Mohon tunggu...
Tiovani MelindaSianipar
Tiovani MelindaSianipar Mohon Tunggu... Lainnya - Enjoy my writing

Berekspresi dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perih Lalu Pulih

5 Juni 2020   16:30 Diperbarui: 5 Juni 2020   16:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemerlap mulai datang, namun belum tentu aku terlelap

Ketika menghampiri, suatu senyuman hangat menyinari

Ketika pergi, hilang, tiada pamit, tiada tatap

Gemerlap lenyap ditelan mentari

Perih, belum sempat kudigenggam

Sinar senyum itu tak menghangatiku lagi.

Rasa ini mulai pulih

Namun, tak sepulih yang kubayangkan

Terbiasa untuk sekadar diombang-ambing dari samudera ke laut

Namun, jika terhempas ke hilir,

kukira aku tak siap dengan kenyataan rasa ini 

Tidak. Aku boleh terlena!

Aku tetaplah aku

Rasa ini bisa dilupakan

Seret dirimu untuk berjuang!

Pada langit aku bertanya

"Apa yang harus kulakukan?"

Langit menjawab;

"Tanyakan pada tajuk mahkota itu;

Untuk apa gerangan kau hadir? Apa yang kau bawa?

dan apa yang akan kau buang? 

Aku?"

Setiba di ujung keletihan

Tuhan berkata;

"Jika kau telah berserah atas teman sepadanmu,

biar Aku yang berurusan di garis depan.

Aku tahu yang terbaik untukmu."

Lalu, kupejamkan mata sayu ini

Berharap ketika esok fajar datang

Aku tak kehilangan niatku tuk melaju

Inilah transisi perih menjadi pulih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun