Untuk menunjukkan diri sebagai seorang kristen rohani, maka pada Jumat Agung dan Paskah ini saya harus bisa memaknainya. Satu cara yang tepat adalah memejamkan mata di tengah kegelapan kamar.
Akhirnya, yang terlihat bukan kematian Yesus yang membuat saya terharu dan menangis, tetapi ketakutan akan masa depan dan pertanyaan, apa yang terjadi jika pada bulan Mei, pandemi ini belum berakhir? Mengingat jumlah korban Covid-19 tiap hari terus bertambah.
Muncul wajah pengusaha dengan yang muka sedih berkata kepada saya: “Jikalau seperti ini terus, apakah usaha saya masih bisa berjalan? Apakah saya masih bisa membayar karyawan?"
Hal ini juga mengingatkan saya pada seorang pekerja freelance yang dari awal sudah merasakan dampak pandemi, berkata “Beberapa job, jadwal khotbah dan pameran sudah dibatalkan. Apakah yang terjadi jika sepanjang tahun ini tidak ada job? Sedangkan Cicilan rumah, mobil, SPP dan tagihan bulanan tetap harus dibayar."
Terakhir tidak lupa beberapa hari lalu, Seorang ibu yang anaknya pada tahun ini berencana untuk menikah berkata ”Apakah pernikahan anak saya bisa dilaksanakan?” Jadi dalam situasi ini, sulit sekali memaknai kematian dan kebangkitan Kristus.
Hal ini mengingatkan saya pada apa yang terjadi pada murid-murid Yesus. Mereka juga tidak bisa memaknai kematian Yesus yang disalibkan untuk mereka, mengapa?
Karena sama dengan kita mereka hanya BERFOKUS PADA DIRI SENDIRI. Sehingga saat mereka melihat Yesus ditangkap dan diadili, bahkan disalib mereka semua lari, karena mereka melihat harapan untuk duduk di sebelah kanan atau kiri Yesus sudah hilang.
Petrus yang sudah meninggalkan semuanya yang berharap mendapatkan berkali-kali lipat dari Yesus mulai berpikir: “Jika saya tidak duduk di sebelah kanan Yesus, apakah saya masih bisa memenuhi kebutuhan keluarga saya?
Demikian juga mantan pemungut cukai, Matius, mulai resah dan bertanya: “Saya mau kerja apa lagi?” Sengat maut bukan hanya merampas Yesus dari mereka, tetapi mulai merenggut harapan dan cita-cita mereka.
Bahkan saat Yesus bangkitpun mereka tetap tidak bisa memaknainya, karena bagi mereka kebangkitan Yesus, akan bermakna jika harapan untuk bebas dari penjajahan Romawi tercapai.
Maka dari itu, sebelum Yesus naik ke surga, mereka memberanikan diri meminta kepada Yesus: "Maukah Engkau memulihkan kerajaan bagi Israel (Kis. 1:6)."