara
Fragmen dari tarian, seperti dalam "Semburat Cahyo Lawu," dapat dipetik dan disesuaikan dengan kebutuhan waktu dan kondisi acara tertentu. - Sarana Pendidikan
Tari Jalak Lawu juga berfungsi sebagai materi ajar untuk latihan seni tari di lingkungan pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas atau sederajat. - Dokumentasi dan Pengakuan Resmi
Tarian ini didokumentasikan dan dipatenkan sebagai produk seni khas Kabupaten Magetan, sehingga menjadi simbol pengakuan terhadap nilai budaya daerah tersebut.
UNSUR TARI JALAK LAWU
Tari Jalak Lawu merupakan salah satu bentuk seni tradisional khas Kabupaten Magetan yang memiliki nilai estetika tinggi. Dalam penyajiannya, tarian ini mengintegrasikan berbagai unsur utama dan pendukung untuk menciptakan harmoni yang indah. Berikut adalah unsur-unsur yang menjadi landasan dalam Tari Jalak Lawu:
Unsur Utama
- Wirogo (Raga)
Unsur wirogo menekankan pada ketepatan penari dalam mengendalikan gerakan tubuh. Gerakan ini mencakup luas atau sempitnya ruang gerak, tinggi rendahnya posisi tubuh, serta batasan lain yang mempertegas karakter tarian. Penari dituntut untuk memiliki ketangkasan fisik yang baik agar gerakan terlihat anggun dan dinamis. - Wiromo (Irama)
Wiromo adalah ketepatan gerakan penari dalam mengikuti irama musik pengiring (gendhing). Irama ini tidak hanya menentukan tempo, tetapi juga menciptakan keterpaduan antara gerakan tarian dan musik. Hubungan antara cepat lambatnya gerakan dengan nada musik sangat penting untuk memberikan kesan ritmis yang harmonis. - Wirasa (Rasa)
Wirasa menekankan pada kemampuan penari untuk mengekspresikan emosi yang sesuai dengan tema tarian. Unsur ini melibatkan pengendalian diri agar gerakan, cerita, musik, tata rias, dan busana dapat tersaji dalam satu kesatuan yang padu. Keselarasan ini menciptakan pengalaman estetika yang mendalam bagi penonton.
Unsur Pendukung
- Kostum
- Tata Rias
- Pola Lantai
STRUKTUR TARI JALAK LAWU
Tarian ini memiliki struktur yang terdiri dari tiga bagian utama, yang masing-masing menggambarkan aspek kehidupan burung Jalak Lawu serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah penjelasan setiap bagiannya:
1. Maju Beksan
Bagian ini merupakan pengantar yang menggambarkan ekspresi seekor burung Jalak Lawu yang berkelana dengan lincah di lereng-lereng Gunung Lawu. Gerakan dalam Maju Beksan mencerminkan kelincahan, kecerdasan, dan kecekatan burung dalam menjaga teritorinya. Burung Jalak Lawu digambarkan selalu hadir di wilayah Gunung Lawu, menjadikan gunung tersebut sebagai habitat yang dilindungi dan dijaga dengan setia.
2. Beksan
Bagian inti tarian ini menampilkan aktivitas sehari-hari burung Jalak Lawu. Gerakan yang ditampilkan mencerminkan perilaku burung saat bersolek, mencari makan, terbang, dan hinggap dari satu tempat ke tempat lain. Beksan menjadi simbol keharmonisan kehidupan dan kerja keras dalam mempertahankan keberlangsungan hidup, sesuai dengan gambaran kehidupan alam di Gunung Lawu.
3. Mundur Beksan
Bagian penutup ini mengandung makna mendalam tentang kesetiaan, ketulusan, dan peran burung Jalak Lawu sebagai penuntun arah. Dalam mitologi, burung ini dipercaya menjadi panduan bagi para pendaki dan masyarakat yang berkunjung ke Gunung Lawu. Gerakan dalam Mundur Beksan menggambarkan burung Jalak Lawu yang dengan penuh pengabdian menunjukkan arah dan memberikan rasa aman kepada siapa saja yang melintasi wilayahnya.
FILOSOFI TARI JALAK LAWU
Tari Jalak Lawu bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan sebuah ekspresi budaya yang sarat dengan makna filosofis. Gerak dasar dalam tarian ini mengacu pada ajaran dalam lakon “Wahyu Makutharama”, yang menjadi rujukan karena mengandung nilai-nilai kepemimpinan yang luhur. Lakon ini berlandaskan pada ajaran Hastabrata, delapan sifat anasir alam semesta, yang menjadi pedoman dalam memahami hubungan antara individu (Jagad Cilik) dan alam semesta (Jagad Gedhe). Sesuai judul tari jalak lawu menjadi proyeksi makna filosofis gerak dasar tari, khususnya pada tokoh WONGSO MANGGOLO atau KYAI JALAK LAWU.
INSTRUMEN TARI JALAK LAWU
Tari Jalak Lawu, sebagai bagian dari warisan budaya Kabupaten Magetan, tidak hanya mempesona dengan gerakan dan filosofinya, tetapi juga melalui penggunaan instrumen musik yang khas. Instrumen musik yang digunakan dalam tarian ini memainkan peran penting dalam menciptakan nuansa yang mendalam dan mendukung setiap gerakan penari. Berikut adalah beberapa instrumen yang digunakan dalam Tari Jalak Lawu:
1. Instrumen Gamelan jawa
2. Instrumen Ledhug
3. Instrumen Tongling
4. Instrumen Rebana
penulis : Titan Maysa Satya Nugraha
Prodi Film dan Televisi ISI Surakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H