Sama halnya dengan murid-murid, sengat Covid-19 yang bisa merenggut kita dan keluarga serta membuat harapan dan cita-cita kita menjadi pupus, membuat kita terus menerus bertanya: “Tuhan kapan ini berakhir? Maukah Engkau memulihkan situasi kami seperti dulu?”
Rasanya tidak sabar lagi ingin melihat Yesus yang bangkit segera menghentikan Covid-19.
Bahkan kita hampir seperti Petrus dan teman-temannya yang mulai berpikir untuk kembali ke profesi lama. Terlihat mereka sudah mencoba peruntungan lagi dengan pergi ke danau Tiberias untuk menjala ikan.
Sedangkan, murid yang tidak mau menjadi nelayan, merasa lebih baik pulang ke kampung halaman mereka di Emaus. Mereka berpikir mungkin di sana ada prospek baru yang bisa menjadi usaha rintisan.
Yerusalem tidak bisa lagi menjadi tempat bernaung, karena persaingan di sana sangat ketat, biaya hidup sangat tinggi. Memang ada gosip yang beredar bahwa Yesus sudah bangkit. Akan tetapi, hal itu sulit untuk dipercayai karena sejauh ini belum ada bukti yang valid.
Bukankah ini yang kita rasakan, Covid-19 yang mematikan, membuat harapan, rencana, dan cita-cita kita terkubur dengan Yesus yang mati. Maka dari itu saya mencoba memaknai kematian dan Paskah dengan melakukan beberapa hal supaya harapan kita bangkit kembali.
1. Memahami bahwa kematian dan kebangkitan Yesus bukan tentang kita tetapi tentang Dia yang berbuat untuk kita.
Saudaraku, kita tidak perlu memikirkan diri kita lagi, karena Kristus sudah memikirkan kita. Terbukti Dia rela mati bagi kita yang berdosa. Hal itu cukup menjadi bukti bahwa Dia memikirkan kita melebihi kita memikirkan diri kita.
Makanya, Dia berani berkata: “Jangan khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum (Matius 6:25)” Semua ini dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah karena Bapa kita di sorga tahu akan kebutuhan kita (Matius 6:32).
Sebab jika kita khawatir dan takut akan kebutuhan hidup kita, hal itu tidak akan menambah antibodi kita, bukan? Justru akan menurunkan antibodi kita. Maka Dia dengan tegas berkata: “Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Matius 6:27).”
Kemudian, Tuhan Yesus mengingatkan kita, agar bukan memikirkan diri sendiri, seperti: Apakah usaha saya masih berjalan? Apakah kebutuhan saya akan tercukupi?