Mohon tunggu...
TION ISWANTO
TION ISWANTO Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Torehkan Sejarah Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tekad yang Tinggi untuk Menggapai Mimpi

25 Agustus 2023   07:20 Diperbarui: 25 Agustus 2023   07:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awal masuk semester pertama masuk kuliah, jiwa pemuda pemudi anak bangsa ini sedang penuh semangat menuntut ilmu. Mereka menyadari betapa pentingnya menuntut ilmu di usia muda. Membangun bangsa ini dengan jiwa anak muda yang cerdas dan mandiri.

Termasuk Diki sebagai mahasiswa baru di universitas ternama. Dirinya bersyukur dapat diterima di kampus impiannya. Dengan keterbatasannya, ia tak patahsemangat untuk terus menggalih ilmu sebagai bekal masa depannya.

"Alhamdulillah mah, aku diterima di kampus impianku" sembari menunjukan layar ponselnya ke Ibunya.

"Alhamdulillah nak, mama senang kamu bisa di terima di kampus impian kamu, mama selalu mendukung kamu, agar kamu sukses meraih mimpi setinggi langit" Ibunya bersyukur atas apa yang diraih anaknya. Terkadang ibunya masih tak menyangka dengan anaknya, dengan keterbatasannya, ia anaknya selalu memiliki tekat yang sangat tinggi.

Di hari keberangkatannya menuju kota yang mana kampusnya berada, ayah ibunya mempersiapkan keperluan anaknya selama tinggal di kos.

Terkadang ibunya selalu memiliki rasa khawatir dengan anaknya, bagaimana ia akan makan?

Bagaimana ia mencuci pakaian?

Bagaimana ia bisa berjalan sendiri dari kos ke kampus?

Apakah teman-temannya mau bertemannya dengannya?

Berbagai pertanyaan selalu timbul dibenak ibunya. "nak, nanti kamu bisa apa-apa serba sendiri?" Tanya ibunya.

"iya ma insya Allah Diki pasti bisa kok" jawab diki sembari tersenyum.

"Diki kan sudah terbiasa tinggal di asrama, dsebelumnya Diki serba mandiri, cuci baju sendiri, cara makan beli sendiri ma" ucap Diki menambahkan. Dirinya berusaha meyakinkan ibunya, bahwa dirinya pasti bisa tanpa ketergantungan orang lain. Kecuali hal-hal yang tidak mampu dirinya kerjakan.

"baiklah nak" jawab ibunya dengan sedikit lega. Bahwa anaknya memiliki keberanian dan kebiasaan hidup mandiri. Tinggal dirinya bagaimana mendukung anaknya agar selalu eksis dalam setiap kegiatan pendidikan anaknya.

Kesokan harinya, Diki dan ibunya berangkat ke kota yang di tuju. "bismillah, niat menuntut ilmu, mudahkanlah hamba ini ya Allah untuk menggalih ilmumu yang sangat luas dan mendalam, ya Allah semoga teman-teman baru hamba nanti, merupakan teman baik hamba selama belajar menuntut ilmu" doa diki di dalam hati.

Sesampainya di sana, Diki dan ibunya menuju kosan yang berada di dekat kampus.

"halo kak, Aku sudah di depan gerbang kos" ucap Diki melalui sambungan telepon.

"baik dik, sebentar" jawab kak Faris.

Akhirnya Diki dan ibunya sudah menempati kamar yang sudah disediakan oleh pemilik kos. Pak Walim merasa bingung, kali ini ada orang yang mau ngekos dalam keadaan orang tersebut memiliki keterbatasan.

"Maaf bu, apakah ini berdua mau ngekos?" Tanya pak Walim ragu-ragu.

"tidak pak, hanya anak saya yang ngekos" jawab Ibu Diki.

Pak Walim sepertinya tidak percaya, dirinya mau banyak bertanya, namun takut kenapa-napa. Berbagai pertanyaan selalu berputar-putar dibenaknya. "Sudahlah, asalkan kos ini terisi orang" bisik di dalam kepala pak Walim.

Minggu pagi, Diki dan ibunya menuju ke kampus, dalam rangka latihan untuk kegiatan selama PKKMB di kampusnya. Sesampainya di sana, teman-teman Diki sangat antusias, Diki bersyukur mendapatkan teman-teman baik, yang akan menemani dirinya dalam perjalanan selama pendidikan berlangsung. 

Ibu Diki terharu, melihat anaknya yang memiliki keterbatasan, akan tetapi teman-teman barunya mau merangkul dalam kebersamaan, tanpa memilah siapa diri Diki sebenernya. Diki sangat senang dan selalu tersenyum mendapatkan teman-temna bagaikan malaikat yang dikirim oleh Tuhan. Kekompakan berlahan dibangun untuk menciptakan rasa kasih antar sesama dalam cinta karena Tuhan.

"ini siapa?" Tanya Diki di sebelahnya.

"Aku Refa" jawab teman barunya.

Perkenalan demi perkenalan Diki lakukan, untuk mengenali suara-suara teman-teman barunya. Ada Dimas, Refa, Daffa, Fadhil dan yang lainnya.

Ibu Diki melihat dari kejauhan, bersyukur bahwa Anaknya mulai aktif untuk bergaul dalam lingkungan sekitarnya.

"Ya Allah berkahi siapa-siapa saja yang mau berteman dengan Diki dalam keihklasan" doa ibu Diki dalam hati.

Sebelum dan sesudah Diki masuk kampus, ibu Diki selalu mendoakan, agar Diki mendapatkan teman-teman perjalanan yang akan selalu menemani selama belajar.

Pelajaran yang bisa diambil dari cerita di atas adalah setiap ada tekat dan impian yang diinginkan, Pasti Tuhan akan mengabulkan  keinginannya, dengan kunci doa dan usaha harus diimbangi. Keterbatasan bukan jadi halangan untuk menuntut ilmu Tuhan yang sangat luas dan mendalam. Setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu, sebagai bekal masa depan yang lebih cerah. Jangan pernah kawatir, di manapun kita berada pasti ada saja pertolongan Tuhan melalui tangan-tangan orang yang dipilihnya termasuk teman dalam  menuntut ilmu.

,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun