Mengawali tahun 2021, Indonesia berhadapan dengan lonjakan kasus Covid-19 yang cukup tinggi utamanya di Jawa dan Bali. Pemerintah melakukan upaya pengaturan dengan melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) Jawa-Bali  salah satunya melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19 yang ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian pada 6 Januari 2021. Dalam beleid tersebut menginstruksikan kepala daerah di Jawa-Bali untuk memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berpotensi menimbulkan risiko penularan Covid-19.
Kesuksesan PPKM tersebut diukur dengan indikator penurunan kasus covid-19 yang sangat tergantung dari dua faktor utama yaitu  pertama faktor habitus taat masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kesadaran menjaga protokol kesehatan dan kedua faktor kepemimpinan yang cekatan dan tangkas.Â
Perubahan karakter perilaku dari karakter tikus menjadi karakter lembu jantan yang taat harus terjadi dengan penuh kesadaran. Salah satu cara membentuk disiplin ketaatan adalah dengan pengaturan dan penegakkan aturan secara tegas.Â
Dua Fokus Strategi Â
Kita butuh suatu terobosan strategi (breakthrough strategy) yang fokus pada dua hal tersebut yaitu strategi membentuk habitus taat dan strategi menempatkan dan menguatkan kapasitas kepemimpinan dalam penanganan covid-19 pada semua lini.
Habitus taat sangat dipengaruhi kepemimpinan yang efektif dengan karakter tangkas dan cekatan. Kepemimpinan tangkas dan cekatan (agile leadership) sangat menentukan tingkat capaian perubahan dalam suatu sistem.

Indonesia membutuhkan terobosan strategi kebijakan menghadapi grafik kasus covid-19 yang terus naik. Kepemimpinan "Agile" yang ditunjukkan pak Jokowi sebagai Presiden perlu didukung dengan kepemimpinan agile secara berjenjang kebawah.Â
Kepemimpinan Agile memiliki karakter adaptif yang cepat, dan efikasi diri yang tinggi. Kepemimpinan dalam penanganan covid-19 yang penuh dengan dinamika perubahan sangat cepat harus memiliki daya adaptasi tinggi dengan tetap memiliki power (kekuatan) serta influence (pengaruh). Kepemimpinan agile juga menunjukkan daya efikasi diri yang juga tinggi (self efficacy) yaitu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu.Â
Dalam kendisi pandemi Covid-19 di Indonesia, kepemimpinan militer akan relatif lebih efektif dibandingkan dengen kepemimpinan sipil rata-rata. Kepemimpinan Militer sudah di desain dan dibentuk dengan karakter efikasi diri yang tinggi. Seorang pemimpin militer secara umum telah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat dengan target terukur.Â
Korelasi Kepemimpinan Agile dan Habitus Taat Â