Mohon tunggu...
Timotius Cong
Timotius Cong Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penginjil

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Relevankah Atasi Kekhawatiran dengan Melihat Burung di Tengah Pandemi Covid-19?

19 April 2020   13:56 Diperbarui: 19 April 2020   17:51 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi diolah dari Pexels.com

Seorang pengusaha berkata kepada saya, "Bapak gampang sekali berkata, agar saya tidak kuatir, saya bisa melihat burung-burung di udara." Dia melanjutkan, "Tahukan anda bahwa kata-kata Tuhan Yesus tersebut sudah sudah tidak relevan lagi dipakai dalam situasi ini." 

Saya setuju bahwa kita tidak bisa membandingkan hidup kita dengan burung, karena memang, manusia tidak bisa dibandingkan dengan burung, mengapa?

  1. Burung tidak memiliki cicilan dan utang, manusia punya cicilan dan utang
  2. Burung tidak memiliki perusahaan dan karyawan, sedangkan manusia memiliki perusahaan dan karyawan.
  3. Burung mencari makan di alam yang memang sudah tersedia makanan di mana-mana tanpa perlu membeli, sedangkan manusia harus membeli Mc Donald, KFC, beras, sayur dan daging serta ikan.
  4. Burung tidak perlu bayar tagihan listrik, telepon dan PDAM karena mereka bisa tidur dipohon dan tempat-tempat di mana saja, sedangkan manusia harus bayar tagihan bulanan

Pertanyaannya, siapa yang meminta anda membandingkan diri dengan burung? Tuhan Yesus tidak menyuruh kita membandingkan diri kita dengan burung. 

Dia hanya menyuruh kita melihat burung, "Pandanglah burung-burung di langit...(Matius 6:26). Tuhan Yesus Cuma suruh kita pandang burung, bukan membandingkan, tetapi tentu memandang untuk belajar sesuatu, jadi bukan asal pandang.

Jadi apa yang bisa kita pelajari dari burung?

Ada beberapa pelajaran yang kita bisa pelajari dari burung

1. Burung tidak haus mata seperti manusia, maka dia tidak punya cicilan dan hutang sehingga tidak akan terkena krisis ekonomi

Zaman ini kalau tidak berhutang dibilang kuno. "Masakan beli HP, mobil dan rumah pakai Cash. Ngak zamannya lagi bok." Itu yang sering saya dengar.

Masalahnya, bukan pada boleh atau tidak beli hp, rumah dan mobil dengan cicilan, tetapi kita sering haus mata. Sudah memiliki 1 rumah, 1 mobil mau lebih lagi. Lalu kita beli rumah dan mobil ke 2, 3 dan 4 jadilah banyak hutang.

Jika tidak ada Corona tentu tidak masalah. Masalahnya, Corona datang pada waktu yang tidak terduga, jadi membuat mereka yang memiliki banyak cicilan semakin pusing.

Sebenarnya, bukan Tuhan tidak mencukupi kebutuhan kita, tetapi kita yang membuat semuanya tidak tercukupi dengan mencicil barang-barang yang sudah melebihi apa yang dibutuhkan oleh kita.

Pernahkah kita melihat burung banyak sarang? tidak bukan. Silahkan perhatian, bukankah rumah banyak yang anda miliki tidak terpakai, malahan dibiarkan kosong. 

Jadi Tuhan menyuruh kita belajar dari burung yaitu tentang rasa cukup dan berpuas diri, jangan haus mata sehingga tidak terjebak dalam kekuatiran yang tidak perlu.

2. Burung tidak tamak materi.

Burung tidak perlu memiliki banyak uang, bagi mereka hidup ada di tangan Tuhan. Mereka tidak perlu berpikir seperti manusia, sudah memiliki 1 usaha, mau 2 lagi, lalu pengen 3, 4 dan 5. Katanya, "supaya jika 1 tidak jalan masih ada yang ke 2 atau ke 3, 4 dan 5."

Sebelum Corona, orang yang memiliki banyak usaha mendapatkan pujian, serta disebut produktif dan menjadi contoh para motivator agar meneladani mereka. 

Akan tetapi, di zaman Corona ini, justru mereka yang tidak memiliki banyak usaha dan perusahaan justru lebih ringan dari mereka yang memiliki banyak usaha. 

Hal itu dikarenakan, mereka yang memiliki banyak perusahaan dan karyawan tidak tahan dengan ongkos operasional yang besar. Di mana, produksi tidak jalan, omzet tidak ada, karyawan tetap harus digaji (Hal ini tentu sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan). 

Akan tetapi, bukan berarti semua pengusaha melakukan langkah yang salah saat membuka banyak usaha, karena ada diantara mereka juga mempunyai motivasi yang baik yaitu untuk membuka lapangan kerja. Asalkan, pengusaha tersebut tidak berfokus pada peningkatan aset dengan tujuan memberikan ketenangan hidup. 

Seandainya mereka yang mempunyai sifat tamak, dulu bisa belajar puas dengan 1 usaha, atau paling banyak 2. Tentu saat ini kita tidak terjebak dalam masalah yang besar. 

Oleh sebab itu, melalui peristiwa ini Tuhan ingin mengajar kita, agar tidak tamak seperti burung karena hidup kita bukan bergantung harta kita, tetapi bergantung pada Tuhan. Hidup bukan matematika tetapi unpredictable.

3. Burung mencari secukupnya untuk hari ini 

Tuhan Yesus berkata, burung-burung mencari makan secukupnya untuk hari ini, sehingga mereka tidak memiliki lumbung menjadi tempat mereka menyimpan makanan. 

Tentu bukan berarti kita tidak perlu menabung, Tuhan juga memberikan hikmat kepada kita untuk mengelola keuangan. Akan tetapi, yang sering kita lakukan adalah menimbun berlebihan sampai 7 turunan sehingga orang lain tidak mendapatkan bagian. 

Tuhan Yesus juga mengingatkan kita, agar memiliki secukupnya. Maka melalui Doa Bapa kami, Dia mengajari kita berdoa: "Berikanlah makanan kami secukupnya hari ini." 

Kita memang setiap hari berdoa "Doa Bapa Kami." Tetapi kalimat "Secukupnya," kita lewatkan karena kita tidak percaya bahwa di zaman ini kita hanya butuh secukupnya.

Bagi kita yang logis adalah harus lebih. Kita berpikir bahwa sangat perlu memiliki deposito yang banyak, agar nanti pada saat anak-anak besar mereka tercukupi. Atau untuk persiapan kita di hari tua.

Memang kita berhasil untuk mengumpulkan banyak uang, tetapi saat ini Tuhan mau membuktikan bahwa mereka yang bekerja siang malam untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sedang membuat jiwanya sia-sia. Seperti yang Tuhan Yesus katakan: 

"...Pada malam ini juga, jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:20). 

Yang perlu kita lakukan:

1. Belajar lagi mempercayai pemeliharaan Tuhan dari burung.

Kita memang melihat burung tetapi yang kita lihat bukan Allah dibalik kehidupan burung. Kita memang belajar dari kehidupan, tetapi kita hanya belajar dari pengalaman masa lalu dan menghitung hari depan melalui realita hari ini. Saat kita melihat realita sekarang, kita akan berkata, "hidup pasti susah, jika Vaksin Corona tidak ditemukan."

Saatnya kita mempercayakan hidup kita pada pemeliharaan Tuhan. Di mana TuhanYesus berkata: "Bukankah kamu jauh melebihi burung?"

2. Saatnya memfokuskan pada yang benar.

Tuhan Yesus berkata: "Carilah kerajaan Allah dan kebenarannya."

Melalui peristiwa ini, Tuhan ingin membawa manusia kembali kepada kehendak-Nya. Oleh sebab itu, saatnya kita duduk diam, mencari kehendak Tuhan. Agar setelah masalah ini selesai, hidup kita semakin sesuai dengan yang Tuhan inginkan. 

Salam,
Ev. Timotius Cong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun