Seseorang itu sangat berpengaruh dalam proses kepenulisan saya di kampus hijau. Â Banyangkan di jalan dengan kondisi kecepatan yang cukup di tambah karena baru saja melewati tanjakan, di depannya terdapat perempatan, saya melamun sambil bergumam sendiri memikirkan seseorang. Itu memang tindakan bodoh dan kesalahan saya.
Setelah tiba di perempatan saya tidak menyadari ada seorang bapak-bapak yang juga terburu-buru dan tancap gas saat saya menyebrang perempatan tersebut. Beliau menabrak motor saya sangat keras dari arah kiri saya. Jadi kondisinya motor saya terbanting dan terseret jatuh hingga ke ujung samping kanan jalan.Â
Sementara posisi saya merasa terbanting jatuh dan kejatuhan motor saya, motor saya pun tertindih motor si penabrak.  Saking  kerasnya benturan yang terjadi, helm si penabrak sampai terlempar sangat jauh ke kiri.  Awalnya saya menduga bapak itu tidak akan menabrak saya, karena mengizinkan saya menyebrang dahulu, tapi tidak.Â
Setelah setengah perjalanan menyebrang bapak itu dari arah kiri saya menabrak saya cukup keras. Saat tabrakan terjadi saya pasrah membiarkan badan dan motor yang tak lagi dapat saya kendalikan terjatuh. Posisi tubuh saya gidak siap untuk kecelakaan itu jadi tidak dapat melakukan penghindaran, berbeda dengan bapak penabrak yang sudah siap.Â
Saat setelah kejadian dia tidak mengalami luka sama sekali. Saya masih setengah sadar merasakan badan saya ditolong warga yang mendengarkan tabrakan yang terjadi. Saat tangan kiri saya tersentuh rasanya semua kesadaran saya kembali. Saya merasakan sakit yang luar biasa di pundak tangan kiri saya.Â
Kemudian posisi kaki yang tadinya dijatuhi motor si penabrak terkena kenalpot motor penabrak, kulit sebagian kaki kanan saya terkelupas akibat luka bakar dari kenalpot yang panas sekitar belasan centimeter.
Luka kaki itu tidak saya rasakan karena ada luka dalam pada tulang tangan kiri saya. Saya menjerit saat seseorang memegang pundak saya lalu, menangis karena sakitnya dan meminta tolong untuk di antarkan ke rumah sakit terdekat.Â
Saya mencoba menghubungi mamah dan bapak saya, namun baru saya sadar hujan sangat deras dan kilat serta guntur menyambar di mana-mana membuat sinyal handpone saya tidak setabil, dan membuat semua orang yang berkerumul panik termasuk si penabrak yang masih di samping saya. Â Ia cukup ketakutan saat dinasehati untuk bertanggung jawab kepada keadaan saya.Â
Tempat kejadian perkara adalah di desa kakek nenek saya, saat itu saya sedang menginap di sana. Untuk perjalanan ke rumah saya membutuhkan waktu sekitar satu jam, dan jika ke rumah kakek nenek dari tempat tersebut membutuhkan waktu beberapa menit. Â Sampai.Â
Bapak saya akhirnya dapat dihubungi, beliau meminta tolong penabrak agar membawa saya ke rumah kakek nenek. Bapak saya tidak menturuti keinginan saya segera ke rumah sakit.Â
Sebelum itu terjadi saya memberi pesan kepada bapak saya untuk di antar ke RS terdekat dengan alasan tangan kiri saya sangat sakit tidak bisa digerakan. Tidak ada penanganan untuk saya, yang saya dapat lakukan hanya menunggu bapak saya sampai ke rumah kakek nenek.Â