Mohon tunggu...
Humaniora

"Jurus" Guru Mengatasi Hoaks

7 November 2017   16:38 Diperbarui: 7 November 2017   19:10 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat itu saya dibawa untuk melakukan sesuatu diluar akal sehat saya. Seolah-olah semua akan menjadi kenyataan dalam sekejap. Dibalik sana mereka menyusun rencana supaya saya dan percaya dan mengikuti petunjuknya. Saat itu saya sangat percaya, maka saya ikuti petunjuk mereka melalui sambungan telepon. Saya datang ke ATM, membuka PIN, melihat saldo tabungan. Kemudian sesuai dengan pentunjuk lewat telepon saya ikuti. Tidak sadar bahwa setelah memasukkan sejumlah angka sesuai dengan permintaan mereka.  

Singkat cerita, setelah saldo akhir tabungan saya "hampir habis",  saya  tunggu kabar berikutnya. Apa yang terjadi.... sampai beberapa jam saya di depan ATM tidak terjadi apa-apa dengan saldo akhir saya yang hampir nol. Kemudian saya telpon nomer yang baru saja memandu saya melakaukan transaksi lewat ATM. Mereka tidak menjawab dan tidak ada kabar yang baik yang bisa menenangkan hati saya. Akhirnya saya melaporkan kejadian tersebut ke kantor Polisi terdekat.  Dan ternyata hal serupa juga dialami oleh beberapa korban dalam waktu sehari.  Inilah kisah  sedih dari kabar Hoax yang pernah saya rasakan.

Penutup

Cara yang sering dilakukan  olah seseorang untuk menutupi kesalahan, kekurangan dan bahkan "kekalahan" adalah dengan memberikan pembenaran atau alasan dan tidak sedikit yang nebarkan kebencian, Hoax atau cerita bohong kepada orang lain atau kelompok-kelompok tertentu. Mengapa bisa terjadi. Seperti yang penulis paparkan bebepa hal, yaitu  karekter yang buruk, iman yang lemah dan kurang percaya diri atau kercaya kepada kemampuan seseorang dalam menerima kenyataan hidup akan mudah orang untuk hoax. 

Maka tidakan prepentik dalam mengatasi hoak adalah menumbuhkan karakter atau budi pekerti yangluhur bagi generasi muda melalui pendidikan formal dan non formal, meningkatkan iman dan percaya diri dengan membiasakan berlaku kejujuran dan keberanian mulai sejak  kecil. Guru sebagai pengajar dan utamanya pendidik adalah sebagai kunci dari keberhasilan untuk memerangi hoax. Maka guru harus  menjadi teladan atau contoh dalam kekujuran dan keberanian untuk menyatakan jika "Ya" katakan "Ya" dan jika "Tidak" harus berani mengatakan "Tidak".

Sebagai akhir dari tulisan perhatikan, kata  bijak berikut:  

"Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, tetapi lidah dusta  hanya untuk sekejap mata". Hoax No! Jujur yes, yes, yes.

#antihoax #marimas #pgrijateng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun