Dalam beberapa tahun terakhir, Donald Trump di Amerika Serikat dan Prabowo Subianto di Indonesia menjadi figur penting dalam dinamika politik nasional dan global. Keduanya sekarang menjadi Presiden negara besar dan memiliki pendekatan yang mirip dalam hal nasionalisme, proteksionisme, dan populisme, meskipun terdapat banyak perbedaan dalam perjalanan dan gaya kepemimpinan mereka.
Pada hari Rabu, 6 November 2024, Donald J. Trump sekali lagi memenangkan Gedung Putih, setelah diafirmasi saat melewati pukul 5:30 pagi waktu Bagian Timur Amerika dengan memenangkan negara bagian Wisconsin yang menjadi medan pertempuran elektoral. Trump menang di atas ambang batas 270 suara, yaitu 277 mengalahkan Kamala Harris yang memperoleh 224. Sebuah kebangkitan politik  luar biasa yang menyemangati para investor dan menuai ucapan selamat dari seluruh dunia.Â
Donald Trump adalah seorang pengusaha sukses sebelum menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2017-2021. Gaya kepemimpinannya sering kali kontroversial dan mengutamakan prinsip "America First," yang berfokus pada kebijakan ekonomi proteksionis dan nasionalisme ekonomi. Trump dikenal dengan tagline "Make America Great Again" serta pendekatannya yang tegas, tidak jarang menimbulkan perdebatan karena gaya komunikasinya yang langsung dan lugas. Setelah kalah dalam pemilihan 2020 dari Joe Biden, Trump tetap aktif di kancah politik, bahkan pada 2024 kembali mencalonkan diri sebagai presiden AS.
Prabowo Subianto adalah seorang politikus dan mantan menteri pertahanan Indonesia yang sebelumnya adalah perwira tinggi militer Indonesia. Setelah beberapa kali mencoba untuk menjadi presiden, Prabowo bergabung dengan kabinet Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pertahanan pada 2019, meskipun sebelumnya menjadi lawan politik dalam pemilu. Ia dikenal karena ketegasan dan keinginannya untuk memperkuat militer Indonesia serta fokus pada kedaulatan nasional.
Keduanya memiliki pendukung setia yang menilai mereka sebagai sosok pemimpin kuat, meski kritik terhadap keduanya pun tidak sedikit. Di Indonesia, sosok Prabowo mengingatkan sebagian orang pada gaya nasionalisme yang dimiliki Trump, tetapi tentunya tetap dalam konteks Indonesia yang berbeda. Keduanya sering dipandang sebagai sosok yang pro-kedaulatan dan mengedepankan kepentingan nasional.
Fokusnya adalah pada pendekatan "America First" untuk mengurangi ketergantungan AS pada impor dan memajukan industri dalam negeri. Trump sangat memengaruhi statistik ekonomi AS, dengan beberapa capaian penting dan beberapa dampak negatif.Â
PDB AS tumbuh pada rata-rata sekitar 2,5% per tahun selama kepresidenan Trump, meskipun sempat mengalami penurunan drastis saat pandemi COVID-19. Tingkat pengangguran turun hingga 3,5% pada 2019, tingkat terendah dalam lima dekade, sebelum melonjak akibat pandemiPerdagangan dan Tarif, Trump menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor dari China senilai lebih dari $550 miliar. Kebijakan ini memicu perang dagang, yang menurut para ahli menurunkan output ekonomi global hingga 0,4% .
Defisit anggaran federal meningkat hampir dua kali lipat menjadi lebih dari $1 triliun pada 2019. Total utang nasional AS mencapai sekitar $27 triliun pada akhir masa jabatannya, sebagian besar disebabkan oleh kebijakan pengeluaran besar-besaran dan pemotongan pajak.
Prabowo Srabowo Subianto adalah mantan perwira tinggi militer pasukan elit yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Ketua Umum Partai Gerindra. Di dunia politik Indonesia, Prabowo dikenal sebagai tokoh nasionalis yang memprioritaskan kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional.Â
Indonesia adalah negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan PDB nominal sebesar $1,1 triliun (2022) dan PDB per kapita sekitar $4.250. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, rata-rata 5% per tahun, Indonesia memiliki potensi besar sebagai kekuatan ekonomi regional.
Kemandirian Ekonomi merupakan fokus utama Prabowo dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi impor, terutama di sektor pertanian. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sekitar 10% kebutuhan pangan seperti beras dan gula, sehingga ketahanan pangan menjadi prioritas kebijakan nasional.
Kebijakan Ekonomi TrumpÂ
Trump kemungkinan akan melanjutkan kebijakan ekonominya yang proteksionis. Jika terpilih lagi, dia mungkin akan terus meningkatkan tarif impor untuk memperkuat manufaktur dalam negeri. Namun, kebijakan ini juga berisiko mengisolasi Amerika Serikat dari pasar global.
Menurut Bank Dunia, kebijakan proteksionisme Trump diperkirakan akan mengurangi PDB global sebesar 0,3% hingga 0,4% .
Anggota Kongres dari Partai Republik, sering disebut GOP (Grand Old Party) telah mendorong beberapa undang-undang dan kebijakan yang bertujuan untuk menahan atau mengatasi pengaruh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di berbagai bidang. Kebijakan tersebut meliputi upaya di sektor teknologi, investasi, keamanan nasional, dan perdagangan. Trump dan banyak sekutunya dalam Partai Republik sering menegaskan pentingnya "decoupling" yang akan "memisahkan" ekonomi AS dari ketergantungan pada Tiongkok.
Jika Senat mengesahkan rancangan undang-undang ini dan memasukkannya ke dalam anggaran federal, maka akan ada alokasi anggaran khusus untuk mendanai langkah-langkah yang dianggap penting dalam menghadapi RRT. Langkah-langkah ini sering mencakup pelarangan investasi di perusahaan Tiongkok yang terkait dengan militer atau meningkatkan pengawasan terhadap teknologi dari Tiongkok yang dianggap dapat membahayakan keamanan nasional AS.
Salah satu contohnya adalah lolosnya  Undang-Undang  Foreign Adversarial Battery Dependence, yang melarang Departemen Keamanan Dalam Negeri AS untuk membeli baterai dari enam perusahaan yang dimiliki dan dioperasikan di China: Gotion, BYD, CATL, Envision, EVE, dan Lithium.
Trump kemungkinan besar akan memperkuat kebijakan semacam ini sebagai bagian dari pendekatan keras terhadap Tiongkok, seperti yang telah dia lakukan selama masa jabatannya sebelumnya.
Pengaruh pada Ketahanan Pangan dan Energi Dalam NegeriÂ
Trump selama kepresidenannya dulu cenderung skeptis terhadap perubahan iklim, bahkan menarik AS dari Perjanjian Paris dan mengutamakan eksplorasi minyak dalam negeri. Meski berhasil menekan harga energi domestik, kebijakan ini dikritik karena berdampak pada lingkungan.
Jika hal ini terulang, Indonesia di bawah Prabowo mungkin akan menghadapi lebih sedikit tekanan internasional terkait kebijakan iklim. Prabowo bisa saja lebih bebas dalam mengembangkan sektor energi konvensional seperti batubara atau minyak, walaupun masih harus menyeimbangkannya dengan komitmen global lain. Namun, untuk ketahanan pangan, perubahan iklim tetap menjadi tantangan besar, dan faktor ini bisa mempengaruhi pola produksi dan stabilitas pangan domestik.
Ketergantungan Indonesia pada impor pangan masih tinggi. Rencana kemandirian pangan ini memerlukan investasi besar dalam infrastruktur dan teknologi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Prabowo diperkirakan fokus pada kemandirian ekonomi Indonesia, terutama melalui peningkatan produksi pangan dan energi domestik.Â
Fokus Prabowo pada ketahanan nasional dapat berdampak pada stabilitas harga domestik jika impor pangan dikurangi terlalu cepat. Bank Dunia memperkirakan bahwa ketahanan pangan adalah salah satu faktor utama yang dapat menjaga kestabilan inflasi Indonesia .
Pendekatan Geopolitik Trump
Trump terkenal dengan pendekatan keras terhadap negara-negara seperti China dan Iran, serta penarikan AS dari berbagai kesepakatan internasional.
Ketegangan AS-China meningkat signifikan di bawah Trump, yang meningkatkan tarif hingga puluhan miliar dolar pada produk China. Ini menciptakan persaingan ekonomi yang memengaruhi banyak sektor, mulai dari teknologi hingga manufaktur.
Trump memperkuat aliansi dengan Israel dan beberapa negengah, khususnya Arab Saudi, tetapi hubungannya dengan sekutu Eropa menjadi lebih renggang. Jika Trump terpilih lagi, ketegangan di kawasan Timur Tengah dan Pasifik diperkirakan akan meningkat.
Pendekatan Geopolitik Prabowo
Prabowo memiliki pandangan strategis untuk menjaga netraesia dalam konflik global dan meningkatkan peran Indonesia di kawasan ASEAN.
Di bawah pengaruh Prabowo, anggaran pertahanan Indonesia saat dahulu masih menjabat menteri pertahanan meningkat secara signifikan hingga mencapai 0,8% dari PDB, atau sekitar Rp 131 triliun pada 2023. Ini mencerminkan fokus yang kuat pada modernisasi militer dan penguatan ketahanan nasional dalam menjaga stabilitas.
Pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, Kementerian Pertahanan Indonesia menerima alokasi anggaran sebesar Rp 165,16 triliun. Jumlah ini mencakup berbagai kebutuhan pertahanan, termasuk anggaran untuk Markas Besar TNI dan ketiga matra TNI (AD, AL, AU) dengan rincian: Kementerian Pertahanan sebesar Rp 53,95 triliun, Mabes TNI Rp 11,17 triliun, TNI AD Rp 57 triliun, TNI AL Rp 24,75 triliun, dan TNI AU Rp 18,28 triliun.
Meskipun angka ini lebih rendah dari usulan awal sebesar Rp 353,52 triliun, anggaran tersebut difokuskan untuk memperkuat sistem pertahanan melalui pengadaan alutsista, pemeliharaan infrastruktur, dan peningkatan fasilitas prajurit. Selain itu, Polri mendapatkan alokasi terbesar kedua, yaitu sekitar Rp 126,62 triliun, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Prabowo mendukung peningkatan kerja sama pertahanan dan ekonomi di ASEAN untuk menjaga stabilitas kawasan. ASEAN saat ini menyumbang sekitar 20% dari perdagangan Indonesia, menunjukkan pentingnya kerja sama regional dalam stabilitas ekonomi .
Hubungan dengan kekuatan besar akan menjadi prioritas dengan menjaga keseimbangan antara AS dan China, Prabowo berusahnesia tetap netral. Indonesia berpotensi menjadi mediator dalam ketegangan AS-China di kawasan Pasifik.
Kebijakan nasionalis yang diusung oleh Trump dan Prabowo menunjukkan bahwa jika keduanya memegan di negara masing-masing, dunia akan melihat pendekatan yang lebih mengutamakan kepentingan domestik dan pengurangan keterlibatan dalam isu global. Ini kemungkinan akan membawa perubahan besar dalam ekonomi dunia, terutama dalam perdagangan internasional. Sementara itu, ketegangan geopolitik mungkin akan meningkat, terutama jika Amerika Serikat kembali mengambil sikap keras terhadap China di bawah Trump, sementara Indonesia di bawah Prabowo berusaha menjaga keseimbangan dalam kawasan Asia Tenggara yang strategis ini.
Meskipun setiap negara memiliki prioritasnya masing-masing, kepemimpinan yang nasionalis dari kedua tokoh ini akan berdampak signifikan pada dinamika ekonomi dan geopolitik dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H