Terkadang, pergi ke perpustakaan adalah hal yang baik untuk melepas jenuh. Walau kecil, perpustakaan di sekolahku ini cukup lengkap, dan selalu update dengan buku, majalah, dan koran terbaru dari beberapa bagian di dunia. Menelusuri rak-rak bukunya terasa seperti menelusuri dunia kelam yang belum pernah terjamah.
Suatu hari, aku melihat hal yang mengejutkan.
[caption id="" align="aligncenter" width="441" caption="Batik for Artists and Quilters, by Eloise Piper"]
Benar sekali, buku ini terselip di antara buku-buku lainnya yang bertemakan art. Luar biasanya, tanpa kusadari, teman sekamarku, Lucien yang berasal dari Belanda, berceloteh mengenai buku ini.
"I found thisi book few weeks ago, and it was actually interesting. It reminded me to your national costume that you wore during Welcoming Ceremony and Martin Luther King Day (lihat dua foto pertama). So, I saw the methods and consulted it to my Art teacher. Then, he found the equipments and ingredients to make it."
"Seriously? Did you make it?"
"Yes."
[caption id="attachment_105394" align="aligncenter" width="619" caption="Lucien dan Batik Buatannya Sendiri"]
Saya hanya bisa bengong dan melongo. Seingat saya, waktu dulu saya masih berbaju putih merah dan lucu-lucunya, saya hanya sempat bermain dengan tie-dye, bukan benar-benar batik yang bercanting. Jangan tanya betapa malunya saya saat guru Art-nya Lucien bertanya pada saya (saya tidak ambil mata pelajaran Art, FYI), "Have you done Batik before?" dan saya berkata malu-malu, "Kalau tie-dye sih pernah, hehe."
Paling Indonesia