Mohon tunggu...
Humaniora

"Jurus" Guru Mengatasi Hoaks

7 November 2017   16:38 Diperbarui: 7 November 2017   19:10 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masalah sosial yang semakin parah telah melanda semua lapisan masyarakat dan dalam segala usia. Jika hal ini tidak diatasi secara bijaksana dan berkerlanjutan dengan merevolusi mental, mendidik dan menumbuhkan  Budi Pekerti yang luhur, bisa jadi generasi mas  masa depan  hanya tinggal isapan jempol. Sekarang saja nama generasi muda khususnya dalam hal sikap, tingkah laku, budi pekertinya jauh dari harapan orang tua, agama dan bangsa.  Kenyataan yang ada akhir-akhir ini sangat memprihatinkan dan sekaligus menyadarkan kita untuk kembali menumbuhkan nilai-nilai  luhur bangsa yang sudah ada pada  Dasar Negara kita Pancasila, yaitu menghargai orang lain dengan berkata dan berlaku sopan. Agar tidak tidak saling mencaci kami,  menyalahkan apalagi sampai menyebarkan berita-berita bohon tentang seseorang atau kelompok, yang kita kenal dengan Hoax.

Tidak dipungkiri memang sebagian besar Pendidikan di Sekolah pada umumnya masih mengisi aspek kognitif atau pengetahuan  dan  ketrampilan. Sedangkan  pembentukan sikap, karakter dan perasaan serta tindakan nyata dari peserta didik masih pada wacana atau slogan.  Oleh sebab itu dengan pendidikan budi pekerti mulai di bangku sekolah dasar, maka karakter peserta didik akan semakin baik. Maka jika karakter anak ditumbuhkan melalui pendidikan Budi Pekerti sejak kecil, niscaya Hoax yang sangat menakutkan kelangsungan hidup bersama di negeri tercinta ini akan semakin berkurang.

Kedua meningkatkan iman atau taqwa peseta didik.

Supaya tercipta suatu kondisi kehidupan  yang rukun, damai, nyaman dan sejahtera tidak saling  menyalahkan, menyebar kebencian dan cerita mohon yang selama ini baru menjamur seorang-olah hukum tidak berlaku lagi, maka dibutuhkan sikap toleransi, saling menghargai di antara penduduk Indonesia.

Menghargai erat hubungannya dengan toleransi. Toleransi berasal dari kata toleran berasal dari kata kerja bahasa latin tolerare berarti "menanggung". Jadi toleransi berarti menanggung kejengkelan atau kelemahan.  Toleransi tidak membuat hal yang salah menjadi benar namun juga tidak menuntut kesempurnaan. Toleransi berpegang pada suatu standard yang menyadari bahwa orang bertumbuh dengan kecepatan yang berbeda dan menunjukkan pada tahap kedewasaan yang berlainan pula. Dengan menanggung "ketidakdewasaan" satusama lain tanpa mengkompromikan nilai-nilai yang mereka junjung bersama. Inilah salahah satu manfaat iman seseorang dalam menghadapi konfliks atau masalah.

Berdasarkan manfaat iman di atas, maka  sangat penting bagi seorang guru dalam memerangi Hoax dengan meningkatkan iman peserta didik  dengan cara dan bentuk yang menarik, tanpa mengurangi makna atau isi. Jika dasarnya kuat dan benar, maka apa yang dilakukan tentu berdaskan iman atau kepercayaan seseorang. Iman  berkaitan erat dengan rasa percaya, yakin dan takwa. Percaya yaitu menyerahkan diri seutuhnya hidup kita, peraasan dan pikiran keapda Tuhan. Sedangkan nyakin yaitu keyakinan akan Firman atau sabda Allah yang berkembang dalam pengalaman sehari-hari. Takwa yaitu orang yang telah siap  untuk menjalankan tugas dengan  penuh hormat dan dengan percaya diri bahwa nanti pasti berhasil.

Ketiga meningkatkan percaya diri peserta didik.

Percaya diri atau percaya kepada kepampuan diri sendiri, bukan suatu yang mudah. Banyak hal yang membuat orang tidak percaya diri, karena pengetahuan, pengalaman dan tidak sedikit pengaruh dari orang terdekat dan lingkungan di sekitar. Lalu bagaimana kita dapat me ningkatkan diri seseorang supaya tidak mudah terprofokasi, lemah dalam pengambilan keputusan dan ikut arus dalam pergaulan.

Percaya diri sangat erat dengan iman. Apa bedanya iman dan percaya diri? iman seperti yang penulis sebutkan sebelumnya .Iman  berkaitan erat dengan rasa percaya, yakin dan takwa. Percaya yaitu menyerahkan diri seutuhnya hidup kita, perasaan dan pikiran kepada Tuhandan menyerahkan diri kepada Tuhan, sedangkan percaya diri, adalah percaya kepada kemampuan diri. Dari mana kemampuan seseorang itu? Kemampuan atau sering disebut dengan bakat atau talenta berasal dari Allah. Artinya sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan seseorang telah diberi kepercayaan diri atau kemampuan yang berbeda-beda.

Bagaimana meningkatkan percaya diri seseorang, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh orang lain dan keadaan disekitarnya? Inilah tugas guru terutama guru BP.  Guru sebagai fasilitator, konselor dan bahkan orang tua kedua dalam mengembangkan kemapuan atau bakat dalam diri anak.  Jika anak percaya diri; percaya dengan kemampuan sendiri, maka dia akan bisa mengatasi masalahnya sendiri dengan cara yang baik dan benar. Jika gagal, dia akan terus mencoba dan mencoba sampai berhasil  dengan kemampuan sendiri,  belajar dari pengalaman kegagagalan. Tidak mudah  menyalahkan orang lain apalagi membenarkan diri sendiri dan menceritakan kebohongan dan kebencian, hoax kepada orang lain.

Sebelum tulisan ini saya akhiri, inilah kisah sedih sebagai korban dari hoax yang penulis alami. Awal kami mendapat kabar melalui pesan singkat (SMS), kami sangat senang, bahagia dan sukacita karena akan mendapatkan sesuatu yang diluar akan pikiran dan kemampuan saya selama itu.  Saya akan  bisa membeli ini dan itu, bahkan bisa mempunyai tabungan yang sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun