Tekanan dan potensi pertengkaran yang tidak dikelola dengan baik itulah yang mendorong istri-istri ringan kaki menuju Pengadilan Agama. Mungkin demikian.
Irasionalitas Pemerintah
Rumah tangga masyarakat bukanlah penguasa tunggal irasionalitas semasa pandemi dan resesi. Pemerintah pun tidak bebas dari itu. Lihat saja kebijakan bansos kepada buruh sektor formal berpendapatan di bawah 5 juta.
Di tengah kelesuan ekonomi, bansos punya dua wajah. Pertama wajah jaring pengaman sosial. Kedua wajah stimulus ekonomi. Dalam kebijakan bansos tunai Rp600.000 perbulan untuk buruh formal berupah kurang dari Rp5 juta, kedua wajah ini bermasker alias tidak bermanfaat, bahkan memicu problem baru.
Sebagai JPS, bansos berfungsi menjaga kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Orang-orang yang perlu dijaga adalah buruh yang kehilangan pekerjaan dan pekerja sektor informal.Â
Pandemi dan resesi menghilangkan atau minimal mengurangi pendapatan mereka, menggerus kemampuan memenuhi kebutuhan hidup.
Andai resesi ini disertai inflasi--stagflasi, stagnasi dan inflasi--bolehlah buruh yang masih bekerja dan berupah hampir Rp5 juta ditopang pula dengan bansos.
Yang terjadi dalam resesi saat ini adalah deflasi. Normalnya memang begitu. Karena itu efective demand--permintaan yang disertai kemampuan membayar--buruh yang masih bekerja justru meningkat. Dengan kata lain, upah riil mereka naik.
Tampaknya pemerintah berharap kebijakannya berwajah stimulus ekonomi. Transfer uang Rp600 ribu perbulan mendorong buruh sektor formal berbelanja dan berdampak ekonomi terus berputar.
Akan tetapi pemerintah lupa atau mungkin pura-pura tidak tahu pada kecenderungan animal spirit.Â
Animal spirit adalah istilah yang mula-mula dikembangkan Keynes untuk menggambarkan tindakan pelaku ekonomi yang cenderung merespon siklus ekonomi seturut arah siklus.Â
Jika ekonomi booming, orang-orang optimis, bergairah belanja dan berinvestasi, menyebabkan gelembung ekonomi membesar. Sebaliknya saat ekonomi kontraksi, orang-orang pesimis, menahan belanja dan investasi. Dampaknya ekonomi kian lesu.