Mohon tunggu...
Tirta Alim
Tirta Alim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiwa filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Plato dan Cinta dalam Symposium: Sebuah Renungan Filosofis

19 Desember 2024   17:57 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keindahan Ide dan Pengetahuan
Pada tahap ini, cinta beralih ke dunia ide dan pengetahuan. Seseorang menjadi tertarik untuk menciptakan sesuatu yang abadi melalui pemikiran, karya seni, atau kontribusi intelektual yang bermanfaat bagi manusia.

  • Keindahan Itu Sendiri
    Puncak dari perjalanan cinta adalah pemahaman tentang Keindahan Absolut. Pada tahap ini, cinta tidak lagi terikat pada individu atau benda tertentu, tetapi menjadi apresiasi terhadap esensi keindahan yang tidak berubah, abadi, dan menjadi sumber dari semua keindahan lain.

  • Tahapan ini menunjukkan bahwa cinta sejati tidak berhenti pada hubungan emosional atau fisik, melainkan membawa manusia pada perjalanan transformatif menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia dan keberadaan.

    Cinta sebagai Dorongan untuk Menciptakan Keabadian

    Diotima juga mengajarkan bahwa cinta adalah dorongan untuk menciptakan sesuatu yang abadi. Ini bisa berupa keturunan secara fisik, tetapi yang lebih penting adalah penciptaan intelektual dan spiritual. Melalui cinta, manusia tergerak untuk melahirkan ide, seni, atau kebijaksanaan yang bertahan melampaui hidup mereka sendiri. Dengan demikian, cinta tidak hanya bersifat personal, tetapi juga menjadi kekuatan yang mendorong perkembangan peradaban.

    Relevansi Plato tentang Cinta di Dunia Modern

    Pemikiran Plato tentang cinta memiliki relevansi yang mendalam di zaman modern. Di tengah budaya yang sering kali mendefinisikan cinta dalam kerangka romantis atau fisik, Plato mengingatkan kita bahwa cinta sejati adalah perjalanan menuju pengembangan diri dan pencapaian makna hidup yang lebih besar.

    Cinta, dalam pandangan Plato, adalah sarana untuk memahami diri sendiri, dunia, dan keindahan yang abadi. Ia mengajarkan bahwa cinta bukan hanya tentang mendapatkan, tetapi juga memberi, menciptakan, dan menghormati apa yang melampaui batas individu.

    Di dunia yang terfragmentasi oleh konflik dan ketidakpastian, gagasan Plato tentang cinta sebagai dorongan menuju harmoni dan keabadian dapat menjadi inspirasi. Cinta tidak hanya menghubungkan manusia satu sama lain, tetapi juga mengarahkan kita pada tujuan yang lebih besar: mencari kebenaran, keindahan, dan kebijaksanaan.

    Melalui Symposium, Plato mengajarkan bahwa cinta adalah kekuatan transformatif yang mampu mengubah manusia dan dunia. Dalam cinta, manusia menemukan dorongan untuk menciptakan sesuatu yang bermakna dan menemukan hubungan yang mendalam dengan apa yang abadi dan ilahi. Cinta, bagi Plato, adalah jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna, lebih indah, dan lebih penuh kebijaksanaan.

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun