Kehidupan sosial di Majapahit didominasi oleh sistem kasta, yang mempengaruhi peran dan status individu dalam masyarakat. Di puncak piramida sosial terdapat raja dan keluarga kerajaan, diikuti oleh para bangsawan, pedagang, dan petani. Masyarakat Majapahit memiliki tradisi seni yang kaya, dengan berbagai bentuk seni pertunjukan, seperti wayang kulit dan tari, yang sering dipertunjukkan dalam upacara keagamaan maupun perayaan.
Masa Keruntuhan.
Setelah mengalami masa kejayaan yang luar biasa, Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran pada abad ke-15 M. Beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan besar ini termasuk perebutan kekuasaan di dalam istana, pemberontakan di daerah-daerah, serta pengaruh dari luar, seperti datangnya penjajahan dari bangsa Eropa.
Perebutan kekuasaan di kalangan bangsawan kerajaan sering kali memicu konflik internal yang melemahkan stabilitas pemerintahan. Pemberontakan dari daerah-daerah yang merasa terpinggirkan juga semakin memperburuk keadaan. Daerah-daerah seperti Bali dan Sumatra mulai berusaha untuk memisahkan diri dari kekuasaan Majapahit, yang menyebabkan terjadinya perpecahan wilayah. Selain itu, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa, seperti Demak, menjadi ancaman serius bagi Majapahit, Demak memanfaatkan situasi ketidakstabilan di Majapahit untuk melakukan ekspansi.
Legenda-Legenda Majapahit.
Majapahit dikenal tidak hanya karena sejarahnya yang kaya, tetapi juga karena berbagai legenda yang mengelilinginya. Berikut adalah beberapa contoh legenda terkenal yang mencerminkan budaya dan nilai-nilai masyarakat Majapahit.
Legenda Roro Jonggrang
Roro Jonggrang adalah seorang putri yang sangat cantik dan cerdas. Ketika Bandung Bondowoso, seorang pangeran yang jatuh cinta padanya, melamar untuk menikah, Roro Jonggrang menolak. Untuk menghindari pernikahan yang tidak diinginkannya, ia meminta Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi dalam waktu semalam. Meskipun pangeran itu hampir berhasil, Roro Jonggrang menggunakan akalnya untuk menggagalkan usaha tersebut. Dia meminta para wanita di desa untuk menggiling padi, menciptakan suara seperti suara fajar. Mendengar suara tersebut, Bandung Bondowoso menyangka hari telah pagi dan berakhirnya waktu untuk menyelesaikan candi. Sebagai hukuman, Roro Jonggrang dikutuk menjadi candi, yang diyakini menjadi Candi Prambanan, simbol dari pengorbanan dan cinta yang tidak terbalaskan.Legenda Loro Jonggrang dan Panji
Legenda ini menceritakan cinta yang tragis antara seorang putri, Loro Jonggrang, dan seorang pangeran bernama Panji. Dalam cerita ini, Panji harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan untuk mendapatkan cintanya. Kisah cinta mereka yang penuh liku-liku mencerminkan nilai-nilai cinta sejati, pengorbanan, dan keberanian. Kisah ini menunjukkan betapa cinta yang tulus dapat mengatasi berbagai rintangan, meskipun berakhir dengan kesedihan.Legenda Sangkuriang
Meskipun lebih terkenal di wilayah Jawa Barat, legenda Sangkuriang juga berhubungan dengan warisan budaya Majapahit. Dalam kisah ini, Sangkuriang, seorang pemuda, jatuh cinta pada Dayang Sumbi, yang ternyata adalah ibunya. Ketika mengetahui hubungan mereka, Dayang Sumbi berusaha menghindari pernikahan dengan mengajukan tantangan kepada Sangkuriang untuk membuat sebuah danau dalam semalam. Sangkuriang yang hampir berhasil, gagal setelah Dayang Sumbi menipu dan menciptakan keributan yang menyebabkan Sangkuriang marah dan menendang perahu yang ia buat, yang kemudian menjadi Gunung Tangkuban Perahu.Legenda Joko Tarub
Legenda ini bercerita tentang Joko Tarub, seorang pemuda yang jatuh cinta pada seorang bidadari bernama Nawang Wulan. Joko Tarub mencuri selendang Nawang Wulan saat ia mandi di sebuah danau, sehingga bidadari itu tidak bisa kembali ke kahyangan. Keduanya akhirnya menikah dan memiliki anak. Namun, ketika Nawang Wulan mengetahui selendangnya hilang, dia harus memilih antara cinta dan tanggung jawabnya sebagai bidadari. Legenda ini mengajarkan tentang cinta, pengorbanan, dan konsekuensi dari tindakan yang diambil.
Legenda-legenda ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat Majapahit. Mereka mencerminkan pentingnya kejujuran, keberanian, dan pengorbanan dalam hubungan antarmanusia. Melalui cerita-cerita ini, masyarakat Majapahit mengajarkan generasi berikutnya tentang etika dan moralitas yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Warisan legenda-legenda ini masih hidup hingga kini dan menjadi bagian integral dari budaya Indonesia, memperkaya khazanah sastra dan seni yang terus berkembang.