Mohon tunggu...
Tisa Aulia
Tisa Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Sebagai mahasiswa

Muda jangan sampai diam saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Integritas Akademik: Regulasi untuk Melawan Pelecehan Intelektual di Kampus Kesehatan

15 Oktober 2024   09:05 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
freepik (Truth concept arrangement with a magnifier)

Integritas akademik merupakan komitmen, bahkan dalam menghadapi tantangan. Perlunya penanaman intergritas akademik pada mahasiswa kesehatan karena merupakan modal profesionalisme seorang tenaga medis dan tenaga kesehatan.

Kejujuran itu sendiri erat kaitannya dengan hati nurani. Berucap dan berperilaku jujur merupakan suatu sikap menghargai orang-orang di lingkungan sekitar sekaligus pada diri sendiri. Pengertian jujur adalah mengucapkan kata-kata dan memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Sikap jujur merupakan perilaku yang didorong oleh hati nurani. Jujur sebuah nilai abstrak, sumbernya hati, bukan pada omongannya. 

Seseorang dikatakan jujur, apabila ucapannya sejalan dengan perbuatannya. jujur itu memiliki value tak terhingga. Dikarenakan semua sikap yang terpuji selalu bersumber pada "kejujuran". Tercipta suatu keindahan bila setiap individu bersikap jujur terhadap dirinya. Begitu juga dengan pentingnya kejujuran bagi mahasiswa kesehatan yaitu memperoleh kepercayaan dari dosen maupun teman sejawat, akan membentuk pribadi yang lebih bertanggung jawab, lebih dihargai, dapat meningkatkan level kesehatan mental, meningkatkan reputasi diri dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, Wajib bagi seorang mahasiswa untuk menanamkan sikap jujur mulai dari kecil ataupun sekarang.

Mengapa? Misalnya ketika kita sudah menjadi seorang dokter atau tenaga kesehatan dan sedang menghadapi pasien yang sedang sakit. Maka yang harus kita lakukan adalah mendiagnosis penyalit pasien tersebut dengan tepat dan benar. Dan juga berkata apa adanya tentang penyakit pasien tersebut. Dengan demikian, pasien akan terus percaya dengan dokter tersebut karena obat yang diberikan dokter kepada pasien sesuai dengan penyakit nya dan pasien tersebut akan cepat sembuh dari penyakitnya.

Meskipun demikian mengapa masih banyak praktik tindakan tidak jujur dalam proses seseorang yang tengah menempuh pendidikan di kesehatan? Seperti melakukan kecurangan akademik seperti mencontek atau plagiarisme.

1. Tuntutan Akademik dan Beban Studi yang Tinggi

Mahasiswa di program kesehatan sering menghadapi tuntutan akademik yang sangat tinggi. Mata kuliah yang padat, serta tanggung jawab untuk memahami materi yang langsung berkaitan dengan keselamatan pasien, dapat menimbulkan power yang besar. Dalam hal ini, beberapa mahasiswa mungkin merasa perlu untuk mengambil jalan instan, seperti mencontek atau melakukan plagiarisme, demi mempertahankan nilai yang baik.

2. Manajemen Waktu yang Buruk

Mahasiswa kesehatan sering kali berjuang dengan manajemen waktu karena harus menyeimbangkan antara kuliah, praktik klinis, tugas, dan kegiatan kemahasiswaan. Ketika waktu mulai terasa sangat terbatas, beberapa mungkin merasa terpaksa melakukan kecurangan akademik.

3. Budaya Kompetisi

Bidang kesehatan sering kali memupuk budaya kompetitif yang kuat. Mahasiswa mungkin merasa bahwa mereka harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan nilai terbaik, magang terbaik, atau posisi pekerjaan yang bergengsi di kemudian hari.

4. Ketidakpercayaan Diri

Mahasiswa yang merasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya sendiri akan lebih rentan melakukan kecurangan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak akan mampu berhasil tanpa bantuan ilegal, seperti mencontek atau mengambil karya orang lain.

Mengapa Keadilan Sosial Penting dalam Konteks Kecurangan Akademik?

Keadilan sosial menekankan pentingnya memberikan kesempatan, dan perlakuan yang setara bagi setiap individu. Dalam hal pendidikan, ini berarti setiap mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan pengalaman belajar yang jujur dan adil, tanpa harus merasa tertindas oleh sistem atau pihak lain yang melakukan pelecehan intelektual atau kecurangan akademik. Kecurangan akademik adalah bentuk ketidakadilan, karena mencederai prinsip meritokrasi di mana keberhasilan akademik harusnya diraih berdasarkan kemampuan dan usaha individu, bukan dari tindakan manipulatif seperti menyontek ataupun plagiarisme.

Beberapa kampus memang mendorong mahasiswanya untuk memulai dan menyelesaikan studi secara bersamaan, tetapi metode untuk mencapai tujuan tersebut harus didasarkan pada prinsip keadilan. Adanya solidaritas dalam kelompok tidak boleh dijadikan pembenaran untuk melakukan pelecehan intelektual, seperti mencontek atau membantu secara tidak sah hanya demi menjaga kebersamaan. Kultur ini tidak hanya merusak kepercayaan akademik tetapi juga mengurangi kualitas lulusan di bidang kesehatan, yang pada akhirnya dapat berdampak pada pelayanan kesehatan masyarakat.


Kemampuan individu dalam memahami materi memang berbeda-beda, terutama di lingkungan akademik yang ketat seperti kampus kesehatan. Namun, perbedaan ini harusnya menjadi dorongan untuk saling mendukung dalam konteks pembelajaran yang sehat, bukan dengan cara yang merugikan integritas akademik. Mahasiswa yang memiliki pemahaman lebih lambat perlu mendapatkan dukungan akademik, seperti bimbingan tambahan atau pelatihan keterampilan belajar yang lebih efektif, agar mereka dapat berkembang secara wajar.

Sebaliknya, membiarkan atau bahkan mempromosikan ketidakjujuran demi menjaga solidaritas hanya akan memperburuk ketidakadilan. Kompetisi yang sehat, didukung oleh regulasi keadilan yang jelas, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan adil. Setiap mahasiswa harus didorong untuk berkompetisi secara adil berdasarkan kemampuannya sendiri, dengan demikian memperkuat profesionalisme dan integritas mereka dalam menjalani karier di bidang kesehatan.

Peran Kejujuran dalam Keadilan Sosial

Kejujuran merupakan fondasi utama dari keadilan sosial dalam pendidikan. Kampus kesehatan harus menanamkan nilai ini sejak awal kepada mahasiswanya, karena kejujuran tidak hanya penting dalam ujian atau tugas, tetapi juga dalam praktik profesional di masa depan.

Dalam dunia kesehatan, keputusan yang dibuat oleh tenaga kesehatan berdampak langsung pada kehidupan manusia. Jika seorang profesional kesehatan terbiasa berbuat curang selama masa pendidikan, ada kekhawatiran bahwa ia akan membawa perilaku ini ke dalam praktik profesionalnya. Oleh karena itu, kampus kesehatan perlu memperkuat pendidikan karakter yang berfokus pada integritas dan kejujuran.

Regulasi yang Dapat Ditetapkan

1. Setiap kampus kesehatan harus memiliki kode etik yang jelas mengenai kejujuran akademik. Mahasiswa harus tahu bahwa kecurangan dalam bentuk apa pun tidak akan ditoleransi, dan ada sanksi tegas bagi pelanggarnya.

2. Regulasi tentang pengawasan saat ujian harus diperketat. Pengawas ujian harus terlatih untuk mendeteksi kecurangan. Sistem pengawasan daring juga bisa diterapkan, terutama untuk ujian atau tugas yang dilakukan secara online.

3. Kampus harus mengintegrasikan pendidikan karakter yang berfokus pada kejujuran dan etika ke dalam kurikulum. Ini bisa dilakukan melalui seminar, diskusi, atau bahkan mata kuliah khusus yang membahas pentingnya integritas dalam profesi kesehatan.

4. Kampus harus menerapkan sanksi yang tegas bagi pelaku kecurangan akademik, namun tetap mempertimbangkan prinsip keadilan sosial. Misalnya, mahasiswa yang ketahuan menyontek pertama kali mungkin hanya mendapat peringatan, tetapi jika pelanggaran terus berulang, hukuman yang lebih berat seperti skorsing bisa diberlakukan.

5. Kampus harus transparan dalam setiap aspek akademik, termasuk dalam evaluasi dan penilaian. Mahasiswa harus merasa bahwa sistem penilaian kampus adil, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk melakukan kecurangan.

Menciptakan Budaya Kejujuran

Kampus kesehatan tidak hanya bertanggung jawab dalam mendidik mahasiswanya menjadi profesional yang berkompetensi, tetapi juga manusia yang berintegritas. Menciptakan budaya kejujuran adalah tugas bersama. Selain regulasi yang ketat, perlu ada kesadaran bersama dari seluruh elemen kampus baik mahasiswa, dosen, dan staf administrasi dengan menekankan bahwa kejujuran adalah kunci dalam menegakkan keadilan sosial.

Melalui kesadarab bersama dan regulasi yang adil, kampus kesehatan dapat meminimalkan kecurangan akademik dan membentuk mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral.

Mengatasi kecurangan akademik dengan kejujuran di kampus kesehatan bukanlah perkara mudah. Namun, dengan regulasi yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial, budaya akademik yang sehat dapat tercipta. Mahasiswa harus diberi pemahaman bahwa kejujuran bukan hanya soal integritas akademik, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab mereka sebagai calon profesional kesehatan di masa depan. Jika regulasi ini diterapkan dengan baik, kampus kesehatan akan melahirkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang mumpuni, tetapi juga siap mengemban tanggung jawab etis yang besar dalam profesi kesehatan mereka.

Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur

- Kasino (Warkop DKI)


Hidup itu pilihan, mamu memilih menjadi orang yang berintegritas tinggi atau orang hobi melakukan pelecehan intelektual
- Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun