Mohon tunggu...
Iin T Wahyuni
Iin T Wahyuni Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, suka menulis dan membaca

Lahir di Mojokerto, ibu dari 4 orang anak. Pegiat Pendidikan Anak Usia Dini dan Terapis Menulis untuk Bahagia Domisili di Vila Gunung Buring Cemorokandang Malang

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Kubawa Bayiku ke Mana-mana

30 Juni 2024   18:45 Diperbarui: 18 Juli 2024   19:34 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika tidak ada tantangan di Kompasiana, bisa jadi kisah nyata ini hanya mengendap di  relung jiwa seiring berlalunya masa. Desa tempatku KKN sangat menginspirasi. Desa dengan prestasi nasional. Kreativitas dan semangat para warganya dalam memperjuangkan kehidupan layak dicontoh. Letaknya di seputar  kaki Gunung Kawi kabupaten Malang. Di sana kekompakan keluargaku di uji, karena aku melaksanakan KKN sambil bawa suami dan bayi.Masih mahasiswa sudah punya bayi, trus KKN lagi. Apa tidak menyusahkan orang tua? Apa tidak merepotkan teman-temannya? Alhamdulillah. Jangan salah, bayiku yang masih berusia 14 bulan kubawa justru agar aku bisa tetap mengasuh dan menyusuinya.

Sebelumnya aku telah menyelesaikan Program Diploma 3. Saat melanjutkan S-1 jodohku tiba, setelah sempat bertekad tidak pacaran hingga kuliahku selesai. Begitu bertemu calon pasangan yang tepat,  aku dan dia  memutuskan untuk menikah karena sama-sama sadar dalam Islam tidak ada pacaran.

Bukan karena wajah manisnya semata, kupilih jenis brondong seperti dia dari banyak lainnya yang lebih matang dan mapan di antaranya karena budi pekertinya yang baik dan sederhana. Meskipun dia sendiri belum lulus kuliah.
Terbukti, setelah kami memutuskan langsung menikah justru kami sudah lepas dari subsidi orang tua. Baik terkait biaya hidup, tempat tinggal maupun pendidikan. Termasuk si bayi ini. Mulai dari kehamilan, persalinan, biaya medis jika sakit hingga popoknya semua dibiayai suami. Berkah dari pernikahan.

Jangan ditanya kerja keras kami berdua. Setelah menikah aku tetap memberi kursus pada anak sekolah sesuai dengan bidang studi yang kutempuh, sambil melayani katering untuk anak-anak  kos juga. Suami mengambil pekerjaan paruh waktu mulai dari serabutan di bengkel las hingga asisten dosen. Suatu ketika ada info lowongan pekerjaan di proyek dengan gaji yang lumayan dari dosennya. Suamikupun mengambil peluang itu walau harus cuti dari studinya. Begitulah besar komitmen dan tanggung jawabnya.

Begitu pengumuman KKN sudah keluar berikut kelompok peserta serta lokasi desa tujuan, aku dan suami segera berunding. Bertepatan datangnya warning dari kampus agar suami segera menyelesaikan kuliahnya agar tidak DO (drop out). Kami sepakat suami meninggalkan proyek untuk mengerjakan skripsinya yang lama tertunda. Aku dan bayiku berangkat berdua ke tempat KKN. Namun sebelum itu tentu saja kami mempersiapkan dulu segala sesuatunya di sana.

Dua Minggu menjelang hari h kami ketika pergi ke tempat KKN di pelosok desa. Sangat jauh dari kontrakan  kami di sekitar kampus suami. Kami menemui orang yang berdasarkan info dari pembina lapangan, memang akan menjadi induk semang kami di sana. Ternyata beliau sekeluarga termasuk tokoh di desa itu. Beliau bersaudara tinggal layaknya di sebuah kompleks perumahan keluarga yang besar, panjang dan bergandengan. Tak heran banyak kampus merekomendasikannya sebagai tempat tinggal rombongan peserta KKN.

Kami menyampaikan hajat kami untuk menyewa sebuah kamar khusus untukku dan bayiku. Juga meminta dicarikan seorang pengasuh bayi yang akan membantuku selama menunaikan tugas KKN. Disodorkan ibu yang punya beberapa anak usia sekolah dasar. Semua kesepakatan kami bahas di awal, termasuk harga sewa dan upah pengasuh. Suamiku membayarnya lunas hingga kewajiban masa KKN selesai. Kamipun kembali ke kota dengan perasaan lega.

Pada hari pemberangkatan KKN ternyata bayiku sakit yang lumayan  mengkhawatirkan. Radang tenggorokan dan pilek hingga membiru ketika batuk. Terpaksa saya izin untuk menyusul rombongan saja, menunggu si kecil sembuh. Alhamdulillah ketua kelompok dan pengurus mengizinkan. Saya baru tiba di tempat KKN dua hari kemudian.

Hal mengejutkan terjadi. Saya diantarkan ke sebuah kamar kecil di sudut rumah besar itu,  sama sekali berbeda dari kamar semula yang kami sepakati. Udara di kamar itu sangat pengap, dengan debu di sana-sini. Perabotannya yang kuno membuat bulu kuduk berdiri. Perasaanku mulai terasa tidak enak. Alhamdulillah kehadiran buah hatiku cukup menghibur. Pada malam hari aku terbangun dari tidurku yang tidak nyenyak, dikejutkan oleh lengkingan bayiku. Kuraba popoknya dia tidak pipis. Kulihat bentol-bentol merah di wajahnya. Memang cukup banyak nyamuk, sih. Tapi aku sangat terkejut, melihat beberapa ekor kutu busuk gendut merayapi kaki dan lengan bayiku.

Teganya pemilik rumah memperlakukan kami seperti itu. Aku hanya bisa menangis sedih sambil menenangkan bayiku. Masih curiga,  kusingkapkan bantal dan alas  tidur bayiku. Pemandangan menjijikkan terlihat. Ternyata satu  dua ekor kutu busuk itu hanya bagian dari puluhan lainnya, yang rupanya sudah lama bersarang di kasur dan kamar itu. Jadilah malam itu aku benar-benar perang melawan mereka. Aku musnahkan satu persatu atau bersamaan dengan tindasan jari-jariku yang kulapisi plastik. Darah merah segera memenuhi plastik itu. Aroma khasnya memenuhi udara.

Kesedihanku terobati dengan pemandangan dan suasana desa. Untuk transportasi utama desa ini sudah memiliki jalanan beraspal. Setiap pekarangan depan rumah penduduk hingga tepian jalan raya ditanami dengan aneka ragam tanaman herbal dari jenis rerumputan, pepohonan maupun bunga-bungaan. Senang sekali melihatnya. Rupanya desa ini pernah menjadi pemenang kedua secara nasional desa dengan pemberdayaan keluarga dari sektor TOGA (tanaman obat keluarga).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun