"Diki kan sudah terbiasa tinggal di asrama, dsebelumnya Diki serba mandiri, cuci baju sendiri, cara makan beli sendiri ma" ucap Diki menambahkan. Dirinya berusaha meyakinkan ibunya, bahwa dirinya pasti bisa tanpa ketergantungan orang lain. Kecuali hal-hal yang tidak mampu dirinya kerjakan.
"baiklah nak" jawab ibunya dengan sedikit lega. Bahwa anaknya memiliki keberanian dan kebiasaan hidup mandiri. Tinggal dirinya bagaimana mendukung anaknya agar selalu eksis dalam setiap kegiatan pendidikan anaknya.
Kesokan harinya, Diki dan ibunya berangkat ke kota yang di tuju. "bismillah, niat menuntut ilmu, mudahkanlah hamba ini ya Allah untuk menggalih ilmumu yang sangat luas dan mendalam, ya Allah semoga teman-teman baru hamba nanti, merupakan teman baik hamba selama belajar menuntut ilmu" doa diki di dalam hati.
Sesampainya di sana, Diki dan ibunya menuju kosan yang berada di dekat kampus.
"halo kak, Aku sudah di depan gerbang kos" ucap Diki melalui sambungan telepon.
"baik dik, sebentar" jawab kak Faris.
Akhirnya Diki dan ibunya sudah menempati kamar yang sudah disediakan oleh pemilik kos. Pak Walim merasa bingung, kali ini ada orang yang mau ngekos dalam keadaan orang tersebut memiliki keterbatasan.
"Maaf bu, apakah ini berdua mau ngekos?" Tanya pak Walim ragu-ragu.
"tidak pak, hanya anak saya yang ngekos" jawab Ibu Diki.
Pak Walim sepertinya tidak percaya, dirinya mau banyak bertanya, namun takut kenapa-napa. Berbagai pertanyaan selalu berputar-putar dibenaknya. "Sudahlah, asalkan kos ini terisi orang" bisik di dalam kepala pak Walim.
Minggu pagi, Diki dan ibunya menuju ke kampus, dalam rangka latihan untuk kegiatan selama PKKMB di kampusnya. Sesampainya di sana, teman-teman Diki sangat antusias, Diki bersyukur mendapatkan teman-teman baik, yang akan menemani dirinya dalam perjalanan selama pendidikan berlangsung.Â