Gemerlap mulai datang, namun belum tentu aku terlelap
Ketika menghampiri, suatu senyuman hangat menyinari
Ketika pergi, hilang, tiada pamit, tiada tatap
Gemerlap lenyap ditelan mentari
Perih, belum sempat kudigenggam
Sinar senyum itu tak menghangatiku lagi.
Rasa ini mulai pulih
Namun, tak sepulih yang kubayangkan
Terbiasa untuk sekadar diombang-ambing dari samudera ke laut
Namun, jika terhempas ke hilir,
kukira aku tak siap dengan kenyataan rasa iniÂ
Tidak. Aku boleh terlena!
Aku tetaplah aku
Rasa ini bisa dilupakan
Seret dirimu untuk berjuang!
Pada langit aku bertanya
"Apa yang harus kulakukan?"
Langit menjawab;
"Tanyakan pada tajuk mahkota itu;
Untuk apa gerangan kau hadir? Apa yang kau bawa?
dan apa yang akan kau buang?Â
Aku?"
Setiba di ujung keletihan
Tuhan berkata;
"Jika kau telah berserah atas teman sepadanmu,
biar Aku yang berurusan di garis depan.
Aku tahu yang terbaik untukmu."
Lalu, kupejamkan mata sayu ini
Berharap ketika esok fajar datang
Aku tak kehilangan niatku tuk melaju
Inilah transisi perih menjadi pulih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H